Daren memarkirkan mobilnya di halaman depan rumahnya yang luas. Acha lantas melepas sabuk pengaman, mengenakan ranselnya dan kemudian langsung keluar dari mobil Daren.
"Gue ngantuk, Ren." Acha memasang wajah lesu. Menguap lebar. Membuat Daren geleng-geleng kepala.
"Ngantuk, lo bilang?" Daren melangkah menghampiri Acha. "Cha, lo tidur di mobil selama jalan pulang. Masih mau bilang ngantuk?" Daren mendecak tidak percaya.
"Buktinya masih." Acha mengangkat kedua bahunya dengan mata yang agak terpejam. "Gue mau pulang."
Acha melangkah gontai menuju ke arah rumahnya. Saat menyebrangi jalan, nyaris Acha tertabrak motor jika Daren tidak buru-buru menarik tangan Acha kuat.
"Astaga, Acha!" Daren berteriak keras.
Acha menggaruk-garuk kepala belakangnya yang tidak gatal, "Kenapa?"
"Lo mau mati, pe'a!" Daren menoyor kepala Acha yang setengah waras itu. "Kalo nyebrang itu liat kiri-kanan dulu, Acha. Jangan asal nyelonong aja." Daren mendumel kesal.
"Mager."
Daren menahan emosinya yang memuncak. Mencoba untuk tidak membentak Acha di pijakannya yang sekarang. Banyak tetangga yang menyaksikan.
"Yaudah, yuk gue anter?" Daren meraih pergelangan tangan Acha lalu menariknya pelan.
Membawa Acha memasuki pekarangan rumahnya. Mobil Maya terparkir jelas di depan rumah. Tidak biasanya jam segini Maya sudah pulang dari kantornya.
"Kayaknya Tante Maya udah pulang, Cha. Tumben banget." Daren mendesis pelan.
"Positif thinking aja kali, Ren..." Acha menyahut melas. "Mungkin Mama udah pulang."
Daren mendecih lalu menoyor kepala Acha kuat, "Apa sih, Cha, nggak nyambung."
Acha membodoamatkan omelan Daren.
Acha dan Daren melangkah memasuki rumah. Mendapati Maya yang tengah menata makan siang di ruang makan.
"Eh, kalian udah pulang?" Maya tersenyum lebar saat melihat Acha dan Daren datang menghampirinya.
"Udah Tan." Daren menyahut.
Acha menarik sebuah bangku lalu duduk. Meraih gelas, mengisinya dengan air mineral lalu meneguk isinya hingga tandas.
Daren lantas menarik bangku sebelah Acha. Duduk di sana lalu ikut meminum air karena haus.
"Tante kok, tumben pulangnya cepet? Biasanya kan, Tante pulangnya malem." Daren bertanya heran.
"Harusnya sih gitu." Maya mendesis pelan. "Tadi pulang dari kantor, Tente langsung pulang ke rumah. Harusnya Tante ke butik dulu karena ada urusan, tapi Tante udah minta karyawan Tante untuk nge-handle semuanya. Jadi Tante bisa langsung pulang ke rumah untuk masakin makan siang buat kalian." Maya menjelaskan. "Tapi nanti Tante ke butik. Mungkin sekitar satu jam lagi."
Daren manggut-manggut.
"Kalian kok, pulangnya telat? Melesat satu jam." Maya balas bertanya heran.
"Oh, tadi aku nggak sengaja nabrak orang Tan." Daren menjawab ragu.
Maya memperlihatkan ekspresi kagetnya. Serta khawatir jika terjadi sesuatu pada Daren, Acha, maupun orang yang menjadi korban tabrakan tersebut.
"Tapi kalian berdua nggak kenapa-napa, kan?" Maya terlihat panik.
"Iya Tan, aku sama Acha nggak kenapa-napa." Daren mengangguk meng-iya-kan. "Orang yang kita tabrak juga tadi cuma lecet-lecet sedikit. Dan kebetulan ternyata dia itu temen satu sekolah kita. Jadi tadi aku sama Acha cuma nganterin dia pulang sebagai permintaan maafnya." Daren menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
RandomSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...