59 | Jogging

907 67 0
                                    

Menjelang minggu...

Acha menggeliat manja. Memeluk erat-erat bantal guling di sebelahnya. Acha menarik balik selimut tebal yang sedikit tersingkap. Menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik selimut tebal dan lembut yang sudah membuatnya nyaman, hingga Acha merasa enggan untuk pergi.

Bunyi jam baker yang terletak di atas nakas mengganggu waktu tidurnya. Dengan geram, Acha meraih jam baker tersebut lalu melemparkannya asal, masih dengan mata yang enggan terbuka.

Grep.

Sebuah tangan kekar berurat, berhasil menyelamatkan umur si jam baker. Hampir saja jam tersebut kandas akibat terbanting keras ke arah pintu kamar.

"Astaga, Acha!" Daren mengerang emosi dan langsung melompat ke atas tempat tidur Acha. Mengguncang-guncangkan tubuh gadis pemalas itu sekuat tenaganya.

"Argh! Ganggu!" Acha menendang tubuh Daren hingga pria itu tersungkur ke bawah dan mencium lantai.

"Sialan!" Daren mendengus. Mengusap-usap pelan jidatnya yang terasa nyeri.

Lagi, tidak menyerah, Daren kembali menaiki ranjang. Menarik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh Acha.

"Bangun, Acha!" Daren berteriak keras.

Merasa terganggu, Acha membuka matanya perlahan, "Apa sih, Ren? Lo ganggu waktu tidur gue, asal lo tau..." Acha mengucek-ucek matanya pelan. Memasang wajah kesalnya di sana. "Gue ngantuk, mau tidur."

"Lo tidur apa ngebo?" Daren mendecak kesal.

"Bodoamat apaan. Yang jelas gue mau rebahan seharian." Acha menatap Daren dengan mata yang terkantuk-kantuk. "Hari ini itu hari minggu, yang cuma terjadi dalam tujuh hari sekali. Dan gue nggak mau nyia-nyiain waktu berharga gue untuk tidur sampe besok pagi." Acha menutup kembali matanya. Memeluk guling empuk di sebelahnya. Acha mencoba mengabaikan Daren dengan memutar tubuhnya untuk tidur membelakangi pria tampan itu.

"Sekalian aja nggak usah bangun." Daren mendecak. "Hidup lo kek nggak ada manis-manisnya."

"Ngapain hidup gue manis kalo udah ada gue yang manis." Acha memperlihatkan sederet gigi putihnya. Masih dengan matanya yang terpejam.

"Cha... jangan ngelantur." Daren mendengus. "Bangun, Cha. Lo lupa, kalo hari ini kita mau jogging? Tante Maya udah nunggu di bawah." Daren mengguncang-guncangkan bahu Acha yang tidur. Sementara Acha tidak peduli.

Memang benar yang dikatakan Daren, bahwa mereka berencana untuk jogging memutari area taman komplek. Semalam Acha sudah meng-iya-kan untuk ikut. Tapi sekarang, gadis itu malah memilih untuk tidur.

"Cha..."

Acha mendengus pelan, "Lo pergi sama Mama aja. Gue masih ngantuk, mau tidur. Ntar gue nyusul."

Daren memasang wajah datarnya. Posisi duduknya sedikit membungkuk karena kesal, "Trus gue percaya, gitu? Nggak mungkin lo nyusul, dan gue nggak mungkin ngebiarin lo sendirian di rumah." Daren menyentak kesal. "Ayo dong, Cha..."

Daren beringsut mendekati Acha. Membungkukkan badannya agar lebih dekat dengan Acha. Mendekati wajahnya ke arah wajah Acha yang tidur menyamping.

Cup.

Daren mencium singkat pipi gembul Acha. Merasa tidak ada respon apapun dari Acha, Daren kembali mencium pipi Acha. Kali ini bibir Daren mendarat cukup lama di sana.

Sebisa mungkin Acha menahan gejolak jantungnya yang berdetak ria. Entah mengapa ia merasa gugup saat dicium Daren. Padahal ini bukan kali pertamanya.

"Ayo dong, Cha..." Daren masih mencoba membujuk Acha. "Ntar gue beliin pizza sama eksrim."

Acha membuka matanya perlahan, "Oke."

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang