64 | Interogasi

940 58 18
                                    

"Lo mau omongin apaan sih, Ren, sama Elle?" Andra melahap sebuah bakso bulat-bulat ke dalam mulutnya. "Kok kayaknya serius banget?"

Hiruk pikuk di kantin membuat Andra harus sedikit memperbesar volume suaranya. Atau jika tidak, Daren tidak akan dapat mendengar pertanyaannya.

"Sesuatu, penting." Daren menjawab singkat lalu meneguk just jeruk di hadapannya.

"Ya sesuatu itu apa, Ren? Buat penasaran aja." Andra masih terus bertanya. Membuat Daren sedikit kesal.

"Ntar lo tau sendiri."

Andra akhirnya diam. Memilih melahap baksonya kembali.

Daren melemparkan pandangannya ke arah Acha. Gadis itu tengah melahap pizza pemberian Elle pagi tadi. Kebetulan Acha tidak sempat memakannya karena keburu jam pelajaran di mulai. Mau tidak mau Acha menunda waktu makannya saat jam istirahat mendatang. Yakni sekarang ini.

"Makan yang bener, Acha..." Daren meraih sebuah tisu lalu membersihkan sudut bibir Acha yang belepotan terkena bercak-bercak pizza. "Makan kayak anak kecil."

"Makasih, Daren." Acha melemparkan senyumnya setelah Daren usai membersihkan mulutnya yang berantakan.

Daren manggut-manggut, lalu mengelus puncak kepala Acha pelan.

"I love you." Daren memajukan mulutnya ke arah Acha.

Acha terkekeh pelan, "Love you to." Acha membalas singkat.

Daren menunjuk-nunjuk pipi kanannya sendiri. Mengkode Acha untuk segera menciumnya.

Tanpa menunggu lama, Acha langsung mendaratkan sebuah ciuman singkat pada pipi kanan Daren. Membuat pria itu terkekeh pelan.

"Thank you, Darling..."

Acha manggut-manggut. Kembali melanjutkan aktivitas makannya.

"Kayaknya kalian berdua emang bener-bener nggak waras." Rian angkat bicara. Ia terperangah saat menyaksikan kemesraan dua sejoli itu. "Sampe kapan kalian mau Adek-Kakak'an kayak gini, woi?!" Rian benar-benar jengah menghadapi dua makhluk di hadapannya ini.

"Lama-lama, gue yang bakal nikahin lo berdua terang-terangan." Andra menyetujui ucapan Rian. "Udah dipeluk-peluk, udah dicium-cium, udah sayang-sayangan, cinta-cintaan, tapi masih... aja Adek-Kakak'an. Mau sampe kapan gue tanya? Sampe kapan?"

"Urusannya sama lo berdua apa?" Daren menaikkan sebelah alisnya. Wajahnya tidak berekspressi.

"Gue gerem, tau lo? Gerem gue ngeliat yang beginian! Naik darah gue, tau nggak lo?!" Andra mulai ngegas. Lama-lama ia benar-benar jengah dalam hal menasehati Daren. "Nggak mungkin lo berdua nggak saling naruh perasaan. Nggak mungkin lo berdua cuma ngaku sebagai sahabat. Lo berdua itu udah sama-sama suka! Buru dah, jadian! Peka kaga, ngeselin iya!" Andra membuang muka.

"Ribet lo, Ndra." Acha menjawab ketus. "Nggak usah ikut campur."

"Ya masalahnya, Cha-"

"Atau gue panggil Salma sekarang?" Acha mencoba mengancam Andra. Seketika itu juga Andra menutup mulutnya rapat-rapat. Tidak memberikan penyanggahan apapun.

Andra merasa, ia cukup memberikan tindakan tutup mulut jika Acha sudah membawa-bawa nama Salma dalam obrolan ataupun perdebatan mereka. Acha bukan type perempuan yang main-main dengan ucapannya. Kalau Acha sampai mengatakan yang sebenarnya kepada Salma, itu akan merusak harga diri Andra--begitu pikir si Andra, pria yang terus-terusan menjadi target bulian Acha.

"Gile, langsung diem." Rian ngakak. Menepuk pundak Andra karena pria itu mendadak diam. "Ancaman lo berbobot banget, Cha."

"Gue nggak bisa ngapa-ngapain lagi kalo Acha udah bawa-bawa nama Salma." Andra menyahut datar. "Masih punya harga diri, gue."

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang