MB. 16

7.3K 152 15
                                    

Jangan lupa Vote and comment gaes:D
Vote and comment dari pembaca mempengaruhi semangat author:)
Fighting!
.
.
.

-Song by: Zara Larsson_Ain't My Fault-


Kampus terbaik sudah berada di depan mata. Sorot lampu berbinar menerangi lobi. Kelin takjub, ini lebih mirip seperti party para pengusaha kantor yang sukses mempublikasikan produksinya dan sukses bekerjasama dengan investor besar.

"Lebih meriah dari pada tahun lalu." Ujar Sean melihat sekitar. Banyak sekali yang berpesta menikmati acara khusus di kampus.

Kok tiba-tiba rasanya udah tua aja, ya? Kayak anak kampus, batin Kelin tak percaya.

Kelin cengo. Kakinya seketika lemas seperti jelly. Tak tahan melihat godaan para cogan memakai jas. Apalagi, kemeja yang tak dikancingkan hampir seperti Sean. Ada juga yang rapi seperti Bilo, ada juga yang hanya menaruh jas-nya ke pundak—gaya yang sok keren. Kelin meneguk saliva berat. Matanya tak berkedip. Ini parah, bagi Kelin ini bencana.

Lama-lama gua jantungan kalau lihat situasi yang kayak begini, tak kuasa Kelin dalam hati.

"Lin, ayo! Ngapain bengong?" Ajak Sean lalu merangkul bahu Kelin. Bilo yang melihatnya langsung merasa kesal, dia menarik tangan Kelin supaya terlepas dari rangkulan Sean.

Tetapi Sean juga nggak mau kalah. Mengernyit, ditariknya tangan Kelin yang satunya lagi. Kelin memutar bola mata kesal. Sudahlah.

Mereka melangkah masuk. Hampir semua mata otomatis tertuju kepada mereka. Merasa tak nyaman dengan keadaan ini, Kelin melepas genggaman tangan Bilo dan Sean. Mereka berdua heran dengan Kelin, namun dengan cepat Kelin merangkul lengan Bilo dan Sean, secara Kelin berada di tengah.

Berasa dikawal sama dua bodyguard? Atau berasa menjadi putri dari dua pangeran?

Bilo terlihat berkharisma, sedangkan Sean tampil dengan kerennya.

Semua menikmati acara malam ini. Berdansa, mengobrol, minum, dan makan bareng teman-teman maupun pacar.

Apa seperti ini kehidupan anak kuliahan?

"Hi, Bro!" Dari belakang tampaklah geng Bilo yang menyapa mereka. Siapa lagi kalau bukan Farel, Nita, dan Dika?

"Hei, Rel! Wah, ketemu juga." Balas Bilo, mereka saling bersalaman dan berpelukan. 

"Hey, yo, Senior Sean." Farel yang tak lupa menyapa Sean dengan candaannya. "Basi lo." Balas Sean yang membuat mereka ketawa.

"Hei, Dika, gimana keadaan lo? Udah lebih baik, kan?" Tanya Bilo ke Dika yang dibalas anggukan mantap.

"Dia butuh refreshing." Ujar Nita.

Kelin yang melihat pertemuan teman satu kampusnya Bilo dan Sean hanya dapat diam termenung bagaikan orang asing yang tentu tak tahu apa-apa.

"Loh? Kelin ikut juga to? Kenapa enggak bilang dari tadi sih, Bil! Tau gini gua kerumah elo nyulik dia biar makeup-an bareng sama gue." Nita mulai ngedumel tak karuan.

Farel yang mendengarnya terkejut bukan main begitu pula Dika. "Eh, eh, sejak kapan Kelin jadi bidadari, bro!" Farel menggoyang-goyangkan lengan Bilo. "Ehem. Hei, Lin. Kok cantik banget!" Goda Dika dengan senyum malu-malu kucingnya.

"Sialan lo-lo pada. Jangan godain adek gua napa! Lagian kan juga nih acara boleh ajak kekasih atau saudara, kan?" Bela Bilo kepada mereka.

"Iya, iya. Enggak salah sih. Boleh ajak calon juga, kan?" Tanya Dika yang dibalas kerutan dahi oleh mereka.

PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang