MB. 19 (d)

4.6K 162 29
                                    

Tolong sempatkan menekan bintang untuk menghargai karya seseorang, terimakasih!

Lanjutan dari part sebelumnya..

Happy Reading


"Lo cari masalah? Maka itu yang akan lo dapetin!"

Sosok yang membuat Kelin jengkel kini berjalan kearahnya, melipatkan kedua tangannya di dada dan memasang wajah sombong.

"Gua cuman mau menyatakan keadilan dan kebenaran." Ucapnya tepat di depan Kelin.

Tania teman Kelin tak ingin tinggal diam. "Heh! Lo jangan sembarangan ya!"

Dimas mendekatkan dirinya pada sosok itu, siapa lagi kalau bukan Sherina. "Mending lo pergi deh, bikin ricuh!" Ucapannya kini pelan penuh penekanan.

Sherina menatap sinis pada Dimas. "Gua nggak ada urusan sama lo."

"Elo mengganggu ketentraman kelas kami." Fahad kini menimpali tak kalah sengit.

Tak ingin menambah suasana pagi ini menjadi panas, Kelin menarik pelan ketiga temannya untuk tidak usah ikut campur, karena ini benar-benar urusannya.

Kelin mendekat kembali ke Sherina."Mau gua bocorin?" Pancing Kelin dengan salah satu alisnya terangkat dan menyunggingkan senyum kecutnya, dia meraih ponsel yang berada di dalam saku, membuka aplikasi galeri di sana dan menunjukannya tepat di depan Sherina dengan smirk yang tersungging di bibir Kelin, mengetahui hal itu Sherina sudah menebak jika Kelin pasti merekamnya atau memotretnya, dengan sigap ponsel itu direnggutnya dan Sherina berjalan mundur menjauh dari Kelin.

Sedikit terkejut ia meminta Sherina untuk mengembalikan ponselnya, namun Sherina kukuh dengan tekadnya untuk merebutnya dan menghapus data itu dari ponsel Kelin.

Senyum licik itu terukir di wajah Sherina, dia mendekat kembali dan menunjukkan jika data atau bisa di bilang bukti itu telah dia hapus dan tak ada, kesal dirasa Kelin dia langsung meraih ponselnya dari tangan Sherina, namun apa yang terjadi? Dengan sengaja Sherina menjatuhkannya duluan saat tangan Kelin hendak mengambilnya.

"Ups, kayaknya lo kurang gesit." Cibirnya dengan melihat kebawah, layar ponsel itu retak, Kelin mendengus kesal dan mengumpat dalam hati.

Tania yang melihatnya juga ikut naik pitam marah. "Dasar!" Tania beranjak dari tempatnya berdiri, menghampiri Kelin namun ditahan oleh kedua temannya.

"Kelin nggak mungkin biarin dirinya kalah."
Ucap Dimas dengan tatapan masih tertuju pada Kelin dan Sherina.

"Dia pasti punya rencana yang lebih baik." Lanjut Fahad.

Tanpa mempedulikan ponselnya yang tergeletak di lantai, Kelin langsung berjalan kedepan menuju meja guru berada, menaruh tasnya di sana dan membukanya, ia mengeluarkan laptop lalu menekan tombol turn on, dia melihat sekitar dan entah kenapa matanya tertuju pada Takur yang baru saja datang ke kerumunan, dia seperti sedikit bingung celingukan ingin mengetahui apa yang terjadi. Dengan langah cepat Kelin menghampirinya.

"Gua butuh bantuan lo."

Pertama Takur mengernyit tak paham namun saat dia melihat raut wajah serius pada Kelin dia lalu mengangguk.

"Tolong turunin screen projector-nya sama hidupin proyektornya, sambungin ke laptop gua, ya?" Ucap serta pinta Kelin sedikit berbisik agar tak didengar oleh orang lain tentang rencananya, jujur saja sedikit merepotkan bagi Takur namun tetap dia lakukan karena dia juga penasaran dengan apa yang terjadi serta apa yang akan Kelin lakukan.

PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang