semuanya memburu

302 47 1
                                    

Setelah beberapa suasana tak enak antara Hana dan Hans di taman itu, muncullah sosok yang tak diduga-duga. Yah, tebakan kalian benar, itu adalah Aisyah. Setelah ia tak mendapat penyelesaian di kelas tadi ia memutuskan untuk menyusul Hana pulang ke rumah. Hanya saja, ia memang lebih dulu mampir untuk membeli buah tangan dan mengisi bensin di SPBU. Jadi memang datangnya agak telat. Hana dan Hans kaget dengan kedatangan Aisyah, begitupun Aisyah yang kaget dengan kedua makhluk itu yang tengah duduk di satu meja yang sama.

"Loh, kok ada Hans? Eh ngapain Lo kesini?" Aisyah berbicara seperti itu sambil kepalanya celingukan ke kanan dan ke kiri. "Lo sendirian? Gak sama si biang rusuh itu kan?"

"Biang rusuh apa sih Syah? Yang mana? Danu atau Kano?" Hana menjawab pertanyaan Aisyah itu dengan seringai menggoda

"Ya dua-duanya lah. Bahkan tiga-tiganya kali biang rusuh semua. Lagian ni orang kenapa bisa ada di sini sih? Katanya tadi mau nikahnya sama Hafidz, kenapa ini malah berduaan sama Hans gini? Duhh, lagian kenapa nama kalian pada sama-sama semua gini sih. Dasar gak kreatif banget bikin nama."

Hana dan Hans saling pandang mendengar ucapan dari Aisyah. Tak lama dari arah belakang muncul Umi membawa air dan beberapa Camilan. "Eh ada Aisyah toh? Pantesan suaranya kedengaran sampe ke dalam. Kirain siapa tadi yang rusuh di belakang."

"Umi... Gak usah jujur gitu juga kali." Hana pun ikut menimpali ucapan Uminya itu.

"Iih, Umi gitu amat sih sama calon menantu. Eh iya, ngomongin calon menantu, doi mana ya? Kok gak ada keliatan?" Aisyah memang terang-terangan mengutarakan perasaannya. Hanya saja jika di depan Hanan, ia menjadi bocah paling kalem. Sama sekali tak berkutik.

"Ya ampun, gak ada malunya banget ya kamu itu Syah. Lagian ngapain nyariin mas Hanan jam segini. Ya jelas aja dia kuliah. Dia kan rajin, gak kaya kamu."

"Huh, basa-basi aja kali Na. Gak bisa banget sih gitu. Ni juga, Hans ngapain sih, diem aja dari tadi. Lagi sariawan apa Gimana? Tumben banget jadi kalem kaya gini. Kaya aku depan Hanan aja. Atau jangan-jangan..." Ucapan Aisyah terjeda karena lebih dulu di Potong oleh Umi

"Udah-udah, Aisyah jangan ribut lagi. Ini mendingan makanannya di makan. Ini juga ada minuman, haus kan abis ngomel dari tadi. Terus lanjut lagi ngobrol nya. Umi mau nyusul Abi aja lah. Umi gak ngerti dengan pembicaraan kalian disini."

"Mmm, Umi perhatian banget sih sama Aisyah. Udah cocok ini mah."

"Mi, Hans mau ke Abi aja lah. Ada yang pengen Hans tanyain juga."

"Oh yaudah, Abi dimana tapi ya?"

"Nanti biar Hans yang cari." Dan setelah itu Hans pergi dari tempat itu. Diikuti umi yang akhirnya entah pergi ke mana. Kini, di taman itu tinggallah Hana dan Aisyah. Hana dengan tatapan malasnya, dan Aisyah dengan tatapan memburu, mereka seperti sebentar lagi akan segera mengibarkan bendera perang.

"Na, cerita sama aku sekarang. Aku bela-belain datang kesini untuk denger cerita dari kamu. Dan saat disini aku bisa teriak bebas juga gpp."

"Syah, coba deh belajar yang kalem jadi orang. Gak usah depan mas Hanan aja kamu kaya sapi abis di tusuk hidungnya. Kalem Syah, kalem gitu Lo."

"Na, ceramah nya nanti aja ya. Please deh, sekarang aku lagi penasaran banget ini. Gimana ceritanya kamu tiba-tiba mau nikah gitu? Gak ada cerita sama aku juga. Cepetan cerita dong, ya ampun. Jangan bikin aku makin penasaran gini."

Lalu dengan terpaksa Hana menceritakan semuanya. Dari awal Hafidz melamar nya di kampus, bagaimana ia menolak. Dan bagaimana juga akhirnya ia menerima saat Hafidz datang kerumah dengan kedua orangtuanya. Semua ia ceritakan dengan detile tanpa ada yang terlewatkan. Karena biar bagaimanapun, Aisyah tak akan pernah bisa diam kalau pertanyaannya belum terjawab. Aisyah itu spesies orang yang harus dituruti setiap permintaannya.  Huh, untung teman. Coba kalo enggak, udah ku depak kali dari rumah ini. Atau orang aja udah bisa bikin heboh orang serumah begini.

Dan tanpa Hana sadari sedari tadi sebenarnya ada yang memperhatikan pembicaraan mereka berdua. Entah apa lagi cerita yang ingin ia dengar. Malu untuk bertanya langsung, tapi juga dalam hatinya masih ada rasa penasaran.

"Jadi kamu nikah sama Hafidz bulan depan? Bagus deh, daripada sama Hans. Dulu kan kamu bilang suka sama dia." Dengan satu lagi ucapan Aisyah itu, bukan hanya Hana yang terkejut. Tapi orang di balik tembok sana, orang di sudut ruangan itu. Yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka.

..

Hola
Next or skip
@ nurhidayah202
Follow Ig. 👆

Kutunggu Hijrah Subuhmu (TERBIT)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang