MB. 30

2K 61 4
                                    

Vote and comment berpengaruh besar bagi author. Thanks!

-Song by: ONEUS_Now-

Happy Reading


Seragam sekolah yang sudah tertata rapi di tubuh, rambut di kuncir rapi dengan jepitan bintang berwarna putih menyibak poni yang akhir-akhir ini diumbar, serta jam tangan digital melingkar di tangan kirinya kini membuat dirinya serasa berbeda, senyum simpul hingga menyentuh pipi, terlihat dari pantulan cermin jika hari ini dia berbeda dari biasanya.

Ponsel di meja bergetar, segeralah ia meraihnya dan mengangkat panggilan itu.

"Morning beb, gue udah siap di depan rumah lo nih." Ucap seseorang di seberang yang akhir-akhir ini terus menggoda Kelin.

"Tunggu gue keluar."

"Dih, judes amat sampai sapaan selamat pagi gue di abaikan kayak remahan kerupuk."

Kelin terkekeh mendengar keluh Kino lewat telepon, andai saja Kino tahu jika Kelin tertawa sampai pipinya memerah, dia pasti mengira jika dirinya sudah pantas menjadi lakon stand up comedy di acara tv.

"Ealah malah ketawa nih anak, udah buruan keluar atau gue masuk aja basa-basi bentar sama calon mertua."

Hah? Apa?

Tawa Kelin seketika berhenti, wajahnya kali ini serius, "Gue keluar sekarang, tunggu di luar."

Langsung saja Kelin menutup panggilan, dimasukkannya ponsel ke dalam saku cardigan, meraih ranselnya dan berjalan keluar kamar.

"Kelin, sarapan dulu sini."

Langkahnya terhenti ketika mendengar Vani yang mengajaknya sarapan, suasana hati Kelin yang tadinya sudah sembuh kini kumat kembali. Melihat meja makan yang keberadaan Vani dan Stephano ada di sana serta Bilo yang dari dapur membawa segelas susu dan tumis buncis, terlihat dari kaca besar yang membatasi ruang makan dan dapur.

"Kakak mu yang masak buat sarapan lho Lin, jarang-jarang kan Bilo masak." Ucap Stephano yang pandangannya tertuju pada tablet yang sedang dipegangnya.

Sedangkan Bilo, ah benar saja, mereka saling bertatapan, Kelin dan Bilo, mata mereka bertemu, menunjukkan pandangan yang tak dapat dijelaskan.

Tak ingin berlama-lama, Kelin langsung membuang muka, mood-nya kembali tak enak sekarang.

"Kelin mau sarapan di kantin sekolah aja." Ujarnya yang langsung berjalan cepat ke depan.

"Bujuk adikmu." Pinta Stephano menatap Bilo sedih.

Menghela nafas lelah, Bilo berjalan menghampiri Kelin, terlihat dia sedang mengenakan sepatu dan bersiap untuk berangkat.

"Kelin.."

Tak ada respon, Kelin yang kini memegang kenop pintu hendak keluar namun ditahan oleh Bilo.

"Kelin, please, Kakak minta maaf,"

"Gue mau berangkat, minggir." Ketus Kelin.

"Sarapan dulu ya? Atau aku buatin bekal buat kamu?" Tawar Bilo berusaha membujuk Kelin.

"Gue bilang minggir!" Kini Kelin sudah tak tahan merasakan hatinya yang sesak jika melihat sosok Bilo di hadapannya.

Tak terlebih Bilo juga yang selalu dibentak, membuat hatinya juga sakit menerima perlakuan seperti ini, "Lin, aku antar sekolah aja ya?" Tawar Bilo agar mau bersamanya.

"Gue nggak butuh perhatian dari elo lagi." Kelin menarik kuat tangan Bilo agar menepi, berhasil, dibukanya pintu depan hingga menampakkan sosok yang telah menunggunya.

PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang