4• Rangkulan rekan

253 36 1
                                    

Real friends is them, who standing by
your side through hard times, even if you don't realize it.

[]

Tidak bisa dipungkiri, setiap orang bertarung dengan kehidupannya sendiri tiap harinya.

Aku mendongak menatap langit yang berwarna sama dengan namaku. Di sampingku masih ada Rean yang juga terdiam. Benteng ini seolah sudah menjadi base camp bagi kami.

"Lo kesini lagi?" Tanya Rean.

"Kayaknya ini bakal jadi spot favorit aku. Jadi kamu harus siap berbagi."

Rean tertawa. "Tenang aja, apapun buat lo."

Lelaki itu mengatakannya dengan begitu ringan, tanpa beban. Seolah apa yang dikatakannya tidak bermakna. Tanpa diketahui olehnya, kata-kata itu tadi memberi dampak yang signifikan pada pola detak jantungku. Pusat kehidupanku itu berdegup kencang, terlampau cepat hingga rasanya mau melompat keluar.

Tenang! Jangan baper!

Aku bukanlah orang yang sulit untuk jatuh cinta. Aku akan jatuh kepada siapapun yang tidak kuduga sebelumnya. Perasaanku mengalir bagaikan air. Kalau perasaan adalah uang, mungkin aku sudah jatuh miskin sekarang. Tapi jauh di dalam hatiku, ada satu nama yang tidak akan dapat terhapuskan tidak peduli kapanpun juga. Aku hanya mencoba untuk selalu jatuh cinta setiap harinya. Semata-mata agar nama yang telah terukir itu hilang. Aku tidak akan berhenti meletakkan hati dengan mudah sebelum tujuanku tercapai. Aku percaya suatu saat hatiku pasti menemukan tempat berlabuh setelah berlayar jauh mengelilingi lautan.

"Makasih." Aku berusaha tersenyum sambil menatap langit.

Berharap pipi ini tidak memerah dan berakhir dengan melakukan sesuatu yang memalukan.

"Buat apa?"

"Berbagi tempat ini."

Tik... Tik... Tik...

Tidak berapa lama setelahnya hujan turun. Membasahi semua yang ada di bawah langit. Termasuk kami, kedua insan yang hanyut dalam pikirannya sendiri. Kami kompak tak beranjak dari tempat ini. Menengadah menikmati air Tuhan yang turun ke bumi dengan penuh rasa syukur.

Hujan adalah teman yang akan selalu siap menyembunyikan tangismu. Jadi jangan malu ataupun ragu. Menangislah, jangan ditahan lagi.

This place is the best one to cry yet to smile.

-----

Saat ini aku berada di rumah Elshe. Rumah Elshe adalah markas untukku, Jenar, dan Robin. Karena rumah ini luas, banyak makanan, dan suasananya nyaman. Kedua orang tua Elshe bekerja sebagai pegawai di restoran besar dekat rumah. Jadi mereka sering membawa makanan dan meminta kami untuk memakannya. Memasak adalah kehidupan bagi keluarga Elshe.

"Makan ini, spesial buat kamu." Kata Elshe sambil meletakkan semangkuk ayam goreng krispi pedas di meja.

Aku langsung memakannya tanpa ragu. "Makasi, uhukk."

"Ditelan dulu baru ngomong, ni minum."

Setelah aku selesai meneguk minuman yang diberikannya, Elshe mulai menatapku dengan serius. Tidak seperti biasanya, tatapan yang diberikan kali ini tampak lembut, hangat sekaligus perhatian.

WithinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang