77 | Menjauh

1.3K 89 12
                                    

"Jadi bener, lo suka sama Andra?"

Salma diam sejenak sembari terus memperhatikan Acha. Selanjutnya Salma mengangguk ragu.

"Ya... kayak yang gue bilang di telfon, tadi." Salma tampak berfikir. "Konyol banget rasanya kalo dipikir-pikir. Bertahun-tahun gue naksir sama Andra, dan gue nggak pernah berani ngungkapin perasaan gue ke dia."

Sejauh ini Acha hanya diam. Sekarang Acha hanya membutuhkan penjelasan dari pihak wanita. Karena jika tentang Andra, Acha sudah mengetahui semuanya, dan Andra juga menyukai Salma sama seperti Salma menyukainya.

"Sebenernya gue sempet mau nyerah pas gue denger Andra naksir sama cewek di kelas kita. Gue ngarepnya sih, orangnya itu gue. Dan gue harap Andra juga bakal ngungkapin perasaannya ke gue. Tapi ternyata gue salah. Andra sama sekali nggak nunjuin kalo dia suka balik sama gue. Malah... Andra keliatan biasa-biasa aja."

Acha terkekeh pelan. Selanjutnya Acha meraih kedua pundak Acha lalu menggemnya erat-erat, "Lo salah, Salma."

Salma mengerutkan keningnya tidak mengerti, "Maksud lo, Cha?"

Acha menghembuskan nafas pelan lalu tersenyum tipis, "Lo tau? Andra juga naksir sama lo."

Mata Salma terbelalak lebar. Tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Acha barusan.

"Lo serius?" Salma bertanya tidak percaya.

"Gue lebih dari serius." Acha menjawab yakin. "Andra suka sama lo dari SMP. Dan selama ini... Andra udah nyoba ngode-ngode elo. Tapi... lo-nya malah nggak peka-peka. Gue sampe gemes tau nggak, ngeliat keenggakpekaan lo itu."

"Cha... gue rasanya nggak percaya. Lo jangan ngarang cerita." Salma menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue sama sekali nggak ngarang cerita, Sal. Semua yang lo denger barusan, itu murni bagaimana bentuk perasaan Andra ke lo yang sebenernya." Acha menatap Salma penuh keyakinan.

"Oke, gue percaya sama lo." Salma mengangguk cepat. "Tapi apa yang harus gue lakuin sekarang, Cha? Apa gue harus masuk universitas yang sama kayak Andra, biar gue bisa nunggu Andra ngungkapin perasaannya ke gur?" Salma kehabisan akal. Ia sama sekali sudah tidak tau harus berbuat apa.

"Nggak, Sal." Acha menggelengkan kepalanya cepat. "Udah nggak ada waktu untuk lo nunggu."

"Jadi, jadi apa yang harus gue lakuin, Cha?" Salma semakin gelagapan. Bingung menghadapi situasi yang sekarang.

"Ungkapin."

Salma tertegun. Matanya membola saat mendengar ucapan singkat yang keluar dari mulut Acha yang terkesan irit bicara.

"Ungkapin?" Salma menatap Acha tak percaya. "Ungkapin, lo bilang?"

"Kenapa? Ada yang salah?" Acha menaikkan kedua alisnya mengintimidasikan Salma.

"Ya salah dong, Cha. Ya kali gue nyatain perasaan gue duluan?" Salma menggeleng-gelengkan kepalanya menolak.

"Kalo menurut gue sih, enggak. Hidup cuma sekali, loh. Umur juga nggak ada yang tau sampe kapan. Kalo gue sih nggak mau pergi dalam keadaan ada yang belum selesai. Salah-satunya ya... menyatakan perasaan, misalnya?" Acha menatap Salma yakin. "Kalo soal jawabannya gimana itu ya terserah dia. Kalo emang jawabannya nanti nggak sesuai dengan apa yang lo mau, ya lo nggak perlu maksain. Tugas lo cuma ung-ka-pin."

Salma menghembuskan nafas berat. Yang diucapkan oleh Acha memang ada benarnya.

"Tapi menurut gue, Andra nggak bakal nolak lo, Sal. Gue yakin Andra pasti bakal langsung terima lo jadi pacarnya dia. Percaya sama gue." Acha meraih tangan Salma lalu menggenggamnya erat.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang