Mb. 31

1.8K 61 14
                                    

Vote and Comment berpengaruh besar bagi author. Thanks!

-Song by: Christopher_Moments-

Happy Reading


Mungkin bagi beberapa siswa menganggap jika ujian adalah hal yang paling menegangkan, juga paling di tunggu-tunggu karena keinginan untuk segera melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bagi Kelin semua biasa saja, toh dia belajar tak belajar pun sama saja.

Bahkan buku ujian sekolah dan ujian nasional yang diberikan oleh kakaknya itu rata-rata sudah dia isi. Ah benar, kakaknya, teringat masa-masa indah bersama sosok muda yang penuh pesona itu.

"Kelin!"

"Eh, ee.. iya, Bu?"

Lamunan Kelin seketika buyar, pikirannya tentang sosok kakaknya kini terbuang jauh tak terlihat.

"Kamu ngelamun? Kamu nggak dengar apa yang Ibu terangkan?" Ucap guru Fisika yang terkenal disiplin di sekolah.

Kelin sedikit gelagapan, "ee.. denger kok, Bu." Jawab Kelin sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ibu tadi ngomong apa?"

Mampus! Batin Kelin tak suka, namun otaknya bekerja secara reflek dan langsung mengutarakannya, "F berbanding terbalik dengan 1/r²."

Kelin menggigit ujung jarinya, ia takut barangkali yang dikatakannya salah. Namun guru fisika tersebut hanya memandang bukunya, tersenyum kecil lalu mengangguk.

Kelin menghela nafas, mungkin baginya ini tak begitu buruk, mengingat dia sudah pernah mempelajarinya karena materi sudah selesai dan tinggal mengulang kembali agar tidak lupa.

"Baiklah, Ibu cukupkan saja, selamat belajar di rumah, jangan lupa sebentar lagi kalian akan melaksanakan ujian sekolah selanjutnya ujian nasional, persiapkan diri kalian untuk belajar ya, selamat sore~"

"Sore, Bu!" Sorak satu kelas tak termasuk Kelin.

Seriously? Bahkan gue belom puas belajar sama Kak Sean. Batin Kelin membeku, namun kini otaknya berpikir kembali, "sebenernya Kak Sean jadi guru private gue tuh buat konseling, bukannya terpaku ke mapel pokok." Gumamnya memegang dagu dengan ibu jari dan jari telunjuk.

"Gimana, sih?" Kerutnya berbentuk.

"Kenapa, Lin?" Tanya Tania setelah memasukkan buku-bukunya.

Kelin geleng-geleng kepala. "Mau langsung pulang aja gue." Ujarnya yang bergegas membereskan bukunya.

"Gue duluan, ya!" Pamitnya sambil berlari kepada teman-temannya, siapa lagi kalau bukan Tania, Dimas, dan Fahad yang hanya dibalas dengan gelengan kepala melihat tingkah Kelin yang petakilan.

Kelin terkejut ketika seseorang menariknya.

"Eh?!"

"Ck, buru-buru amat, Neng, Abang di sini kok, tenang aja." Ujar Kino dengan raut wajah songongnya.

Kelin memutar bola mata bosan, "udah deh."

Kino meringis, "yuk pulang." Ajaknya, tanpa izin Kino langsung menggenggam tangan Kelin menyusuri koridor sekolah menuju parkiran.

Tak sedikit sorotan mata ditujukan pada mereka berdua yang statusnya kini sudah dekat kembali, bahkan lebih dekat dari pada sebelum-sebelumnya. Bahkan di pikiran Kino kini ia ingin memperbaiki persahabatannya dengan Kelin, mengingat dulu sudah merenggang jarak antara mereka, kini tak lagi, dia seringkali menghampiri Kelin secara terang-terangan ke kelas, mengajaknya ke kantin, bahkan belajar pun dia lakukan.

PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang