Lanjutan dari part sebelumnya..
Happy Reading
Sudah lima menit Sean menunggu tapi Kelin tak kunjung datang. "Apa gua ke dalam aja, ya? Chat gua belum dibuka lagi."Baru saja memikirkannya, dia melihat Kelin yang tengah berjalan tergesa-gesa keluar dari lobi sekolah.
"Kelin kenapa?"
Sean berjalan menghampirinya dan didapatnya Kelin dalam genggamannya.
"Apaan lagi s—" gertak Kelin terpotong saat tahu jika yang menggenggam pergelangannya adalah Sean bukannya Sherina, dia kira Sherina mengikutinya.
"Kak Sean?"
Pupil mata itu mengecil mengetahui pipi kiri yang mulus itu memerah. "Elo kenapa, Lin? Pipi lo kenapa?"
Kelin gelagapan memegangi pipinya. "Ng-nggak papa."
Sean menyingkirkan tangan Kelin yang menutupi pipi kirinya dan mengusapnya lembut. "Siapa?" Tanya lirih Sean.
Kelin menundukkan kepalanya, berusaha menahan kesedihan yang dirasakannya kini, sesak dan sakit di hati tentu saja, bahkan sakit fisik di pipinya itu tak mampu menandinginya.
"Kelin.." Sean menangkup wajah kelin dengan kedua tangannya dan mengarahkannya ke pandangannya.
"Rasa sesak di dada itu akan perlahan menghilang jika kamu mau menceritakan masalah mu pada orang lain." Ucap pelan Sean.
Kelin tersenyum mendengarnya, tapi Kelin bukan tipe orang yang sering menceritakan masalahnya ke orang lain, dia lebih suka memendamnya sendiri, kalaupun dia ingin menceritakannya tidak semua orang Kelin jadikan tempat berbagi keluh kesahnya.
"Aku akan menceritakannya jika aku mau, Kak." Jawabnya.
Sean menghela nafas kasar. "Tapi jangan nangis."
"Aku nggak nangis." Kelin seperti anak kecil, di mata Sean itu sungguh menggemaskan.
"Lagian ngapain lo kesini?" Tanya Kelin sedikit meninggikan nadanya.
Baru aja imut sebentar, sifat aslinya nongol lagi.. hadeh, batin Sean kesal tapi memaksakan senyumnya ke Kelin.
"Oh, masih ngurusin berkas, ya? Em, yaudah gua mau pulang." Kelin berbalik ingin pergi namun dicegah Sean.
"Apaan?" Tanya nya lagi.
Sean menghela nafas. "Gua kesini mau jemput elo, ayo pulang." Tangannya menggenggam tangan kiri Kelin dan berjalan keluar menuju gerbang.
Di saat itu Kelin baru menyadari, pasangan mata tertuju pada mereka berdua. Kelin menundukkan kepalanya karena malu, diingat jika Sean adalah mantan guru di sekolahannya.
Duh, matanya pada biasa aja napa sih! Pasti desas-desus. Pengen gua sledding satu-satu.
"Gua tau dilihatin banyak orang, biasa aja ya nggak usah malu. Lagian ini kan tentang gua sama elo, bukan mereka." Ujar Sean santai.
Kelin terkejut mendengarnya. Percaya diri banget ngomongnya.
*
Wajah itu masih setia saja tertekuk, ingin rasanya dia berbaring di kasur kamarnya yang big di dalam.
BLAM!
Bilo terkejut saat ingin membuka pintu tapi sudah didahului oleh Kelin. Sedang Kelin tak peduli dengan dirinya yang telah menyakiti pintu rumah dan tak menghiraukan Bilo yang tengah berdiri di sana, dia berjalan melaluinya tanpa menoleh dan langsung berjalan cepat keatas menuju kamar, kakinya dia hentakkan saat menaiki anak tangga sehingga menimbulkan suara yang cukup keras ala orang yang jelas-jelas sedang marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️
Teen Fiction[Romance 17+] =>Dimohon untuk bijak membaca sesuai umur<= ~Fansfiction~ Menaruh rasa pada lawan jenis. Bukan salah, namun apakah pantas jika itu saudara mu sendiri? Awalnya mulai mereka jalani, namun seiring berjalannya waktu, mereka menyadari satu...