78 | Rencana Pergi

1.2K 77 23
                                    

Note : Maaf untuk keterlambatan update-nya yaaa. Karena kesibukan saya sebagai Maba dalam berorganisasi, jadinya HP jarang di tangan.

Happy reading...

***

Acha menuruni anak tangga secara perlahan. Ia tampak lebih segar setelah mandi pagi. Tangannya sibuk mengutak-atik layar ponselnya. Padahal tidak seharunya Acha menuruni anak tangga sembari memainkan ponselnya.

Tanpa sepengetahuan Acha, kaki kanannya melangkah terlalu besar sehingga melewati anak tangga yang seharusnya menjadi pinjakan selanjutnya. Otomatis kaki kanan Acha terpeleset dan ia kehilangan keseimbangan.

"Huaaa!" Acha berteriak keras saat ia merasa tubuhnya akan ambruk ke bawah.

Sret...

Sebuah tangan kekar lebih dulu meraih pergelangan tangan Acha lalu menariknya pelan. Hasil akhir, Acha menabrak dada bidang seseorang yang telah menyelamatkannya. Tangan Acha buru-buru memeluk tubuh tersebut erat-erat sebelum ia benar-benar terjatuh.

"Kalo lagi nuruni tangga itu jangan megang hp." sang empunya suara menyentil pelan kening Acha menggunakan telunjuknya. "Nyari mati aja."

Acha nyengir kuda, "Maap, Kak. Lupa."

"Elah, kalo lo tadi jatuh dan gue nggak sempat nyelamatin lo, gimana? Gue nggak mau ya, kalo sampe lo kenapa-napa." Elle memperlihatkan raut wajah kesal.

"Iya, iya, enggak lagi deh, janji." Acha terkekeh pelan.

"Yaudah langsung ke bawah aja, Mama udah nungguin." Elle menarik pergelangan tangan Adiknya pelan. Lalu keduanya melangkah menuju ke ruang makan.

Sudah ada Maya dan Daren di sana.

"Morning, Ma?" Elle menyapa hangat. Lalu mendaratkan sebuah ciuman singkat pada pipi kanan Mamanya.

"Morning, sayang..." Maya membalas lembut sembari mengelus pipi kiri Elle. "Anak Mama ganteng banget."

"Mama bisa aja." Elle menarik bangku di sebelah Mamanya lalu menempatinya. Sedangkan Acha menempati bangku di sebelah Daren.

"Oh iya. Soal kuliah kalian, gimana? Mau masuk universitas mana?" tanya Maya sembari melirik ke arah Elle, Daren, dan kemudian berakhir di Acha.

"Ee kalo aku sama Daren sih, udah kompak mau daftar di UI, Ma." Elle menyahut. "Besok seleksi SNMPTN mulai dibuka jalur online, Ma."

"Kalo Acha? Mau daftar dimana, sayang?" tanya Maya sembari menoleh ke arah Acha yang saat itu tengah mengoles selai coklat pada sehelai roti.

Acha diam sejenak. Mengatur nafas sebelum ia menjawab pertanyaan Mamanya.

"Acha mau ngelanjutin study di New York, Ma."

Jawaban Acha membuat Maya, Elle, dan Daren tertegun tidak percaya. Apa Acha sedang tidak bermimpi?

"Cha, lo nggak serius, kan?" Daren menatap Acha tidak percaya.

"Gue serius." Acha menatap Daren penuh keyakinan.

"Dek, lo yakin, mau lanjut kuliah di sana?" Elle tampak ragu dengan pilihan Acha untuk kuliah di luar negeri.

"Acha serius, mau kuliah di New York?" Maya menatap dalam mata Acha. "Itu kan jauh, sayang. Mama nggak yakin Acha bisa tinggal di sana tanpa adanya Mama sama Kakak. Kuliah di sini aja, ya?"

Acha menggeleng pelan, "Nggak, Ma. Keputusan Acha udah bulat. Acha bakal kuliah di New York, atau enggak sama sekali." Acha berujar yakin. "Acha mau hidup mandiri di sana. Sekaligus... Acha mau mencari suasana baru sekalian nenangin diri."

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang