|| Bersamamu, aku siap menghadapi badai
-Natasha Cheryl
***
Acha memperhatikan Daren yang sedang membuka pintu utama restoran pizza. Bergerak melangkah keluar menuju ke arah mobil dengan menenteng plastik yang berisikan satu cup pizza dengan berlogokan restoran yang baru saja dikunjunginya.
"Nih, pizzanya." Daren menyerahkan plastik pizza tersebut kepada Acha setelah ia usai masuk ke dalam mobil. Kemudian menutup kembali pintu mobil lalu memakai sabuk pengamannya.
"Makasih, Daren." Acha tersenyum lebar lalu mulai menikmati setiap potongan pizza yang ada.
Daren mulai melajukan kembali mobilnya menuju ke arah Mall. Kiena hanya mematung di belakang melihat perhatian Daren terhadap Acha yang tidak pernah dirasakannya yang berstatus sebagai pacar.
"Ren... gue haus." Acha berbicara tersendat karena ada secuil potongan pizza yang gagal masuk ke dalam perutnya. Disebabkan karena kerongkongannya kering, membuat Acha sulit untuk menelan.
Daren dengan cepat meraih sebotol air mineral yang sempat dibelinya tadi. Membuka tutup botol tersebut, lalu menyerahkannya kepada Acha.
Acha meneguk air mineral tersebut hingga sisa sebagian. Selanjutnya ia melemparkan pandangannya ke arah Daren. Tersenyum, lalu mengucapkan terima kasih.
Acha kembali melanjutkan memakan pizzanya. Bahkan tanpa berniat menawarkan kepada Kiena ataupun Daren yang sudah membeli pizza tersebut untuknya. Intinya, tidak ada kata berbagi untuk sang pizza. Jika soal pizza, itu hanyalah milik Acha. Acha tidak suka berbagi.
***
"Yuk, turun?" Daren melepas sabuk pengamannya, lalu menoleh ke arah Acha dan Kiena. Kiena juga tengah sibuk melepas sabuk pengamannya di jok belakang.
Acha menoleh ke arah Mall yang menjulang tinggi di hadapannya. Mobil Daren saat ini berada di parkiran Mall yang terletak persis di depan Mall.
Daren mendengus, Acha terlihat seperti gadis kecil yang baru saja selesai makan. Mulutnya berantakan, dipenuhi dengan bercak-bercak sisa pizza di sana. Langsung saja Daren meraih tissue lalu membersihkan mulut Acha.
"Lo makan kok bisa berantakan sih, Cha?" Daren mendengus kesal.
"Maap." Acha menyengir.
Setelah membersihkan mulut Acha, kemudian Daren melepas sabuk pengaman Acha. Kiena semakin kesal di sana. Adegan romantis seperti ini harus kembali disaksikannya. Kiena tidak suka kecemburuan.
"Yaudah kita langsung masuk aja, ya?"
Daren, Acha dan Kiena lantas keluar dari mobil. Mereka melangkah berkumpul di depan mobil. Menatap ke arah Mall yang kini diisi dengan banyak pengunjungnya yang sedang berlalu lalang untuk berbelanja.
"Yuk, masuk?" Daren meraih tangan Acha lalu menggenggamnya erat. Acha tersenyum dan kemudian menyambut hangat genggaman Daren.
Kiena menatap kesal ke arah tangan Daren dan Acha yang menyatu. Seharusnya yang dipegang oleh Daren adalah tangan Kiena, tapi kenapa justru Daren memegang tangan Acha? Sangat tidak berperasaan--begitu fikir Kiena.
Akhirnya mau tidak mau Kiena mengekor di belakang. Mereka melangkah menuju ke arah Mall, lalu masuk ke dalam sana.
"Kita mau kemana?" tanya Daren kepada dua gadis yang berdiri di sisi kiri dan kanannya.
Acha menggeleng pelan, "Nggak tau, terserah Kiena aja."
Daren melemparkan pandangannya ke arah Kiena. Menatap gadis tersebut seolah bertanya, "Kemana kita akan pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
RandomSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...