MB. 5

20.6K 217 2
                                    

BYUR!

"KAK BILO!"

"Udah deh jangan bawel, mandi lagi gih."

Mungkin ini kesialan bagi Kelin setelah digoda Bilo habis-habisan, kini Bilo menggotong Kelin hingga ke masuk ke kamar mandi lagi dan menaruhnya ke bathtub.

"Kak..." Rengek Kelin pada kakaknya itu.

"Mandi sendiri atau di mandiin?" Bilo malah melempar pertanyaan seperti itu pada Kelin yang membuat Kelin membulatkan matanya sempurna.

"Dih, mandi sendiri lah. Emangnya gue bocah yang harus elo mandiin kayak dulu?" Kesal Kelin yang dibalas cibiran Bilo.

"Oke kalau gitu gue mandiin." Finalnya.

Sontak Kelin berkerut kening, "Ih apaan!? Enggak, enggak. Gue mau mandi sendiri." Tolak Kelin setelah menjauh dari Bilo.

"Buka bra sama CD lo." Perintah Bilo, sialnya wajahnya menunjukkan raut datar dan menunjuk tubuh Kelin dengan dagunya.

Kakak gue udah tolo kayaknya, batin Kelin meneguk saliva.

"Dih, ribet! Sana pergi!" Kelin berteriak pada Bilo yang membuat Bilo terkekeh lalu mendekatkan dirinya pada Kelin.

"Mandi yang bersih ya, sayang." Bisik Bilo tepat di depan Kelin dengan senyum devil–nya membuat Kelin bergidik ngeri.

Bilo beranjak keluar dari kamar mandi dan menutup pintu. Ia mengusap wajah kasar melihat seprai kasur Kelin berantakan. Siapa lagi kalau bukan karena ulah mereka berdua, dan Kelin begitu karena Bilo.

Sial, Kelin bikin gue tegang mulu.

Ia membenarkan handuk yang menutupi bagian bawahnya karena dirasa hampir melorot, kemudian dia membenahi seprai kasur Kelin, setelah itu ia keluar kamar dan mandi di kamar mandi bawah.

*

Di kamar mandi, Kelin masih terdiam mengerjap mendapati semuanya. Bilo benar-benar membuat jantungnya lari maraton. Ia berusaha menyadarkan diri agar tak terbuai oleh semua rayuan Bilo, namun terkadang dia menjadi lepas kendali dan menuruti kemauan Bilo.

"WUAAA! KAK BILO!" Teriak Kelin kesal sembari memukul air yang ada di bathtub sehingga airnya mengenai dirinya dan tembok kamar mandi, namun dia tak menghiraukan hal itu.

Mengingat —kejadian permainannya— tadi membuat Kelin blushing lalu menutup wajahnya karena malu.

"Sialan Kak Bilo emang." Gerutunya lagi yang merutuki dirinya karena di pikirannya hanya ada Desbilo.

Di tempat lain, Bilo mendengar teriakan Kelin. Dia menghentikan aktivitas —mengurut kepemilikannya— dan mengernyitkan dahinya.

"Kenapa lagi tuh anak?" Bilo mengendikkan bahunya dan kembali melakukan ritualnya.

Namun selang beberapa menit, ia tersenyum puas setelah menggoda Kelin. Ia merasa adiknya itu semakin lama semakin menggemaskan.

Perasaannya semakin membara setiap kali dia dekat dengan Kelin. Entah bagaimana perasaan sayang itu muncul, masalahnya perasaan sayang itu bukan rasa sayang dalam saudara, melainkan dalam hal lain. Seperti.. kekasih?

Bilo menepis pikirannya itu, ia tak ingin jatuh terlalu dalam. Ia berusaha mengendalikan perasaannya, bahkan anehnya dia tak ingin terikat apapun pada gadis lain di luar sana. Ia masih ingin bersama Kelin.

Tak berselang lama, Kelin keluar terlebih dahulu dari kamar mandi. Mengenakan kaos santai dan celana selutut.

Ting-tong!

Baru saja Kelin selesai menyisir rambutnya, ia mendengar bel pintu depan berbunyi, tanda jika ada tamu di kediaman Stephano.

Kelin langsung keluar kamar dan berjalan cepat ke bawah. Ketika ia membukakan pintu, betapa terkejutnya ia pada seseorang yang berdiri di depannya.

Di sisi lain, Bilo datang dengan kaos polos abu-abunya dan celana bola hitam. Tanpa di sengaja ternyata kaosnya sama dengan Kelin. Dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya, ia berjalan seraya mengusap rambutnya yang masih basah.

"Tamunya siapa—"

"Pak Sean?!"

•••

PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang