45 | Kembali

889 62 0
                                    

"Acha!"

Daren memekik keras saat ia belum juga menemukan Acha. Ke mana gadis itu pergi? Segitu lugunya Acha, sampai-sampai bisa hilang di rumah sendiri.

"Daren?"

Sebuah suara serak berhasil membuat Daren, Elle, dan Citra menoleh kompak ke arah pintu kamar. Berdiri lah di sana seorang Acha dengan muka polosnya. Baju tidur menutupi tubuhnya. Gadis itu memegang sebuah gelas berisikan air mineral.

"A-cha..." Daren berlari ke arah Acha dan langsung memeluknya erat.

Acha mematung. Bingung atas perlakuan Daren yang tiba-tiba memeluknya erat.

"Lo kenapa, Ren?" Acha bertanya lugu.

Daren melepas pelukannya. Selanjutnya Daren menangkup pipi Acha menggunakan kedua tangannya.

"Lo ke mana aja, Cha? Gue nyariin lo dari tadi. Gue kira lo hilang lagi." Daren mendengus.

Acha terkekeh pelan, "Nggak mungkin gue ilang di rumah gue sendiri, Ren." Acha geleng-geleng kepala. "Gue haus, jadi gue ke dapur buat ngambil minum."

"Lo harusnya panggil gue tadi, biar gue yang ambilin minum buat lo. Lo nggak boleh banyak gerak." Daren khawatir.

"Gue nggak pa-pa." Acha mencoba tersenyum.

"Yaudah, sekarang lo istirahat lagi," suruh Daren lembut. "Lain kali jangan lakuin apa pun tanpa bantuan gue."

Acha manggut-manggut. Dan kemudian Acha langsung bergegas menuju ke arah kasurnya lalu duduk di sana dengan bersandar pada bantal.

"Lo berdua udah lama di sini?" tanya Acha sembari menoleh ke arah Elle dan Citra.

"Baru aja kok, Cha." Elle menjawab ramah. "Gue bawain pizza buat lo."

Acha meraih pizza pemberian Elle dengan wajah riang gembira.

"Makasih, Elle."

"Gue juga bawain pizza buat lo, Cha. Sama ini juga ada buah." Citra menyerahkan pemberiannya kepada Acha.

Acha mengambilnya dan kemudian meletakkan pemberian Citra dan Elle di atas nakas tepat di sebelahnya.

"Makasih ya, Cit, udah mau jenguk gue ke sini? Trus sampe repot-repot bawain gue pizza sama buah." Acha mendesis pelan.

Citra mengangguk pelan dan tersenyum lebar, "Iya, sama-sama. Gue sama sekali nggak ngerasa repot bawain lo buah tangan. Lagian lo itu sahabatnya pacar gue, yang artinya lo juga sahabat gue."

"Makasih, Cit." Acha tersenyum lebar.

"Iya, Cha. Sama-sama."

Daren duduk di kursi yang berada tepat di sebelah kasur Acha. Sementara Elle dan Citra duduk di atas sofa yang berkenaan dengan dinding sebelah kanan kasur Acha.

"Tadi katanya lo mau nyampein sesuatu ke gue, emang apaan?" Daren kini menoleh ke arah Elle.

Elle mengangguk pelan, "Oh iya." Elle manggut-manggut. "Ini soal... Kiena."

Daren menautkan kedua alisnya, heran. Ada apa dengan gadis berengsek itu?

"Ada apa sama cewek brengsek itu?" Daren bertanya sinis. Sekarang, Kiena adalah orang yang sangat di benci oleh Daren. Karena Kiena adalah dalang atas kecelakaan yang menimpa Acha.

"Gue udah bawa kasus ini ke kepala sekolah. Andra, Rian, sama Flo yang menaikkan laporan, sementara gue diminta untuk dijadikan saksi mata, karena gue orang pertama yang ngeliat Acha di kelas." Elle mulai menjelaskan.

"Terus tanggapan kepala sekolah apa?" tanya Daren yang mulai serius dengan topik perbincangan sekarang.

"Awalnya Kiena sama temen-temennya nggak mau ngaku kalo mereka yang udah mukulin Acha. Tapi, semuanya terungkap waktu kepsek ngecek rekaman cctv di kelas kita. Dan akhirnya, kepsek menyatakan kalo Kiena sama kedua temennya terbukti bersalah," jeda. "Tadi orang tua Kiena sama orang tua temennya itu diminta untuk ke sekolah. Kepsek langsung gerak cepat menjatuhkan sanksi untuk mereka. Kiena sama dua temennya di skors dari sekolah selama seminggu." Elle menjelaskan secara kronologis tentang penyelesaian kasus Acha.

FRIENDSHIT [TAMAT]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang