Tolong sempatkan menekan bintang untuk menghargai karya seseorang, terimakasih!
-Song by: Luh Kel_Wrong-
Happy Reading
"Baik, pertemuan selanjutnya kita masuk ke bab tiga. Selamat sore!"
"Sore, Bu!"
Akhirnya kelar juga materi Kimia, hadeh.. bikin kepala pusing, mana tuh guru nggak langsung ke intinya lagi kalau jelasin, gue jadi males dengernya. Ending-nya gue harus belajar sendiri biar paham.
Asal kalian tahu ya, gue itu orangnya kalau dijelasin panjang lebar soal materi malah pening di kepala dan pada akhirnya lupa. Harusnya langsung ke inti, apalagi yang dijelasin itu persoalan hitung-hitungan. Yang ada gue pas lihat soal pilihan ganda tuh langsung tahu isinya, tapi nggak bisa menjabarkan caranya atau rumusnya.
Aneh.
"Lin, ajarin gue soal grafik titik beku dong, gue nggak paham nih, mana tuh Bu Hera neranginnya cepet lagi." Tania langsung ngedusel duduk di sebelah gue.
"Gue juga, Lin. Tau nggak? Kalau gue lihat soal kimia yang di kasih Bu Hera tuh kayak sama semua, tapi rumusnya beda, gue nggak paham masukin rumusnya, ini pakai yang molalitas apa molaritas aja gue nggak tahu." Fahad lagi nunjukin soal-soal yang tadi udah ditulis sama Bu Hera, mana tuh Fahad udah gendong tas siap-siap buat pulang.
"Gue semuanya nggak paham, ajarin dong, Lin."
Gubrak!
Ini lagi si Dimas malah nggak paham semua, mana ngomongnya santai lagi, eh beneran ya gue pusing sama mereka.
"Kalian nggak paham, lah gue apalagi."
"Justru lo paham!" Jawab mereka serempak, yaelah kayak paduan suara aja. Udah pantes kali ya?
Gua dengan santainya senyum semanis mungkin. "Belajar di rumah gua aja yuk!?"
Brak!
"Nah..."
"Weh! Santai dong jangan sambil gebrak meja."
Gue kaget sumpah."Tania kalau lagi semangat ya begini." Fahad kayaknya udah mulai terbiasa.
"Ayolah, kuy!"
Dimas nggak kalah semangat."Eh, nanti aja, kalian pulang dulu lah, izin sama orang tua, sekalian ganti baju." Ucap gue mengingatkan, tumben.
"Iya deh." Kayaknya Tania sedikit lesu karena gue bilang gitu.
"Eh, Lin, di cariin Kino tuh."
"Apa, Had? Kino?" Sebenarnya sih gue denger, cuman gitu lah.. gue pura-pura nggak denger.
"Dia kesini, Lin." Tania nyenggol lengan gue.
"Ck, tuh bocah." Gumam Dimas kayaknya tak suka.
"Pulang."
Apa? Itu aja kata yang terucap dari mulut seorang Kino? Kok gue perhatiin dari tadi pagi dia tuh beda ya? Nggak kayak Kino yang biasanya.
"Hm." Gue juga nggak kalah cueknya.
Gua beresin buku-buku gue yang masih ada di meja, entah kenapa suasananya sedikit agak canggung.
"Jadi nggak ke rumah gue?" Tanya gue ke temen-temen sebelum pergi, mereka manggut-manggut. Itu berarti tanda kalau mereka jadi kerumah gue.
"Mending kita ke parkiran bareng." Ajak Kino, tapi.. sejak kapan dia tawar menawar begitu?
Temen-temen geng gue nurut deh, alhasil kita berlima ke parkiran bareng.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️
Teen Fiction[Romance 17+] =>Dimohon untuk bijak membaca sesuai umur<= ~Fansfiction~ Menaruh rasa pada lawan jenis. Bukan salah, namun apakah pantas jika itu saudara mu sendiri? Awalnya mulai mereka jalani, namun seiring berjalannya waktu, mereka menyadari satu...