–Flashback–
Langkah kaki dari luar perlahan mulai terdengar, siswa-siswi yang berada di kelas XI IPA-A dengan gugup langsung menempatkan diri pada bangku masing.
"Pagi semua!"
"Pagi, Bu Jena!" Benar saja, guru mapel fisika itu datang memasuki ruang kelas, namun pandangan mata para siswa bukan tertuju pada Bu Jena, melainkan seseorang yang berada di sampingnya.
"Perkenalkan, ini Pak Sean. Beliau akan menjadi wali kelas kalian serta guru selama dua semester kedepan. Hanya sampai kalian naik kelas 12 dan ini hanya sementara saja." Jelas Bu Jena panjang lebar.
Apaan nih? pergantian wali? mana tuh laki-laki lagi. Masih muda kayaknya. Batin Kelin menerka-nerka melihat lekat guru yang bernama Sean itu.
"Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Sean Mesach Khail dan saya berusia 20 tahun. Semoga kalian bisa menerima saya sebagai wali dan juga guru baru kalian."
Buset dah beneran masih muda, kalau sama Kak Bilo sih selisih dua tahun, kakak gua kan 18 tahun.
"Kalau begitu mata pelajaran fisika kali ini akan diterangkan oleh Pak Sean. Kalau begitu saya permisi dulu, pak." Pamit Bu Jena yang kemudian melangkah meninggalkan ruang kelas.
Sean hanya tersenyum dan menundukkan kepala singkat, "Iya, bu. Silakan."
Ketahuilah keadaan kelas seakan hening dengan kedatangan Sean. Terlebih para gadis yang sepertinya terhipnotis oleh aura Sean, lebih tepatnya, ketampanan yang Sean miliki. Tetapi berbeda dengan Kelin, ia hanya menganggap jika guru yang di depannya ini tampan karena usianya yang masih muda sebagai seorang guru, baginya Desbilo lah yang bersarang di hatinya.
Sean membuka tasnya dan mengambil salah satu buku paket. "Baiklah, langsung saja. Kita buka buku paket halaman 169 tentang Difraksi Cahaya."
"Pst, Lin!"
Kelin menoleh ke kanan, siapa lagi kalau bukan Tania. "Lo nggak mau tanya-tanya gitu?"
"Ngapain?"
"Kepoin tuh guru baru,"
Kelin mengernyit, "dih, kagak ah."
"Siapa tau, Lin..." Tania tak melanjutkan kata-katanya.
"Apaan?!" Kelin mulai gemas.
"Kalian!"
Kelin tergelak, ia menatap ke depan. Selesai sudah, Kelin dan Tania kepergok oleh Sean.
"Kalian ngomongin apa?" Sean menatap bergantian pada Kelin dan Tania, namun setelah itu pandangan Sean lurus pada Kelin.
"Mampus lo, Lin." Bisik Tania yang melirik pada Kelin.
Kelin meneguk saliva berat, ia benar-benar grogi dengan guru muda di depannya itu.
Sean berjalan mendekati Kelin, "Yang ngajak bicara duluan tadi siapa?" Tanya pelan Sean.
Kelin merasa gugup bahkan mulutnya seperti susah untuk diajak bicara.
"Kelin, pak!" Tania sontak menunjuk pada Kelin, membuat gadis itu membulatkan mata sempurna.
What The—, batin Kelin berkoar-koar tak terima.
"Oh, jadi nama kamu Kelin," dengan ragu Kelin menganggukkan kepala pelan tak berani menatap sorot mata Sean.
"Keruangan saya waktu istirahat pertama nanti." Pintanya yang langsung berbalik dan berjalan kedepan meneruskan pelajaran.
Kelin mendongak tak terima, lebih tepatnya tak ingin. "Loh? Salah saya apa, pak?" Tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari mulut Kelin, membuatnya langsung membekap mulutnya dan mengutuknya dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️
Teen Fiction[Romance 17+] =>Dimohon untuk bijak membaca sesuai umur<= ~Fansfiction~ Menaruh rasa pada lawan jenis. Bukan salah, namun apakah pantas jika itu saudara mu sendiri? Awalnya mulai mereka jalani, namun seiring berjalannya waktu, mereka menyadari satu...