54 | Pelindung Kedua

802 60 0
                                    

Acha dan Daren sama-sama terkejut saat mendengar suara pintu kelas diketuk. Keduanya melepas pelukan masing-masing setelah menyadari bahwa ternyata salah-satu guru mereka tengah berdiri di ambang pintu kelas yang terbuka lebar.

"Kalian berdua ngapain masih di dalam? Pelukan segala. Teman-teman kalian udah pada bubar," tegur sang guru penuh wibawa. "Atau kalian mau tidur di sini?"

"Boleh, Pak?" Acha bertanya lugu. Membuat sang guru menaik-turunkan kumis tebalnya beberapa kali. Tentu saja hal tersebut menambah kesan menakutkan.

"Sudah! Sebaiknya kalian segera pulang. Jangan sampai ketika saya kembali, kalian masih berada di sini." setelah mengucapkan hal tersebut, sang guru pun pergi meninggalkan kelas Acha dan Daren.

"Ganggu banget tuh, si Pak kumis." Acha mengumpat kesal. "Kalo bukan guru, udah gue tendang ke dunia lain."

Daren menutup mulut Acha, "Jangan sembarangan kalo ngomong, nggak baik." Daren menasehati. "Lagian juga emang salah kita karena kelamaan di kelas. Langsung balik, yuk?"

Acha manggut-manggut pelan. Memanyunkan bibir tipisnya karena kesal.

"Lo gemesin kalo kayak gitu." Daren mencubit pelan pipi Acha karena gemas. Selanjutnya Daren merangkul Acha dan keduanya berjalan keluar kelas.

Baru saja selangkah Acha dan Daren keluar dari kelas, Daren tiba-tiba berhenti. Menahan langkahnya untuk tidak melanjutkan perjalanan.

"Kenapa?" tanya Acha heran.

"Hape gue ketinggalan." Daren menepuk jidatnya. "Lo ikut ke dalam? Gue gendong lo juga nggak masalah. Dari pada kejadian kayak waktu itu keulang lagi." Daren mengingat kejadian sekitar dua minggu yang lalu. Di mana, saat Acha nyaris ditabrak motor ugal-ugalan di parkiran sekolah jika Elle tidak buru-buru menyelamatkan gadis pemalas tersebut. Waktu itu, Daren tidak berada di samping Acha karena ia kembali ke kelasnya untuk alasan yang sama seperti sekarang, yakni mengambil ponsel yang tertinggal. Daren hanya takut kejadian tersebut terulang kembali.

"Gue berdiri di depan kelas nggak bakal ngebuat gue kenapa-napa." Acha menjawab pelan. "Lagian mager banget masuk ke dalam, trus gue keluar lagi. Hidup gue nggak seribet itu, soalnya."

"Yaudah tunggu sebentar."

Sebelum bergegas memasuki kelas, Daren menyempatkan mengelus puncak kepala Acha. Saat itu Acha berdiri bersandar dengan pintu. Tubuhnya mengarah ke dalam kelas. Memperhatikan Daren yang perlahan menjauh darinya lalu merogoh-rogoh laci meja belajarnya untuk menemukan ponselnya yang nyaris tertinggal.

"CHA, AWAS!!!"

Teriakan berat seorang pria berhasil mengagetkan Acha. Sama halnya dengan Daren yang saat itu masih berada di dalam kelas. Daren juga merasa hal yang sama dengan Acha. Reflek, Acha menoleh ke arah samping kirinya dan menemukan seseorang tengah berlari mendekat ke arahnya.

Acha mengerutkan keningnya tidak mengerti.

Sesaat kemudian, pria yang berlari mendekati Acha itu langsung memeluk erat tubuh mungil Acha, lalu dengan sengaja ia melemparkan tubuhnya dan juga tubuh Acha ke dalam kelas. Alhasil, kedua manusia yang berbeda jenis itu tersungkur ke bawah dengan posisi terbaring dan saling berpelukan satu sama lain.

BRAK!

Tidak lama kemudian, plafon yang tadinya berada tepat di atas tempat Acha berdiri, roboh. Beberapa balok kayu yang terdapat di atasnya juga ikutan jatuh ke bawah. Jika dilihat dari ukuran balok kayu tersebut, itu dapat membocorkan otak seseorang yang berada di bawahnya. Termasuk Acha jika saja seseorang itu tidak menyelamatkannya.

"Elle?" Acha menatap pria yang berada di sebelahnya itu dengan sorot pandang tak percaya.

Lagi? Ini bukan yang pertama kalinya Elle menyelamatkan nyawa Acha yang nyaris terbang.
Keduanya berangsur-angsur mengambil posisi duduk.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang