|| Denganmu, aku bebas menjadi diriku sendiri.
-Natasha Ceryl
***
"Acha."
Acha melemparkan pandangannya ke arah sang Mama yang baru saja memanggilnya. Sebelumnya sempat Acha memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya.
"Kenapa, Ma?" tanya Acha dengan mulut yang masih kepenuhan.
"Jadi kapan Acha mau ubah sifat buruk Acha?" tanya Maya serius.
Daren yang tadinya tidak begitu peduli dengan obrolan yang sedang berlangsung, kini ia ikut melemparkan pandangannya ke arah Maya. Sepertinya pembahasan kali ini cukup serius dan penting.
"Maksud Mama?" tanya Acha polos.
Maya mendengus pelan, memperhatikan Acha dengan lebih serius, "Kapan Acha mau mencoba mandiri? Acha nggak bisa terus-terusan kayak gini. Sampe kapan Acha mau bergantung sama Daren dan ngerepotin Daren terus? Acha nggak bisa kayak gini terus, sayang..."
Acha mendengus pelan. Diam sejenak sebelum akhirnya ia angkat bicara, "Mama ribet."
Jawaban Acha membuat Maya terheran-heran, "Kok ribet?"
"Ma, hidup itu simple kalo nggak diribetin," desis Acha pelan. "Mama tenang aja, Daren nggak pernah ngerasa direpotin kok. Ya kan, Ren?"
Daren menoleh ke arah Acha. Frustasi dalam menghadapi sikap Acha.
"Cha, gue emang nggak pernah ngerasa direpotin sama lo. Gue juga nggak masalah kalo lo terus-terusan bergantung sama gue." jeda. "Tapi nggak ada salahnya juga untuk lo berubah dan melupakan kebiasaan-kebiasaan buruk lo itu."
"Bener yang dibilang sama Daren. Ada baiknya Acha mencoba perbaiki diri," sambung Maya.
"Ma, segala sesuatu itu harus disertai dengan niat dan kemauan," desis Acha. "Sedangkan Acha? Acha nggak berniat dan belum punya kemauan untuk ngerubah diri. Ngerubah diri itu ribet, Ma. Acha nggak suka yang ribet-ribet. Acha suka bebas dan nggak ada yang ngekang."
Maya menggeleng-gelengkan kepalanya setelah mendapatkan jawaban dari Acha yang super konyol itu. Sudah sering kali Maya menasehati Acha dalam hal ini, namun tidak pernah sekalipun Acha menuruti kemauannya. Padahal yang diminta oleh Maya adalah sesuatu yang baik dan sudah menjadi keharusan bagi Acha untuk melakukannya, bukan malah menentangnya.
"Acha berangkat sekarang ya Ma?" ucap Acha sembari bangkit dari duduknya. "Yuk, Ren?"
Daren mengangguk dan kemudian ikut berdiri lalu menggunakan ransel di sebelah bahunya.
"Aku sama Acha berangkat ya, Tan?" ucap Daren sembari mencium punggung tangan Maya.
"Acha berangkat." selanjutnya Acha bergegas mencium punggung tangan Mamanya. Tidak lupa Acha mendaratkan sebuah ciuman tepat pada pipi kiri Maya. "I love you, Ma!"
"Love you to." Maya menyahut pelan sembari tersenyum lebar. "Hati-hati."
Acha lantas menarik pergelangan tangan Daren dengan sangat kuat. Daren mencak-mencak di belakang meminta dilepas, namun Acha mengabaikannya.
"Sakit, Cha!" sentak Daren saat sudah berada di luar rumah dan sudah berhadapan dengan mobil kepunyaannya.
"Lebay lo!" lantas setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Acha langsung memasuki mobil dan duduk di jok depan.
Daren mendengus, lalu ikut masuk ke dalam mobil.
Tanpa aba-aba, Daren lantas menekan gas dan mobil melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan jakarta menuju ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
RandomSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...