Acha tersenyum lebar saat melihat Elle melambai-lambaikan tangannya di ujung koridor. Sesaat kemudian, Elle bergegas menghampiri Acha yang berdiri bersisian dengan Daren.
Banyak siswa-siswi yang sudah melenggang pulang, karena memang jam sekolah sudah berakhir baru saja.
"Gue... seneng lo balik sekolah lagi." Elle berujar pelan sembari ngos-ngosan.
"Lo baru ngomong sekarang?" Acha menautkan kedua alisnya. "Padahal kita sekelas. Tapi... lo baru nyapa gue pas kelas udah bubar."
Elle terkekeh, "Sorry." pria jangkung berwajah tampan itu menggaruk tengkuknya karena salah tingkah. "Tapi serius gue seneng lo balik sekolah lagi."
Acha manggut-manggut, "Gue juga seneng bisa balik sekolah lagi. Gue kangen tidur di kelas, soalnya." Acha terkekeh.
"Kangen lo nggak banget, Cha." Elle ikutan terkekeh. "Kayak nggak ada yang lain aja."
"Ada." Acha menjawab cepat.
Membuat Elle dan Daren mengerutkan kening mereka karena penasaran.
"Apa, Cha?" tanya Elle mendesak.
"Gue juga kangen lo."
Mata Elle membola. Ia tidak mungkin salah mendengar, kan? Barusan, Acha bilang apa? Terbang-terbang rasanya.
Elle bergelut manja dengan pikirannya sendiri.
"Lo..."
"Gue becanda." Acha menyangkal ucapan Elle sembari menepuk pelan pundak Elle.
"O oh." Elle nyengir kuda.
"Padahal gue ngarepnya beneran, Cha..."
"Lo mau pulang?" tanya Acha kepada Elle.
Elle manggut-manggut, "Iya, Cha."
"Yaudah, kalo gitu gue sama Daren juga mau langsung pulang. Kita duluan ya?" pamit Acha yang langsung dianggukkan oleh Elle.
"Hati-hati." itu adalah kata-kata penutup pembicaraan singkat mereka saat ini.
Acha mengangguk tersenyum untuk menanggapi ucapan Elle. Selanjutnya gadis bertubuh mungil itu langsung menggenggam erat tangan Daren dan kemudian melangkah meninggalkan Elle.
"Ren, lo kenapa diem aja?" tanya Acha heran.
Daren menarik kedua bahunya. Malas menjawab, dan malas berbicara. Entah mengapa Daren merasa mood-nya mendadak rusak.
"Lo cemburu, sama Elle?"
Pertanyaan Acha membuat iris coklat milik Daren membulat sempurna. Daren tidak terima dengan dugaan Acha, benar-benar tidak terima. Walaupun kenyataannya memang benar demikian.
"Nggak lah." Daren menjawab malas sembari membuang muka. Mencoba menyembunyikan ekspressi menyebalkannya.
"Yakin?" Acha menyenggol pelan bahu Daren, hingga membuat pria itu kehilangan keseimbangannya dan nyaris terjatuh. Acha ngakak abis.
"Paan sih, Cha?" Daren mendengus. "Sans ae dong. Jangan asal dorong-dorong orang kayak gitu. Kalo gue kepeleset, jatoh, trus kepala gue bocor, emangnya lo mau tanggung jawab, huh?"
"Apaan sih, lo, jadi sensitif banget? Padahal gue cuma nyenggol secuil doang." Acha melirik Daren sinis.
"Secuil apaan, huh?" Daren emosi. "Lo dorong pake tenaga dalem kayak gitu lo bilang secuil? Sakit, emang."
"Lo-nya aja yang lebay!" Acha geleng-geleng kepala.
"Cha, gue gerem. Pengen rasanya lo itu gue tendang ke dunia lain. Tapi sayangnya gue masih punya hati nurani. Lagian, gue juga sayang sama lo. Kalo enggak, nyawa lo udah ilang noh, dibawa sama angin tornado ciptaan gue." Daren nyerocos konyol membuat Acha ngakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT [TAMAT]√
De TodoSepenggal kisah persahabatan antara Acha dan Daren. Hubungan persahabatan yang sudah terjalin selama sebelas tahun, tanpa melibatkan perasaan? Tidak mungkin. Di balik tawa dan canda, ada bisikan hati yang tak terucapkan. Ketidakpekaan Acha dan Daren...