80 | Pemberangkatan

1.3K 95 11
                                    

Acha mempoles sedikit bedak bayi pada wajahnya. Sangat tipis, hingga tidak terlihat memoleskan sesutu. Bibir merahnya terlihat begitu menawan, padahak Acha tidak memoleskan apapun di sana. Warna pink pada bibirnya memang murni bawaan lahir.

"Selesai."

Acha tersenyum melihat dirinya dari pantulan cermin. Sangat cantik. Selanjutnya Acha beralih menoleh ke arah arloji yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Jam menunjukkan pukul 06.00, satu jam lagi pesawat akan segera take off.

Acha mengenakan tas punggungnya, lalu meraih kopernya. Selanjutnya gadis cantik itu melangkah menuju ke arah ambang pintu kamar.

"Good bye, kamar. Gue pasti bakal kangen banget sama kamar ini." setelah mengucapkan kata-kata singkat tersebut, Acha langsung menutup pintu rapat-rapat.

Setelah itu Acha segera turun menuju ke arah ruang makan. Sudah ada Maya, Elle, dan Daren yang menunggunya di sana.

"Udah siap, sayang?" tanya Maya saat melihat kehadiran Acha.

Acha mengangguk pelan, "Udah, Ma."

"Yaudah, Acha sarapan dulu gih. Andi sama orang tuanya lagi dalam perjalanan ke sini," ujar Maya memberitahukan Acha.

Acha mengangguk pelan, "Iya, Ma."

Selanjutnya Acha langsung menempati kursi di sebelah Daren. Meraih sebuah roti dan kemudian memolesnya dengan selai coklat.

Tidak lama kemudian, terdengar suara klakson mobil dari arah pekarangan rumah. Kompak pandangan mereka semua teralihkan ke arah letak pekarangan depan rumah. Meskipun tidak dapat melihat, namun mereka dapat memastikan bahwa yang datang adalah Andi dan kedua orang tuanya.

"Itu kayaknya mereka udah datang." Maya menoleh ke arah Acha. "Kita keluar sekarang, ya?"

Lantas Acha, Maya serta Daren dan Elle langsung bergegas menuju ke arah pintu utama.

"Biar gue aja yang bawain." Daren mengambil alih koper yang hendak dibawa oleh Acha.

Acha mengangguk pelan, "Makasih, Daren."

Selanjutnya mereka langsung bergegas menyusul ke luar. Dan benar saja, Andi bersama kedua orang tuanya sudah datang. Selain mereka, juga ada seorang Bapak-bapak yang diyakini oleh Acha adalah supir pribadi Reina yang akan mengantarkannya serta Andi ke bandara.

"Acha udah siap?" tanya Reina sembari mengelus lembut pipi Acha.

Acha mengangguk sungkan, "Udah, Tan."

"Yaudah, kalo gitu kalian bisa berangkat sekarang aja. Pesawat akan take off dalam waktu 45 menit lagi." Erwin menyahut.

Acha dan Andi mengangguk berbarengan.

"Om, Tante, makasih ya, karena udah mau repot-repot ngurusin pendaftaran Acha di sana. Acha bener-bener ngerasa beruntung bisa kenal Om sama Tante." Acha menatap Reina dan Erwin penuh haru.

Reina tersenyum lebar, "Sama-sama, Acha. Tante sama Om juga seneng kok, karena bisa bantuin Acha. Tante udah anggap Acha kayak anak Tante sendiri."

Acha mengangguk tersanjung, "Makasih, Tan."

"Untuk Tante Maya..." tiba-tiba Andi bersuara. Ia menatap Maya lekat-lekat. "Aku janji bakal jagain Acha di sana. Aku bakal anggap Acha kayak Adik kandung aku sendiri. Aku bakal jaga Acha dan sayangin Acha layaknya seorang Kakak yang menjaga dan menyayangi Adiknya. Aku janji, Tan."

"Makasih, Ndi." Maya tersenyum lebar.

"Dek, lo hati-hati di sana. Gue pasti bakal kangen banget sama lo." Elle meraih pundak Acha lalu memeluknya erat-erat. "Kabarin gue setiap ada waktu."

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang