|| Takkan kubiarkan siapapun merenggutmu dariku.
-Natasha Ceryl
***
"Huah..." lagi, ini untuk yang kesekian kalinya Acha menguap lebar. Kantuk dari wajahnya sangat terpancar dan terlihat jelas.
Daren, Andra, Rian dan Flo sama-sama geleng-geleng kepala. Memang Acha ini sosok manusia yang super mageran. Apapun dan dimana pun, yang dilakukan oleh gadis ini adalah tidur, tidur dan tidur. Disaat orang-orang sibuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat, Acha justru sebaliknya. Ia lebih memilih mengisi waktu luangnya hanya dengan tidur.
"Cha, udah dari tadi lo tidur di kelas, lo masih ngantuk juga?" Daren angkat bicara. Menatap datar kearah Acha.
"Masih." Acha menggaruk-garukkan kepala belakangnya. Matanya nyaris terpejam-pejam. Benar-benar terasa berat.
"Cha, lo tidur dari jam pertama sampe jam istirahat loh." Flo menyahut. "Itu bukan waktu yang singkat, Cha. Tiga jam lo tidur di kelas. Ya kali masih kurang."
"Faktanya emang kayak gitu kan?" Acha menjawab malas. "Lagian siapa coba, yang bakal betah masuk kimia tiga jam kayak gitu? Gue sih ogah!" Acha mencebik sembari menguap lagi.
"Gue." Flo menyanggah. "Gue betah-betah aja tuh masuk kimia tiga jam."
"Kalo lo beda." Acha menatap Flo datar. "Lo kan punya kelainan."
"Sekata-kata lo, Cha." Flo mendecak kesal.
Acha mengangkat kedua bahunya. Malas melanjutnya obrolan.
"Ren, gue ngantuk." Acha menoleh ke arah Daren. Memperlihatkan raut wajahnya yang melas.
"Hm." Daren menggumam pelan. Mendengus lembut lalu menatap mata Acha dalam. "Yaudah, sini." Daren melilitkan tangannya pada leher Acha. Menarik pelan kepala gadis tersebut ke dalam dekapannya. Membiarkan dadanya dijadikan sandaran untuk Acha tidur.
Acha tersenyum lebar. Acha nyaman, sangat... nyaman. Karena kenyamanan yang dirasakannya, Acha melilitkan tangannya di pinggang Daren. Memeluk erat pinggang Daren. Entah mengapa hanya dengan Daren, Acha bisa merasakan nikmat hidup, kebahagiaan serta kebetahan untuk bernafas.
"Ren, kayaknya gue bakal betah tidur kalo dipeluk sama lo terus kayak gini." Acha mendesis pelan lalu mencoba menoleh ke arah Daren dengan sedikit mendongakkan kepalanya keatas.
"Terus?" Daren menaikkan alisnya sebelah.
"Gimana kalo nanti malam lo tidur di rumah gue aja?" tawar Acha. "Kan lumayan gue bisa meluk lo sampe pagi."
"Ogah!" Daren menyangkal cepat.
"Kok gitu sih, Ren?" Acha mendecak kesal.
"Emangnya lo nggak takut gue apa-apain, Cha?" Daren menatap heran ke arah Acha. "Cewek sama cowok kalo udah sekamar, berdua doang, rasanya nggak mungkin kalo si cowok nggak nafsu. Gue yakin pasti bakal ngelakuin sesuatu. Emang lo nggak takut?" Daren bertanya antusias.
"Nggak." Acha menjawab cepat. "Gue nggak masalah kalo diapa-apain sama lo. Kalo lo mau, ya gue ayok-ayok aja kok, Ren. Lagian kan kalo misalkan kita udah ngapa-ngapain, mau nggak mau lo harus nikahin gue. Lumayan kan? Gue nggak perlu lagi susah-susah ngebujuk lo untuk nikahin gue." Acha berujar layaknya tidak berbeban. Gadis ini seperti sudah kehilangan tujuan hidupnya dan akal sehatnya.
"Sakit lo Cha." Daren geleng-geleng kepala setelah mendengarkan perkataan Acha yang panjang lebar itu.
"Cha, kayaknya elo yang punya kelainan. Bukan gue!" Flo menyahut. Menatap sinis ke arah Acha.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
RandomSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...