MB. 37

1.8K 75 2
                                    

Follow, Vote, and Comment berpengaruh besar bagi author. Thanks!

-Song by: Red Velvet_Bad Boy-

Happy Reading


Dengan langkah cepatnya, Sean mondar-mandir kesana-kemari. Apalagi kalau bukan mencari informasi tentang perginya Bilo.

Dia tahu jika Bilo tidak akan pergi tanpa tujuan. Bagi Sean, Bilo adalah orang yang ambisius. Benar saja jika selama ini Bilo sering bersikap dingin, individual, juga sok sibuk. Walau sebenarnya memang sibuk. Ternyata Bilo sudah merencanakan semuanya. Kenapa Sean tak sadar? Kenapa selama ini dia juga disibukkan dengan kasus almarhum papanya, mengobrak-abrik bisnis musuh yang telah mengkhianati perusahaannya dulu.

Sungguh mengesalkan. Lalu soal bagaimana Sean tahu jika Bilo di Belanda, Sean yakin jika yang telah dia lihat adalah Bilo dan ketiga temannya itu berada di sekitaran bandara. Sempat curiga, jadi Sean memutuskan untuk mengeceknya setelah itu.

Sempat terbesit pikiran jika Bilo dekat dengan salah satu dosen di kampus, itu membuat Sean berpikir jika Bilo pasti mendapatkan penawaran pendidikan lanjutan. Dan benar saja ketika Sean menanyakan itu pada dosen yang dekat dengan Bilo. Sean menjadi yakin jika Bilo tak hanya melanjutkan pendidikannya saja, tapi juga berusaha kabur, melampiaskan kekesalannya terhadap kedua orang tua angkatnya.

Tapi, bagaimana dengan Kelin? Semua bingung akan itu. Bahkan Sean juga tak tahu. Benar. Sean tak tahu jika sebenarnya Kelin berada di dalam mobil Bilo saat itu. Namun Sean juga tidak mungkin langsung gegabah meminta penjelasan pada ketiga teman Bilo.

*

"Kok nggak di habisin?"

"Udah kenyang." Jawab Kelin sekenanya.

Bilo menatapnya dengan raut wajah tak suka, "Apaan tuh makan nggak sampai setengah. Masa kamu nggak mau pancake buatan Belanda sih sayang?"

Pipi Kelin merona, sampai sekarang dia masih malu jika di panggil 'sayang' oleh Bilo.

Jangan manggil gue dengan sebutan 'sayang', sisi lain hatinya menolak. Namun sisi lainnya menerimanya dengan senang. Dasar Kelin.

"Buka mulut. Aaa..." Bilo mencontohkan ke Kelin agar membuka mulutnya. Tapi Kelin hanya memalingkan wajahnya menatap jalan kecil yang berada di depan Cafe Van Wijck.

"Sayang.. masa kamu tega sih sama aku. Mubazir lho ini, uang ku terbuang percuma." Keluh Bilo mulai memelas.

Kelin yang melihatnya tak kuasa, ia memutar bola mata jengah lalu membuka mulut menerima suapan Bilo.

*

"Lo pasti tahu di mana Bilo berada bukan?"

Sedari tadi Sean berusaha tenang. Namun kali ini sepertinya meja cafe siap-siap melayang di hadapan pengunjung.

"Gue emang tahu. Tapi gue nggak akan ngasih tahu." Jawab ketus Farel.

Sean menekuk kedua alis, "Sorry, An. Kita udah janji buat nggak bilang ke siapa-siapa." Ujar Dika yang masih nampak tenang.

"Ck,"

"Dia di Belanda sama Kelin."

Sean menoleh mendengar kata itu. Farel dan Dika terperangah. Nita yang baru masuk dan langsung mengambil tempat duduk di antara mereka bertiga.

"Emangnya kenapa kalau mereka di Belanda? Lo nggak terima?" Nita melipat kedua tangannya di dada. Nadanya lebih terkesan mengejek dan menantang.

"Nit," Farel menunjukkan tampang kesalnya, seakan-akan mengatakan, —"Lo ngapain kasih tahu dia?!"—

PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang