Suasana sekolah belum cukup ramai karena memang hari masih sangat pagi. Siswa-siswi yang datang baru sebagian. Termasuk kelas Acha yang juga terbilang sepi. Hanya terlihat Rian, Andra dan Flo di kursi-meja masing-masing, serta ada Elle yang sibuk dengan buku pelajarannya serta earphone yang melekat di kedua telinganya.
Semenjak Elle menjadi siswa di SMA ARWANA, posisi Andi di kelas sebagai siswa teraktif nomor dua setelah Daren, diambil alih oleh Elle. Andi sendiri memang mengakui jika sepupunya itu termasuk ke dalam kategori siswa berotak cerdas. Lagi pula, di sekolahnya dulu, Elle merupakan siswa kebanggaan. Wajar saja jika di sekolahnya yang sekarang Elle membawa perilaku baik itu.
Begitu Acha dan Daren memasuki kelas, seluruh sorot pandang mengarah kepada mereka. Kecuali Elle yang masih sibuk dengan buku pelajaran yang dipegangnya.
"Tumben datengnya pagi." Rian menyeletuk begitu Daren menempati kursi belajarnya.
"Elo yang kecepetan datengnya." Daren menjawab malas.
"Ya gimana? Gue ada misi soalnya, sama Andra." Rian terkekeh. "Ya nggak, Ndra?" Rian menyenggol pelan bahu Andra.
"Yo i." Andra manggut-manggut.
"Misi nyolong bolpoin, maksud lo?" Daren menaikkan sebelah alisnya.
Rian dan Andra nyengir kuda. Daren memang sangat peka. Memang kebiasaan Rian dan Andra adalah mencuri bolpoin teman sekelas mereka yang tertinggal atau memang sengaja ditinggal di dalam laci meja belajar mereka. Bahkan, terkadang Rian dan Andra juga mengambil bolpoin anak kelas sebelah.
"Iya itu emang misi utama kita untuk masuk sekolah pagi-pagi." Andra terkekeh tak berdosa.
"Gue liat tadi si Laras bawa bolpoin banyak banget, Ndra. Kayaknya bisa tuh kita proses." Rian menyenggol pelan bahu Andra.
Andra manggut-manggut, "Pulang sekolah langsung kita sikat."
Daren dan Flo hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka mendengar perbincangan Rian dan Andra. Laras adalah salah-satu orang yang jadi korban Rian dan Andra. Gadis malang yang berpenampilan sedikit cupu itu kerap kehilangan bolpoin miliknya.
Tiba-tiba, Acha yang tadinya duduk di kursi kini bangkit berdiri dan beranjak menuju ke arah kursi-meja milik Elle. Memperpendek jaraknya dengan pria berwajah tampan itu.
Acha diam memperhatikan Elle yang masih fokus pada bukunya. Sepertinya Elle tidak menyadari kehadirannya.
"Elle..." Acha memilih menegur setelah sekian lama Elle masih juga tidak menyadari kehadirannya.
Elle tertegun. Lantas menoleh ke arah Acha yang berdiri tepat di sebelahnya.
"Eh, Acha?" Elle tampak kaget. "Gue nggak nyadar kalau ternyata ada lo. Sorry." Elle nyengir.
"Nggak pa-pa."
Segera, Elle menutup bukunya dan kemudian melepas earphone yang masih melekat pada telinganya.
"Ada apa, Cha?" tanya Elle penasaran. "Lo nyamperin gue pasti punya alesannya, kan?"
Acha manggut-manggut, "Gue cuma mau bilang makasih."
Elle menautkan kedua alisnya, "Makasih karena?" Elle heran.
"Makasih karena lo udah sempetin ngasi gue pizza pagi tadi."
Elle tersenyum lebar. Kemudian menganggukkan kepalanya pelan, "Sama-sama, Cha."
"Lo... baik."
Elle terkekeh, "Lo juga baik."
Acha menoleh ke belakang. Mendapati teman-temannya tengah memperhatikkannya dan juga Elle. Sesaat kemudian, Acha kembali menoleh ke arah Elle. Pria itu mengulum senyumnya yang paling manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
SonstigesSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...