Kini Elle sudah memijakkan kakinya di sebuah ruangan bercat krim. Ruangan yang tertata rapi dan terlihat bersih, berbau harum pula.
Ruang tv. Elle kini berada di ruang tv di rumah Maya, ibu kandungnya.
"Sekarang kamu tinggal di sini, ya?" Maya mengelus pelan pundak Elle lembut. Penuh kasih sayang. Dari matanya tersirat jelas rasa keibuannya terhadap Elle.
Elle mengangguk pelan.
"Kamar kamu di atas, di sebelah kamar Adik kamu." Maya mendesis pelan.
Elle melirik ke arah Acha. Mengelus puncak kepala gadis itu yang kini telah diketahuinya sebagai Adik kandungnya.
"Acha, anterin Kakak ke kamarnya, sayang..." suruh Maya lembut.
Acha mengangguk pelan, "Iya, Ma." Acha melemparkan pandangannya ke arah Elle. "Elle, lo ikut gue ke atas. Gue anter ke kamar lo."
Elle diam sejenak, "Cha, lo nggak manggil gue dengan sebutan 'Kakak'?" tanya Elle menaikkan dagunya.
"Iya iya..." Acha manggut-manggut. "Kak, lo ikut gue ke atas, gue anter lo ke kamar lo."
"Nah, gitu dong." Elle menepis pelan hidung Acha menggunakan telunjuknya. "Aku ke atas dulu ya, Ma?" Elle menoleh ke arah Maya.
Maya mengangguk, "Iya sayang."
"Daren, lo ikut..." Acha meraih tangan Daren lalu menariknya pelan.
Lantas ketiga manusia itu berjalan menyusuri anak tangga menuju ke atas. Elle tampak kerepotan membawa sebuah koper berukuran besar, serta ransel yang menggantung di sebelah pundaknya.
"Perlu gue bantu?" tawar Daren.
Elle menggeleng pelan, "Nggak usah, Ren. Makasih."
Daren mengangguk. Tidak lama kemudian, mereka sudah berhadapan langsung dengan kamar yang akan ditempati oleh Elle.
Acha membuka pintu tersebut lebar-lebar. Memperlihatkan bentuk kamar tersebut di dalam sana. Sebuah springbad dengan sprei berwarna biru dongker bermotifkan kotak-kotak. Lemari kaca yang terdapat di dekat sofa panjang yang bersisian langsung dengan dinding. Kamar yang terawat rapi dan bersih itu menyemburkan aroma wangi buah yang menghangatkan indra penciuman.
"Ini kamar lo sekarang. Kalo lo perlu apa-apa, bisa langsung samperin gue. Kamar gue di sebelah." Acha menjelaskan.
Elle manggut-manggut, "Makasih, Cha."
"Sama-sama, Kakak kandung gue." Acha memperlihatkan sederet gigi putihnya. "Yaudah lo buruan beres-beres, gih. Perlu bantuan?"
Elle menggeleng, "Biar gue sendiri aja."
Acha mengangguk. Selanjutnya Elle langsung memasuki kamar barunya. Menutup pintu tersebut rapat-rapat.
Acha melemparkan pandangannya ke arah Daren. Pria itu tampak banyak diam.
"Lo kenapa, Ren?" tanya Acha yang langsung digelengkan oleh Daren.
"Nggak pa-pa."
***
Acha duduk si sebelah Daren, sementara Elle duduk di sebelah Maya. Mereka tengah menikamati makan malam bersama. Keadaan kini tampak lebih hangat dari biasanya.
"Ma."
Panggilan Elle membuat Maya menoleh cepat ke arahnya. Begitu pula dengan Acha dan Daren.
"Kenapa?"
"Aku mau nanya, boleh?" Elle menatap Mamanya serius.
"Kamu mau nanya apa, sayang?" Maya bertanya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
RandomSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...