Minggu pagi...
Tiga bulan sudah dipergunakan oleh Acha untuk melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat. Barulah sekarang ini Acha mengisi waktunya dengan hal-hal yang berguna. Tidak hanya sekedar untuk tidur dan bermalas-malasan.
Tiga bulan terakhir ini, waktu Acha banyak dipergunakannya untuk kegiatan-kegiatan positif. Pagi hari, Acha selalu siap dengan pakaian seragamnya untuk berangkat sekolah, tanpa perlu bantuan Daren lagi. Tempat tidurnya juga ia rapikan sendiri. Sepulang sekolah, Acha belajar memasak bersama Daren hingga menjelang sore. Terkadang juga Maya ikut mengajarkan Acha memasak jika ia sedang tidak sibuk di kantor dan juga butik. Menjelang malam, Acha mempergunakan waktunya untuk belajar, mengulang-ulang pelajaran saat di sekolah--dibantu oleh Daren dan Elle, tentunya.
Di awal memang sedikit sulit, tapi lama kelamaan Acha juga terbiasa dengan kegiatan-kegiatan tersebut. Bahkan di sekolah, banyak yang pangling melihat perubahan yang terjadi pada Acha. Julukan "perempuan pemalas yang selalu merepotkan Daren" yang dilontarkan kepada Acha perlahan mulai surut. Guru-guru juga banyak yang pangling sekaligus senang melihat perubahan Acha.
"Capek." Acha terengah-engah sembari mengelap keringatnya yang mengaliri pelipisnya.
Daren terkekeh pelan sembari mengelus pelan puncak kepala Acha.
"Kita istirahat dulu di kursi sana." Elle menawarkan. "Sekalian beli eskrim kayaknya enak."
Acha menoleh ke arah kursi yang ditunjuk oleh Kakaknya. Selanjutnya gadis cantik itu mengangguk setuju, Daren juga sama. Lantas ketiganya berjalan ke arah kursi besi bercat putih tersebut dan duduk di sana.
"Biar gue yang beliin eskrimnya." lantas Elle bergegas menuju ke arah tukang eskrim di dekat tempat peristirahatan mereka untuk membeli eskrim.
Acha mengibas-ibaskan tangannya karena panas. Mentari terlihat sangatlah terik. Namun, tidak membuat taman mini ini terlihat sepi. Acha memperhatikan orang-orang yang berlarian kecil di depannya. Memang setiap minggu pagi, orang-orang yang tinggal di sekitar taman banyak yang melakukan lari pagi, hitung-hitung olahraga. Sama halnya yang dilakukan oleh Acha, Daren, dan Elle. Pagi ini Maya tidak ikut serta karena alasan sedang tidak enak badan.
"Capek banget, Cha?" Daren menyeka keringat Acha yang membasahi pelipisnya.
Acha mengangguk pelan, "Sedikit."
"Lo cantik."
Acha melemparkan pandangannya ke arah Daren setelah mendengarkan pengakuan pria tersebut.
"Udah tau." Acha mencibir.
"Elah, makasih... gitu." Daren memasang wajah datar.
"Iya, makasih Darenku sayang..." Acha memperlihatkan sederet gigi putihnya. Membuat Daren merasa gemas melihatnya. Alhasil Daren mencubit pipi Acha kuat-kuat. "Nggak santuy banget, lo nyubitnya!" Acha mendengus.
"Pipi lo gemesin soalnya." Daren nyengir kuda. "Mending gue cubitin, dari pada gue cium?"
"Boleh." Acha menunjuk-nunjuk pipi kirinya.
Daren terkekeh pelan. Tidak menyangka jika Acha justru meng-iya-kan ucapannya.
Cup.
Tanpa ragu, Daren lantas mendaratkan sebuah ciuman singkat pada pipi kiri Acha. Tidak peduli jika orang-orang di sekitar memperhatikan kemesraan dua bersahabat tersebut.
"Gue sayang sama lo, Cha." Daren memperhatikan Acha serius.
Acha balas memperhatikan Daren. Mengembangkan senyuman manisnya, "Gue juga sayang sama lo, Ren."
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
RandomSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...