"Elle?"
Acha melemparkan senyum manisnya ke arah Elle dengan sedikit sungkan. Elle balas tersenyum. Melemparkan pandangannya ke arah Flo yang duduk di sebelah Acha.
"Lo temen Acha?" tanya Elle pada Flo dengan mengangkat alisnya sebelah.
"Oh, iya." Flo mengangguk. Lalu Flo mengulurkan tangannya kepada Elle. Berniat mengajak berkenalan. "Gue Flo. Bisa dibilang, gue temen cewek Acha yang paling deket di sekolah."
Elle manggut-manggut dan kemudian balas menjabat tangan Flo.
"Elle." pria jangkung yang memiliki wajah tampan itu menyebutkan namanya ramah. Flo balas tersenyum kaku saat Elle memberikannya senyuman yang sangat menawan.
Elle melepas jabatan tangannya dan kembali beralih kepada Acha. Gadis itu tampak diam.
"Cha, pulang sama gue yuk?" ajak Elle ramah.
Elle nyaris menarik pergelangan tangan Acha jika seseorang tidak terlebih dulu menarik pergelangan tangan Acha kuat.
"Acha pulang sama gue."
"Eh?" Acha mendongakkan wajahnya ke arah pria tampan yang entah sejak kapan masuk ke dalam kelasnya. "Daren?"
Elle dan Flo sama terkejutnya seperti Acha. Tidak menyangka dengan kehadiran Daren yang tiba-tiba, seperti setan.
Daren menarik tangan Acha kuat. Memaksa Acha untuk melangkah dengan sedikit lebih cepat. Acha tampak kesusahan, tapi Daren tidak peduli.
"Daren pelan-pelan!" Acha berteriak keras saat Daren semakin mempercepat langkahnya. "Daren, gue capek." Acha terengah-engah.
Daren mendengus. Menghentikan langkahnya sejanak. Menatap tajam ke arah Acha yang terlihat membuang nafas dengan memburu.
"Daren, muka lo... serem banget." Acha bergidik merinding melihat ekspressi wajah Daren yang sekarang ini menatapnya. Seperti singa kelaparan.
Daren tidak merespon rasa takutnya Acha. Dengan cepat Daren menaruk tangan di tungkai kaki dan pundak Acha. Selanjutnya Daren mengangkat tubuh gadis tersebut. Berjalan cepat menuju ke arah parkiran yang mulai sepi.
Daren membuka pintu mobil untuk Acha lalu mendudukkan Acha di jok depan sebelah setir. Selanjutnya Daren memutari mobil dan membuka pintu lalu duduk di jok depan, di belakang setir.
"Jangan pernah mau diantar pulang sama dia." Daren berkata datar sembari menggunakan sabuk pengamannya.
Acha mengangguk pelan, "Ya tanpa lo suruh juga gue nggak bakal pulang sama Elle." Acha menjawab sembari ikut memasang sabuk pengamannya. "Kan gue sama Elle baru kenal, jadi nggak baik kalo gue langsung deket sama dia."
Daren tersenyum, ternyata Acha sudah mengerti. Setidaknya Daren tidak perlu terlalu was-was lagi.
Daren memutar tubuhnya ke samping, untuk berhadapan langsung dengan Acha. Daren menatap lama wanita berwajah imut di depannya. Acha benar-benar sangat cantik.
"Cha." Daren mendesis pelan. "Bukannya gue ngelarang lo untuk bergaul. Nggak salah kok, kalo lo mulai bersosialisasi, biar lo lebih mandiri. Tapi tolong jangan terlalu percaya sama orang, apa lagi yang baru lo kenal." Daren berujar pelan. "Gue tau lo orang baik, Cha. Lo cuma tipe cewek mageran yang nggak peduli terhadap lingkungan. Tapi, baik juga harus dikondisikan. Ada tempatnya dimana lo harus nunjukin sifat baik lo. Lo paham?"
Acha mengangguk kuat, "Gue paham, Daren." Acha tersenyum lebar. "Lo lakuin ini karena lo sayang sama gue, kan?"
Daren balas tersenyum, mengelus puncak kepala Acha lalu mengangguk pelan, "Iya, gue lakuin ini karena gue sayang sama lo."
Lagi, Acha mengangguk-anggukkan kepalanya kuat.
Daren menyalakan mesin mobilnya. Sebelum bergegas, Daren menoleh ke arah Acha yang duduk di sebelahnya.
"Kita beli pizza dulu."
***
Acha terlihat sibuk dengan ponselnya. Sesekali mata Acha tertuju ke arah jalan raya yang membentang luas. Dipenuhi dengan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.
"Daren mana, sih? Lama banget." Acha mendecak kesal.
Sudah sekitar dua puluh menit Acha menunggu Daren membeli pizza, namun Daren tidak kunjung kembali. Padahal Acha sudah sangat menanti-nantikan kedatangan pizzanya.
Acha benar-benar bosan.
Tidak lama kemudian, terlihat Daren keluar dari Restoran Lavera pizza dengan menenteng satu box pizza serta dua botol air mineral. Daren melangkah menuju ke mobil dan langsung masuk ke dalamnya. Menghampiri Acha yang memasang wajah kesal.
Daren terkekeh saat melihat ekspresi Acha sekarang ini, sangat menggemaskan.
"Sorry, Cha. Customer-nya banyak banget, jadi gue harus ngantri dulu tadi." Daren mengelus pelan puncak kepala Acha. Terkekeh pelan saat melihat ekspresi Acha yang tidak berubah.
"Mana pizza gue?" Acha mengulurkan tangannya.
Daren menghela nafas sejenak lalu menyerahkan box pizza kepada Acha. Acha terlihat sangat senang. Ah~ pizza memang selalu memperbagus mood-nya.
"Makasih, Daren." Acha tersenyum lebar. Seakan melupakan kekesalannya tadi karena telah menunggu lama. "Lo juga nggak lupa beli air mineralnya, kan? Gue haus banget, soalnya."
"Ada nih. Nggak mungkin lupa." Daren menunjuk ke arah sebuah kantong plastik yang berada di pangkuannya.
Acha manggut-manggut lalu meraih sebotol air mineral tersebut. Selanjutnya Acha mulai menikmati pizza yang dibelikan oleh Daren.
"Yaudah, kita pulang sekarang, ya?"
Acha mengangguk tanpa menoleh ke arah Daren. Seolah-olah pizza telah membuatnya lupa segala hal.
Daren melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Membelah jalanan jakarta menuju ke arah rumahnya.
Shittt!
Tiba-tiba, tubuh Acha dan Daren terdorong paksa ke depan dalam sekali hentakan. Potongan pizza yang hendak masuk ke dalam mulut Acha, melesat hingga memberikan bercak di sudut bibir tipisnya itu.
"Argh!" Acha berteriak keras. "Lo ngapain ngerem mendadak sih, Ren?" Acha mendecak kesal karena Daren baru saja membahayakan nyawanya. Atau malah bisa menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan merugikan orang lain. "Kalo misalkan gue kenapa-napa, gimana? Harusnya-"
Daren meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir Acha. Mengisyaratkan agar Acha berhentiin mengomel. Mata Daren tidak beralih ke Acha. Pandangan Daren kaku ke depan. Daren terlihat melotot.
"Gue nabrak orang, Cha."
oOo
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
RandomSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...