53 | Sayang V.S Cinta

837 55 0
                                    

"Ren, ntar malam jalan yuk?" Acha bertanya pelan ditengah hiruk pikuk kelas. Siswa-siswi sibuk dengan urusan masing-masing. Banyak pula yang bersorak gembira menyambut waktunya jam pulang sekolah.

Daren yang saat itu sedang memasukkan buku-buku pelajaran Acha ke dalam tas, menoleh ke arah Acha sejenak. Gadis itu menopang dagu dengan kedua tangannya yang terletak di atas meja. Acha hanya memperhatikan Daren, bukan membantu pria tersebut. Padahal yang sedang dirapikan oleh Daren adalah peralatan sekolah kepunyaan Acha.

"Jalan?" Daren mengerutkan keningnya heran. "Kemana?"

"Kemana aja, yang penting sama lo." Acha menatap mata Daren dalam. "Ntar malam juga kalo bisa lo tidur sama gue, ya? Gue pengen ngabisin banyak waktu sama lo, soalnya."

"Tumben?" Daren mendecak. "Lo ngomong kayak gitu seakan-akan lo nggak bakal ketemu gue lagi." Daren memperpendek jaraknya dengan Acha, lalu mengenakan ransel kepada Acha karena Daren telah usai merapikan buku-buku Acha.

"Mungkin." Acha menjawab singkat.

"Mungkin?" Daren menautkan kedua alisnya penuh keheranan. "Lo mau mati gitu, maksudnya?"

Buru-buru Acha menggeplak kepala Daren kuat. Tidak terima dengan ucapan pria tersebut.

"Sembarangan lo, kalo ngomong!" Acha marah.

"Sakit, Cha." Daren mendesis pelan sembari mengelus-elus kepalanya yang terasa nyeri. "Kalo mukul pake tenaga dalem, sih. Bikin ngilu."

"Salah sendiri!" Acha mendecak.

"Ya tapi kan, lo sendiri yang ngomong, Cha... Katanya mungkin lo nggak bakal ketemu gue lagi. Berarti lo mau mati, dong? Bukan salah gue berarti." Daren melirik Acha sinis.

"Nggak ketemu sama lo itu bukan karena gue mau mati, pe'a!" Acha ngegas.

"Trus?" Daren menaikkan kedua alisnya.

"Bisa jadi suatu hari nanti lo nggak ada waktu lagi buat gue. Lo sibuk dengan dunia lo sendiri." Acha menjawab pelan. Kali ini sudah tidak terlihat raut wajah bercanda dari Acha.

Daren heran, "Maksud lo apa, Cha? Gue nggak ngerti." Daren geleng-geleng kepala. "Sibuk dengan dunia gue sendiri? Ya gue emang sibuk dengan dunia gue sendiri, Cha. Kan, dunia gue itu elo." Daren mengelus pelan puncak kepala Acha.

"Gue nggak becanda, Ren." Acha menepis tangan Daren yang berada di puncak kepalanya.

"Gue juga nggak becanda, Acha." Daren menyangkal. "Lo emang dunia gue, wajar kalo gue sibuk sama lo."

"Ren..." Acha mendesis pelan namun penuh penekanan. "Gue nggak yakin bisa kayak gini terus sama lo. Gue bener-bener takut kehilangan lo. Gue nggak yakin bisa hidup dan bernafas tanpa adanya elo. Tapi..." jeda. "Gimana sama Citra?"

Daren mengernyitkan keningnya. Acha benar-benar membuatnya bingung.

"Cha, gue bingung. Gue nggak ngerti apa yang lagi lo omongin. Tadi lo bilang, gue sibuk sama dunia gue sendiri. Sekarang lo malah bawa-bawa nama Citra. Serius gue nggak ngerti, Cha." Daren menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo jangan serius-serius banget, Cha. Becanda aja kayak biasa." Daren berkata demikian karena Daren merasa sedikit risih jika Acha berbicara serius. Gadis itu tampak menyeramkan jika sedang serius membahas suatu hal.

"Kali ini gue nggak becanda, Ren. Gue serius." iris coklat Acha menatap mata Daren sangat dalam.

Daren diam. Tidak mengerti.

"Lo sendiri yang bilang sama gue kan, Ren, kalo lo... udah mulai cinta sama Citra?" Acha menaikkan kedua alisnya. Berbicara setenang mungkin.

Daren terkekeh pelan. Acha mengerutkan keningnya heran.

"Kok malah ketawa sih?" Acha kesal dengan respon Daren. Seakan ucapannya adalah sebuah lelucon.

"Lo lucu." Daren menepis pelan hidung Acha menggunakan telunjuknya. "Jadi lo bicara kayak gitu karena omongan gue kemarin?"

Acha manggut-manggut.

"Yaudah, gue tarik balik, biar lo nggak mikirin ucapan gue."

Acha menggeleng kuat, "Nggak bisa, Ren. Lo udah terlanjur ngomong sama gue."

"Ya terus gue harus gimana, Cha? Kalaupun gue udah cinta sama Citra, itu nggak bakal ngerubah rasa sayang gue ke lo." Daren menyanggah cepat.

"Tapi ini beda, Ren..." Acha menekan ucapannya. "Yang namanya cinta, seseorang pasti akan ngelakuin apapun kalau dia bener-bener cinta. Termasuk menghindar dari semua hal yang akan menyakiti orang yang dia cinta."

Daren terkekeh geli, "Tumben princess gue bicara puitis kayak gitu." Daren mengelus pelan puncak kepala Acha. "Gue udah bilang berulang kali sama lo, Cha, kalo gue nggak bakal pernah tinggalin lo. Harusnya lo percaya itu kalo lo emang beneran sayang sama gue."

"Ren, gue sayang sama lo. Sumpah demi apapun gue sayang banget sama lo." Acha berujar yakin.

"Yaudah, kalo lo beneran sayang sama gue, berarti lo harus percaya sama gue, oke?" Daren menaikkan alisnya sebelah.

"Iya, gue sayang sama lo, Ren. Sayang banget malah." Acha menekan ucapannya. "Tapi lo juga harus inget kalo sayang itu umum, sedangkan cinta itu satu. Lo bisa aja sayang ke semua orang, tapi cinta lo cuma untuk Citra. Jadi gue? Gue nggak ada bedanya sama orang-orang lain yang lo sayang, Ren. Dan lo? Lo bisa aja ninggalin gue demi Citra kalo lo beneran cinta sama Citra."

Ucapan Acha kali ini membuat Daren tertegun. Entah Acha yang salah penyampaian, atau ia sendiri yang salah tangkap.

"Secara nggak langsung lo minta gue untuk cinta sama lo, Cha."

Acha terpaku. Secara tidak langsung Acha memang meminta demikian. Namun, Acha tidak sadar akan hal tersebut.

"Gue cuma nggak mau kehilangan lo, Ren." Acha menunduk takut.

"Gue juga nggak mau, Cha." Daren menjawab cepat sembari memegangi kedua bahu Acha. "Lo itu bener-bener segalanya buat gue. Bahkan Citra nggak ada apa-apanya kalo dibandingin sama lo."

"Tapi lo cinta kan, sama Citra?" Acha mengangkat kepalanya. Menatap wajah Daren cukup lama.

Daren menghembuskan nafas pelan, "Iya, gue cinta sama Citra. Tapi gue nggak bakal ninggalin lo, Cha. Kalaupun nanti Citra minta gue untuk ninggalin lo, itu yang ada dia yang bakal gue tinggalin."

"Itu namanya lo nggak beneran cinta Ren, sama Citra."

Daren bingung, "Ribet, Cha. Gue bingung."

"Karena kalo lo cinta sama Citra, lo pasti bakal ngorbanin apapun demi orang yang lo cinta. Termasuk tinggalin gue sendirian."

"Itu hal bodoh yang nggak bakal pernah gue lakuin, Cha. Lo nggak perlu khawatir." Daren mencoba menenangkan Acha. "Gue emang nggak cinta sama lo, tapi gue udah anggap lo kayak Adik kandung gue sendiri, Cha. Dan di mana-mana, rasa sayang seseorang ke pacarnya itu akan kalah dengan rasa sayangnya ke Adiknya sendiri. Begitu pun yang gue rasain ke lo. Lo paham?"

"Nggak." jawaban singkat Acha cukup membuat nafas Daren memburu menahan kekesalan.

"Yaudah, yang jelas mulai sekarang lo nggak perlu mikirin itu lagi. Sama sekali nggak penting." Daren berujar pelan. "Satu hal yang harus selalu lo ingat, gue sayang banget sama lo, Cha."

Acha menunduk pelan. Selanjutnya menyambar ke dalam pelukan Daren. Memeluk pria berperawakan tinggi itu dengan sangat erat. Acha benar-benar tidak mau kehilangan sosok penyabar dan pelindung seperti Daren. Benar-benar tidak mau.

"Walaupun lo pacarnya Citra, tapi lo tetap milik gue, Ren."

Daren mempererat pelukannya. Mendekap kuat tubuh mungil Acha yang selalu membuatnya nyaman.

"Gue sayang sama lo, Cha."

oOo

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang