part. 5

1K 99 1
                                    

Berada di kampus yang besar seperti ini, tidak akan terasa nyaman kalau kita hanya melakukan segalanya sendiri. Apalagi bagi anak sastra seperti Hans yang notabennya setiap mata kuliah itu tidak sah kalau tidak diskusi dan mencari materi sendiri. Dan ini yang ia rasakan sekarang, sepi tanpa teman-teman yang menghiburnya. Sekarang ia sadar, dibalik segala keunikan sifat teman-temannya itu ada kehangatan tersendiri saat bersama mereka. Dan sekarang ia juga baru sadar, kalau ia merindukan teman-teman konyolnya itu.. sangat rindu. Sudah hampir seminggu ini mereka tidak bersama, bahkan bertegur sapa pun tidak. Dia hanya bisa melihat sesekali temannya itu bergelak tawa dengan orang lain. Jujur, ia merindukan semua itu. Dan dia memiliki tekat, dia harus bersama teman-temannya kembali. Dengan catatan bahwa dia tetap pada misi yang ingin dia lakukan. Ya,, apalagi kalau bukan belajar Islam..

Namun mungkin waktu belum berpihak untuk hari ini, nyatanya

Dritt
Via handphone

"Halo mas Hans".

"Ada apa?"

"Jangan lupa, hari ini kita akan datang ke rumah yang ingin kita dekor kemarin seperti yang sudah kita bicarakan Minggu lalu. Apa mas bisa ke toko sekarang?".

"Saya kesana sekarang".
Lalu telepon pun terputus

Sudah dikata, bahwa waktu tidak berpihak untuk hari ini.

Hans pun segera beranjak dari tempatnya saat itu, perpustakaan tempat dia mengerjakan tugas dengan seorang diri. Ya, selain dia memang jauh dari teman-temanya, dia juga tidak melihat wanita itu. Yang entah mengapa, wanita yang menjadi salah satu alasan untuk dia belajar Islam. Tapi bukan, bukan dia alasan utamanya. Dia hanya alasan kecil pemicunya saja..

Dengan mengendarai mobil pribadi miliknya akhirnya Hans sampai juga di butik itu,

"Akhirnya mas Hans sampai juga".

Tanpa menjawab perkataan dari bunga,
"gimana persiapan? Udah semua?"

"Udah mas, beres. Kita tinggal berangkat aja".

Akhirnya Hans bersama timnya pun bergegas pergi ke tempat tujuan. Rumah yang tidak terlalu mewah, hanya saja terlihat elegan dengan halaman yang cukup luas dan bunga-bunga yang terawat..
Mereka segera masuk ke rumah itu, dan terlihat jelas pula hilir mudik orang lalu lalang. Mungkin ini puncak Segala persiapannya.

"Non, di depan ada orang dari toko bunga Sahabat".

"Oh, iya bi. Bentar ya umi, aku arahin dulu mereka. Insyaallah dekornya pasti bagus kok".

"Iya sayang"

Setelah dapat persetujuan dari umi, aku pun bergegas menghampiri mereka

"Mbak Hana kan?''

"Iya, saya".

"Kita dari toko bunga Sahabat, yang kemarin kita udah sepakat kerja sama buat dekor. Sekarang kita udah datang bersama tim juga dan barang-barang lainnya. Jadi sebelah mana ini mbak yang mau di dekor".

"Oiya, yang harus di dekor sebelah sini". lalu ku jelaskan semuanya, yang harus mereka lakukan. Ya, tentunya dengan konsep yang aku buat juga.

Tapi tiba-tiba..

"Gimana bunga, udah bisa kita mulai".

"Ahh ini mas" belum selesai bunga berbicara, Hans sudah memotongnya kembali

"Hana?".

"Ehh Hans, kamu ada apa disini?"

"Saya kerja, kamu sediri ngapain disini?"

"Kerja? jadi kamu kerja di toko sahabat?"

"Bukan mbak, tapi mas Hans ini pemilik toko sahabat" timpal bunga dan hanya diikuti anggukan oleh Hans

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang