MB. 35

1.8K 78 11
                                    

Vote and Comment berpengaruh besar bagi author. Thanks!

-Song by: EVERGLOW_Bon Bon Chocolat-

Happy Reading


Jadi ini biodatanya? Kelin resah tak karuan. Ia melihat layar ponsel, ia telah memfoto biodata tersebut ketika Vani memberitahukannya.

Setelah Kelin membersihkan tubuh yang diselimuti oleh rasa kesedihan, akhirnya Stephano dan Vani masuk ke kamar Kelin, mereka menjelaskan apa yang harus mereka jelaskan. Mereka juga memberikan Kelin biodata tentang keluarga Bilo.

Sempat terkejut, namun Kelin berusaha baik-baik saja. Lalu kedua orang tuanya mulai pergi mencari Bilo. Kelin termenung mengingat kenangan-kenangan manisnya dengan Bilo, juga keburukannya, itu membuatnya semakin terpuruk. Lama dia termenung, hingga akhirnya Kelin memutuskan untuk pergi keluar mencari Bilo, dia tahu tempat mana yang harus dituju.

*

"Ikutlah dengan ku ke Belanda!"

Mata Kelin membulat sempurna mendengar itu.
"A-apa?"

Bilo menarik tangan Kelin, membukakan pintu mobil untuk Kelin.

"Tunggu di sini." Pesan Bilo agar Kelin stay di dalam mobil.

Cukup lama karena ternyata Bilo mengambil sepeda Kelin lalu menaruhnya ke dalam bagasi.

Bilo sudah masuk mobil dan mengenakan seatbelt-nya. Ia meraih ranselnya yang ada di jok belakang, mengambil formulir, brosur, serta beberapa lembaran lainnya yang dosen berikan padanya. Ia lalu menunjukkannya pada Kelin.

Awal Kelin sempat tak percaya, dia gembira bukan main, namun tetap perasaan sedihnya tetap ada karena jika Bilo menerima tawaran pendidikan ini maka Bilo akan meninggalkannya, meninggalkan semuanya.

"E-em.." Kelin bingung ingin berkata apa.

"Bagaimana? Kita bisa melanjutkan pendidikan kita di sana." Bilo sepertinya gembira, entah jika dia berusaha menutupi kesedihannya dengan hal ini. Berpura-pura baik-baik saja?

Kelin terdiam, sumpah, dia benar-benar tidak ada pikiran saat ini. Kenapa dia tidak bisa berpikir, kenapa otaknya tiba-tiba terasa kosong.

Bilo mengerti dengan wajah menunduk Kelin yang masih menatap formulir itu. Ia mengusap kepala Kelin lembut.

"Kelin.. maafkan aku. Kamu boleh manggil aku dengan sebutan 'Kakak' maafkan perkataan ku yang kasar tadi, aku hanya... Pikiranku hanya kacau." Ungkapnya.

Kelin mendongak menatap Bilo, memang benar, Kelin mengamati lebih dalam lagi wajah Bilo terlihat kacau, terlihat jika dia sedang beban pikiran.

"Aku sudah melaksanakan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional bulan ini, hasilnya juga sudah keluar, dan..."

Kalimat Kelin menggantung, membuat Bilo menaikkan satu alisnya menunggu lanjutan dari perkataannya.

"Hasilnya bagus dan aku menduduki peringkat pertama di SMA." Kelin tersenyum simpul.

Sedangkan Bilo tak kaget dengan itu, dia yakin tak ada yang dapat menandingi Kelin, secara dia orang yang cerdas dan paling keras kepala hampir seperti dirinya.

"Kau memang hebat sayang." Bilo tersenyum merekah, mengusap puncak kepala Kelin.

Tertegun, Kelin tertegun mendengar kata-kata 'sayang' dari Bilo.

"Baiklah, mungkin kita akan bahas besok saja soal Belanda," Bilo menyambar formulir itu lalu memasukkannya ke dalam ransel kembali.

Kelin bingung akan sikap Bilo, sejujurnya dia tak bisa menjawab antara 'iya' dan 'tidak'. Dia ingin bersama Bilo, tapi apakah cowok itu akan terus bersamanya? Namun dia juga tidak bisa meninggalkan kedua orang tuanya juga teman-temannya. Antara 'iya' dan 'tidak' memiliki konsekuensi tersendiri. Bagi Kelin ini bahkan lebih sulit dari pada mengerjakan soal Fisika tentang Hukum Faraday.

PLAYING WITH MY BROTHER [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang