Ujian kelulusan berlangsung cepat. Seminggu telah dipergunakan oleh siswa-siswi kelas dua belas untuk berhadapan dengan komputer. Melaksanakan ujian via UNBK. Tidak ada kendala apapun selama ujian berlangsung. Semuanya berjalan mulus sesuai harapan.
Setelah usai melaksanakan ujian, disusul dengan minggu tenang. Selama seminggu siswa-siswi datang ke sekolah sekenanya. Tidak untuk belajar, namun guru-guru mempersilahkan untuk mereka menyalurkan bakat masing-masing. Baik di bidang olahraga, dan lain-lain.
Dan sekarang, tibalah di hari yang ditunggu-tunggu. Hari dengan nama sabtu, dimana di hari ini adalah hari pembagian rapor. Siswa-siswi datang ke sekolah seperti biasanya. Mereka diberi kebebasan di lingkungan sekolah sebelum pembagian rapor di mulai. Siswa-siswi bebas ingin melakukan kegiatan apa saja, selama tidak keluar dari peraturan sekolah yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah.
"Gelisah banget, Cha?" Daren menepuk pelan pundak Acha.
Reflek, gadis itu menoleh cepat ke arah Daren. Pria itu baru saja kembali dari kantin untuk membeli sebotol air mineral.
"Nih, minum." Daren menyodorkan botol tersebut kepada Acha.
Acha meraih botol tersebut, "Makasih, Ren."
Daren manggut-manggut. Selanjutnya Daren menempati kursi di sebelah Acha. Memperhatikan gadis itu yang tampak gugup. Memang sejak pagi tadi, Acha terlihat tidak tenang. Ia terus memikirkan bagaimana dengannya saat pembagian rapor nanti.
"Nggak usah dipikirin banget, Cha. Gue yakin lo bakal masuk lima besar." Daren meyakinkan.
"Iya, Cha. Gue juga yakin lo bakal masuk lima besar. Kepintaran lo ngelebihin gue, soalnya." Flo menyahut sembari terkekeh. "Gue sampe nggak nyangka."
"Lo terlalu berlebihan." Acha mendesis pelan. "Biasa aja kok."
Memang Acha yang sekarang terlihat lebih dewasa. Ia lebih mengerti dimana suasana yang bisa dipergunakannya untuk bercanda, dan dimana suasana yang harus dihadapi dengan serius.
Kring...
Bel sekolah berbunyi. Kompak seluruh siswa-siswi berhamburan memasuki kelas. Termasuk kelas Acha yang mendadak penuh terisi dengan para penghuninya.
Setelah kelas terisi, kemudian muncullah sang wali kelas sembari membawakan rapor dan lima buah kado yang berukuran cukup besar. Disediakan oleh pihak sekolah bagi penjabat ranking di setiap kelas.
"Selamat pagi?" sapa Bu Siska sembari tersenyum ramah.
"Pagi..." siswa-siswi menyahut kompak.
"Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa hari ini bla bla bla..." sudah menjadi kodratnya, saat akan pembagian rapor, sang guru pasti akan menyampaikan sepatah dua kata singkat. Baik mengenai kejuaraan, kelulusan, dan juga acara perpisahan.
Seluruh siswa-siswi mendengarkan dengan seksama. Deru jantung mereka tidak karuan. Hampir seluruh siswa-siswi merasa gugup akan pembagian rapor di hari ini.
"Baik, tidak perlu berlama-lama lagi, saya akan mengumumkan penerima ranking di kelas ini." Bu Siska menoleh ke arah siswa-siswi di hadapannya. Menarik nafas dalam-dalam sebelum ia membacakan daftar nama penjabat juara kelas.
Pagi ini, nama Daren Charty Lorians kembali disebut sebagai penerima juara pertama di kelasnya. Memang teman sekelasnya itu sudah tidak heran. Seorang Daren selalu berhasil meraih peringkat pertama di kelas sejak kelas sepuluh. Belum ada yang bisa mengalahkan kepintarannya di kelas tersebut.
Darelle William, disebut sebagai penerima peringkat kedua. Sama seperti tiga semester yang lalu. Ia berhasil menjabat sebagai peringkat kedua di kelasnya. Meskipun Elle adalah siswa pindahan, namun ia telah berhasil membaggakan namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
RandomSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...