Kelin merasa ketenangan menjalar di tubuhnya ketika dirinya menonton tv di ruang tengah dengan posisi tiduran di karpet alias lesehan.
"Lin, Mama sama Papa mau pergi ke acaranya temennya Mama. Kamu sama Bilo di rumah aja, ya?"
Vani sudah terlihat cantik dengan riasan wajah kekinian. Begitu juga Stephano yang mengenakan jas serta dasi biru dongker yang terkesan keren. Mereka terlihat seperti pasangan muda.
"Siap, Ma." Ucap Kelin semangat sambil hormat.
"Mau kemana, Ma, Pa? Rapi gitu." Tiada angin tiada hujan, Bilo tiba-tiba nongol begitu saja sambil membawa jus melon.
"Mau pergi ke acara temennya Mama. Kamu sama Kelin di rumah aja, ya?" Ujar Stephano.
Bilo tersenyum devil lalu menatap Kelin penuh tanda tanya.
Dih, kakak gue kenapa juga? Batin Kelin bertanya-tanya.
"Oh siap. Siap sekali!" Bilo tak kalah semangat seperti Kelin. Tapi sepertinya terbesit sesuatu di benak Bilo, begitu kecurigaan Kelin pada kakaknya.
"Mama sama Papa pergi dulu."
"Hati-hati ya, Ma, Pa." Ucap Kelin seraya melambaikan tangan.
"Iya sayang." Jawab Vani pada putrinya.
Bilo langsung menaruh minumannya di meja kemudian duduk di belakang Kelin. Mereka berdua duduk di atas karpet alias lesehan.
"Lin, sini.." Bilo menarik Kelin agar mendekat ke dirinya.
"Ah, ngapain sih, kak." Rewel Kelin pada Bilo.
"Elah, bocah di deketin abangnya sensi amat. Datang bintang lo?" Ejek Bilo ketus
"Kagak." Kelin menjawabnya tak kalah ketus.
"Yaudah sih, sini Kak Bilo mau peluk."
Tanpa tunggu jawaban dari Kelin, Bilo memeluk Kelin dengan menumpukan dagunya di atas kepala Kelin.
Kelin berasa kerdil. Secara posisinya sekarang ini seperti meringkuk dalam pelukan Desbilo.
Bilo memang terkesan tinggi, kulit putih, hidung mancung, alis tebal yang menunjukkan kesan gagah. Sedangkan Kelin, tingginya saja hanya sepundak kakaknya, kulitnya juga hanya kuning langsat khas gadis indo.
Mungkin tinggi Bilo sekitar 183 cm atau 184 cm.
Hampir dua setengah jam mereka menonton tv. Orang tua mereka belum juga pulang, padahal jam sudah menunjukkan setengah sembilan.
"Kak.."
"Apa sayang?"
"Ngantuk, pengen tidur." Rengek Kelin manja sembari mengucek mata lalu menguap.
"Yaudah, yuk tidur." Ajak Bilo final.
"Mama sama Papa gimana?"
"Nanti juga pulang, pintunya di kunci rumah aja biar mereka bisa buka, kan kontak mobilnya ada kunci rumah." Jelas Bilo yang langsung berjalan mengunci pintu, tak lupa juga tv ia matikan juga lampu ruang tengah.
Kelin berjalan setengah sadar, terlihat jelas jika dia benar-benar mengantuk.
"Lin, tidur di kamar kakak aja, ya?" Pinta Bilo pada Kelin.
"Hah?"
Tanpa mengulang kembali, Bilo langsung saja merangkul Kelin berjalan menuju kamar.
"Tapi gua mau tidur di kamar sendiri, kak. Lain kali aja tidur barengnya." Elak Kelin, namun Bilo justru membopongnya masuk ke kamarnya.
Secara Kelin auto kaget dan membelalakkan mata sempurna.
"Eh,eh, kak! Ih.. sialan lo, kak." Kelin mulai rewel tapi apa daya kekuatan Bilo lebih super.
Bruk!
"Aishh, kak, ogeb banget sih banting adek sendiri!" Kesal Kelin pada Bilo.
"Lah elo sih kagak nurut, orang lagi kangen sama adek juga." gerutu Bilo.
"Ya kan kagak gitu juga." Merasa kesal, Kelin langsung saja memeluk guling yang berada di sebelahnya.
"Bawel."
"Emang. Udahlah. Dedek Kelin mau menuju alam lollipop." Ucap Kelin asal sambil mengibaskan tangannya.
Bilo tak menanggapi. Ia mematikan lampu kemudian diganti dengan lampu yang pencahayaannya lebih redup.
*
"Hngh.. Aahh."
"Yes, baby.."
Gua merasa begitu nikmat, kayak ada yang ngegoda gua buat ngeluarin gejolak yang ada dalam diri gue.
Kelin berusaha membuka mata perlahan, ia ingin tahu apa yang menggerayangi tubuhnya hingga merasakan geli dan nikmat.
Ia sedikit tersentak ketika Bilo tengah mencium lehernya dan memberikan sedikit bekas di sana.
"Ngh.. kak.."
Kelin baru teringat jika dia semalam tidur di kamar Bilo. Ia melihat jam yang berada di atas nakas. Pukul 02:35, masih beberapa jam lagi fajar akan tiba dan dia akan sekolah, tetapi apa bisa jika keadaan seperti ini?
"Kak.. Ngh..." Lenguhan Kelin untuk kesekian kalinya. Walau mereka masih mengenakan pakaian lengkap, tapi sejujurnya Bilo ingin sekali melucuti pakaian Kelin.
"Maaf sayang, tapi kakak nggak tahan buat nggak goda kamu." Lirih Bilo tepat di telinga Kelin. Tangannya mulai nakal menari-nari di tubuh Kelin.
Tak tahu sudah berapa lama ini terjadi, tapi sepertinya kancing piyama Kelin sudah terbuka tiga kancing teratas.
Bilo berhenti, ia menatap Kelin intens. Bilo terlihat begitu bergairah di mata Kelin. Ia sampai kesusahan menelan saliva sendiri setelah melihat manik mata Bilo yang sedikit tertutup oleh rambut hitamnya.
Jemari Bilo mengusap lembut bibir Kelin.
"Kelin sayang.. kenapa kamu manis banget sih, hm?" Goda Bilo lirih yang kemudian langsung mencium lembut bibir ranum Kelin.
"Hmpt—"
Hampir tiga menit berlalu dan Kelin sudah tak tahan, ia memukul dada Bilo, kode untuk segera melepas pautan.
Untung saja Bilo memahami situasi Kelin dan segera melepaskan tautan mereka. Deru nafas dari masing-masing beradu dan manik mata itu bertemu lagi, seperti tak ingin berpisah barang cuman sepersekian detik.
"Hah.. hah.. hah.." Kelin berusaha mengatur nafas.
Bilo mengelus kepala Kelin yang kemudian mencium kening Kelin lembut dan cukup lama.
"Kak," panggil Kelin lirih seraya mendongak.
"Hm?""Tidur." Pintanya lirih pada Bilo, berharap Bilo menurutinya karena jika dia bangun kesiangan lagi otomatis dia akan terlambat lagi masuk sekolah.
Bilo mengangguk dan tersenyum, "Yaudah, tidur." Ia memeluk Kelin dan memposisikan dirinya juga tubuh Kelin agar nyaman.
Tanpa disadari, Bilo—
Cup.
"Night, kak." Lirihnya.
Kelin mencium singkat bibir Bilo tepat ketika Bilo sudah memejamkan matanya. Dan Kelin langsung menenggelamkan wajahnya pada dada Bilo karena jujur dia merasa malu.
Sedangkan Bilo tersenyum senang melihat Kelin bersikap manis padanya.
"Night too, baby."
•••
Jangan lupa mampir ke cerita sebelah author ya..
Judulnya MEMORIES
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️
Teen Fiction[Romance 17+] =>Dimohon untuk bijak membaca sesuai umur<= ~Fansfiction~ Menaruh rasa pada lawan jenis. Bukan salah, namun apakah pantas jika itu saudara mu sendiri? Awalnya mulai mereka jalani, namun seiring berjalannya waktu, mereka menyadari satu...