Daren memarkirkan mobilnya di depan sebuah mall yang cukup besar. Mall tersebut adalah mall terbesar yang ada di kota tempat tinggalnya. Dimana, ia dan Acha sering berbelanja di mall tersebut.
"Sesuai diskusi tadi." Daren membuka suara sembari menoleh ke arah Acha dan Citra secara bergantian. "Kita bakal pergi ke mall ini. Di sini, lo berdua bebas mau belanja apa aja, gue yang bayar. Ntar baru kita makan."
Baik Acha maupun Citra, mereka sama-sama menganggukkan kepala pertanda mengerti. Selanjutnya mereka melepas sabuk pengaman masing-masing dan keluar dari mobil.
"Yuk?" Daren meraih telapak tangan Acha. Tersenyum lebar ke arah gadis tersebut.
Acha balas tersenyum sembari mengangguk. Menyambut hangat pegangan tangan Daren lalu mengikuti langkah pria jangkung tersebut memasuki mall.
Citra menatap kepergian Acha dan Daren dengan raut wajah kecewa. Sebenarnya apa posisinya sekarang ini? Benar-benar menyakitkan untuknya.
"Gue-? Mereka-? Kenapa?! Gue juga baru sadar kalo ternyata mereka pake baju cople-an? Lah gue? Ini belum apa-apa. Gue harus sabar. Gue harus bisa terima semuanya karena gue... bener-bener cinta sama Daren." Citra menarik nafas panjang. Mencoba setenang mungkin. Mengulum senyuman lebar lalu mengikuti Acha dan Daren yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
"Kalian mau beli apa?" tanya Daren kepada kedua perempuan di sebelahnya.
"Baju... mungkin?" Citra mendesis pelan.
Daren diam sejenak. Melemparkan pandangannya ke arah Acha. Daren mengangguk setuju saat ia sudah menerima anggukan kecil dari Acha.
Mengelilingi mall selama dua jam untuk mencari barang-barang yang diperlukan, cukup menguras banyak tenaga juga. Setelah usai berbelanja, Daren, Acha dan Citra, memutuskan untuk makan di cafe mall.
Memesan satu box pizza mini untuk Acha, dua porsi stick untuknya dan Citra, serta tiga gelas just jeruk untuk ketiganya.
"Ini tempat gue sama Kiena putus." Daren angkat bicara setelah mereka menikmati makan hanya dengan diam. "Lo... berencana untuk marah trus kita putus juga?" Daren menarikkan alisnya sebelah.
Citra gelagapan, buru-buru menggeleng-gelengkan kepalanya kuat. Citra benar-benar menolak penuturan Daren dengan sangat.
"Sama sekali enggak." Citra berujar antusias. "Nggak ada alasan untuk marah dan ngebuat hubungan kita berakhir."
Daren tersenyum miring, "Kirain." pria jangkung itu mendesis pelan.
"Kirain apa?" Citra bertanya lugu.
"Kirain lo juga nggak bakal bisa terima posisi Acha sebagai sahabat gue. Mungkin lo jengah dengan kedekatan kita. Kalo lo keberatan ya... lo boleh pergi aja, nggak masalah." Daren mengelus pelan puncak kepala Acha. Gadis itu sama sekali tidak peduli. Acha lebih fokus pada pizzanya.
"Nggak kok, Ren. Aku nggak bakal pergi." Citra tersenyum kikuk. "Aku sama sekali nggak keberatan sama hubungan kalian. Mungkin sulit, tapi bakal aku coba. Aku ngelakuin ini, karena aku bener-bener sayang dan cinta sama kamu, Daren."
Daren tersenyum, mengelus puncak kepala Citra untuk yang pertama kalinya. Jujur, Citra tertegun. Tidak menyangka jika ia akan mendapatkan elusan lembut dari Daren. Sungguh Citra sangat senang.
"Thanks karena lo udah mau sayang plus cinta sama gue. Thanks juga karena lo udah mau terima Acha sebagai orang terdekat gue dengan senang hati. Dengan begini, nggak ada alasan untuk gue mutusin lo. Karena cewek kayak lo yang gue cari."
Citra tersenyum lebar, jantungnya berdetak kencang setelah mendengar penuturan Daren.
"Cewek kayak lo yang gue cari, karena lo bisa terima Acha." Daren melanjutkan ucapannya. "Mungkin sekarang gue belum bisa sayang atau pun cinta sama lo. Tapi nggak ada yang tau kedepannya bakal kayak gimana."
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
De TodoSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...