"Elle?"
Acha menatap Elle tak percaya. Pria itu adalah Elle. Elle yang telah menyelamatkan Acha. Elle yang telah menghalang nyawa Acha yang nyaris terbang. Acha tidak bisa membayangkan jika ia akan terbaring di Rumah sakit dengan keadaan parah akibat tertabrak motor salah satu kakak kelasnya.
"Cha, lo nggak pa-pa?" Elle panik sembari membantu Acha untuk berdiri.
Acha tidak kenapa-napa, bahkan nyaris seluruh tubuhnya tidak ada lecet sedikitpun. Sementara Elle, pria itu mendapati sebuah luka robekan pada siku tangan kirinya.
Acha menggeleng pelan, "Gue nggak pa-pa." Acha mendesis terharu.
Elle memeriksa seluruh bagian-bagian tubuh Acha yang terbuka. Mulai dari wajah, tangan, hingga kaki Acha. Elle mengangguk dan tersenyum setelah memastikan bahwa Acha memang baik-baik saja.
Elle meringis pelan saat merasakan nyeri pada salah-satu siku tangannya. Elle memegangi sikunya yang mulai mengeluarkan darah segar.
Flo, Rian dan Andra, berlari menghampiri Acha dan Elle. Wajah ketiganya masih tampak panik melihat kejadian yang nyaris merenggut nyawa Acha barusan.
"Elle..." Acha mendesis pelan. Menatap lirih ke arah Elle. Elle balas menatap Acha. Nyaris bertumbukan. "Lo selamatin gue?"
Elle diam sejenak. Lalu mengangguk pelan, "Gue cuma-"
Acha menyambar ke dalam pelukan Elle. Memeluk erat pria tersebut yang telah menyelamatkan nyawanya. Acha benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika Elle tidak ada. Jika Elle telat sedetik saja, mungkin saat ini Acha sudah dilarikan ke Rumah sakit dengan kondisi yang sangat buruk.
Elle tertegun, tidak menduga jika Acha akan memeluknya seerat itu.
"Elle, makasih." Acha mempererat pelukannya. "Lo udah selamatin gue."
Elle balas memeluk sembari mengelus-elus pelan kepala Acha, "Iya, Cha. Sama-sama."
"Eh, apa-apaan lo meluk-meluk Acha?!" Daren datang dan langsung menarik Acha dari pelukan Elle. Emosi Daren mengepul saat melihat Acha berada dalam pelukan Elle, pria yang dianggap brengsek oleh Daren.
"Ren, lo jangan marah dulu sama Elle." Rian menarik bahu Daren pelan. "Harusnya lo ucapin makasih sama Elle karena Elle udah selamatin Acha yang nyaris ditabrak motor."
Daren tertegun, memasang wajah kaget setelah mendengar penuturan Rian.
Dengan cepat Daren langsung menoleh ke arah Acha. Gadis itu terlihat sangat pucat, Acha pasti sangat ketakutan.
Daren menangkup kedua pipi Acha menggunakan tangannya, "Acha, lo nggak pa-pa, kan?" Daren bertanya panik.
Acha menggeleng pelan, "Gue nggak pa-pa. Tadi Elle selamatin gue, Daren."
Daren meraih pundak Acha lalu membawanya ke dalam pelukan. Memeluk erat tubuh Acha. Acha dapat merasakan tubuh Daren yang bergetar hebat. Daren benar-benar terlihat sangat khawatir.
Acha balas memeluk Daren. Bahkan lebih erat dibandingkan pelukannya ke Elle tadi. Memang tidak ada pelukan laki-laki yang membuat Acha lebih nyaman selain pelukan dari Daren. Berada di dalam pelukan Daren, membuat Acha merasa terlindungi.
"Cha, maafin gue." Daren mendesis pelan. "Gue nggak ada disaat lo butuh pertolongan gue. Maaf, Cha. Gue bodoh, gue bisa lengah jagain lo. Padahal gue udah janji sama Tante Maya untuk jadi pelindung pertama buat lo. Maafin gue, Cha. Maafin gue..."
Acha melepas pelukannya, lalu menatap dalam mata Daren. Daren menangis. Ya, Daren menangis. Acha sudah tidak heran. Memang Daren sering menangis jika Acha kenapa-napa. Daren sering menangis saat ia merasa gagal menjadi pelindung untuk Acha dalam suatu peristiwa, seperti sekarang ini.
"Daren, lo nggak salah. Lo nggak perlu minta maaf." Acha mengelus pelan pipi Daren. Menghapus setiap jejak air matanya yang membekas. "Gue sama sekali nggak kenapa-napa."
"Gue lengah lagi jangain lo, Cha. Ini bukan yang pertama kalinya, tapi-"
"Ren..." Acha memotong cepat. "Lo udah jadi superhiro terbaik buat gue. Hidup gue mungkin nggak ada artinya kalo nggak ada lo."
Daren berusaha tersenyum, mencoba menenangkan dirinya. Lalu kembali menarik Acha ke dalam pelukannya.
"Cha, sorry sorry, gue bener-bener nggak sengaja." seorang pria berlari menghampiri Acha dan teman-temannya. Pria yang tadinya nyaris menabrak Acha. "Gue nggak tau kalo lo tiba-tiba-"
Bugh!
Belum usai pria tersebut menjelaskan, Daren sudah terlebih dulu menonjok rahang kiri pria tersebut. Daren sangat marah jika ada seseorang yang menyakiti Acha. Daren terlihat benar-benar murka.
"Eh lo jangan sok jagoan di sini. Jangan mentang-mentang lo kakak kelas, trus lo bisa bawa motor ugal-ugalan kayak gitu? Lo harusnya bisa mikir, kalo ini masih di lingkungan sekolah. Apa lagi ini parkiran yang banyak penghuninya. Kalo punya otak, jangan cuma dianggurin, dipake noh, otak lo buat mikir. Biar otak mini lo itu nggak kadaluarsa!" Daren meraih kerah baju Kakak kelas yang tidak diketahui entah siapa namanya. "Kalo lo nggak ngebahayain nyawa orang lain, silahkan lo ugal-ugalan. Tapi kalo lo mgebahayain nyawa orang lain, terlebih lagi itu Acha, mending lo jalan kaki aja ke sekolah, atau lo bawa motor tapi motornya lo geret. Karena kalo sampe tadi Acha kenapa-kenapa, nggak bakal gue biarin lo hidup. Paham, lo?!"
Bugh!
Sekali lagi Daren membogem pria tersebut. Namun kali ini tepat pada perut ratanya.
Pria yang berstatus sebagai Kakak kelas itu meringis kesakitan saat tubuhnya tersungkur ke lantai.
"Gue minta maaf, Ren. Gue bener-bener nggak sengaja." pria tersebut berujar lirih.
"Ren udah, jangan buat keributan." Acha menengahi. "Lagian gue nggak kenapa-napa kok."
"Pergi lo!" Daren menendang kaki pria tersebut kuat.
Lantas setelah mendapat pengusiran dari Daren, pria itu langsung bergegas menuju ke arah motornya dan segera meninggalkan pekarangan sekolah yang masih dipenuhi dengan siswa-siswi di parkirannya.
Daren menghembuskan nafas berat, menoleh ke arah Elle yang terlihat menahan perih pada sikunya.
"Makasih."
Elle tertegun, menoleh perlahan ke arah Daren. Tidak menyangka jika Daren akan mengucapkan 'terimakasih' kepadanya. Sesuatu yang rasanya sulit dipercaya.
"Nggak ada alasan untuk gue nggak ngucapin makasih sama lo, karena lo udah selametin Acha, bahkan nyawa Acha." Daren menatap Elle datar.
Elle mengangguk dan mencoba tersenyum, "Gue cuma ngelakuin yang udah seharusnya gue lakuin." Elle mendesis pelan. "Kalo gitu, gue pulang duluan."
"Elle, tunggu dulu." Acha mencegah saat Elle hendak berlalu.
Elle mengurungkan niatnya untuk bergegas pulang. Kembali membalikkan badannya dengan tampang keheranan.
"Kenapa, Cha?"
Acha melemparkan pandangannya ke arah Daren. Menatap Daren dengan cukup lama.
"Ren, lo masih nggak ngizinin Elle jadi temen gue?" Acha bertanya lirih.
Daren diam, tidak tau harus menjawab apa. Sebenarnya Daren belum bisa mengizinkan Acha berteman dengan Elle, namun Daren juga sungkan untuk mengatakan 'tidak'. Bagaimanapun juga, Elle telah menyelamatkan nyawa Acha.
"Ren..." Acha mendesak Daren untuk segera menjawab pertanyaannya.
Daren menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan. Daren mengangguk dan mencoba tersenyum, "Lo boleh temenan sama Elle."
oOo
Gimana? Lanjut? ><
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
DiversosSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...