Bagian 1

20.8K 1.2K 21
                                    


Sebelum mulai baca story ini.

Aku sebagai penulis abal-abal dari story "Adakah aku disisimu", "Pilot??? Not bad." dan "Mencintaimu".

ingin mengucapkan.

Selamat berpuasa bagi yang menjalankan, semoga puasanya lancar dan semoga puasa tahun ini lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya.

Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin semuanya.
👋👐👋👋
.
.
.

Selamat membaca. 👋
Vote dan comment jangan lupa.

🍋🍋🍋🍋🍋

Suara adzan subuh berkumandang di komplek perumahan elit tersebut.

Tubuh mungil itu perlahan-lahan membuka matanya, lalu berdoa sehabis bangun dari tidurnya. Tarikan nafas berhembus keluar dari hidung mancung itu. Lalu, dilihatnya laki-laki yang masih betah memejamkan matanya itu.

“Mas Al ayo bangun, sholat subuh dulu.” Suara lembut itu perlahan-lahan menggerakkan tangannya, menyentuh lengan kekar milik laki-laki itu.

Hemmm," jawab al masih dengan mata terpejam sembari merapatkan selimutnya.

“Ya sudah mas, kalau gitu aku sholat duluan.”

Selepas dari kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengambil air wudhu, Biru bergegas menggelar sejadahnya. Jangan kira Biru akan sholat di imami sang suami, nyatanya itu semua hanyalah mimpi.

Sebelum menjalani kewajibannya menunaikan ibadah shalat subuh, terlebih dahulu Biru melakukan sholat qobliyah subuh dua rakaat, karena sholat qobliyah subuh lebih baik daripada dunia beserta isinya.

“Assalamualaikum warohmatuwlah,” salam terakhir menandakan berakhirnya sholat, lalu kedua tangannya diusap ke wajah cantiknya, beralih memanjatkan doa-doa dan berbicara secara langsung kepada sang pencipta, memohon perlindungannya dan berdoa berharap rumah tangganya berjalan seperti rumah tangga ayah dan ibunya.

Sholat pun usai, gadis yang sekarang sedang menggunakan hijab instan berwarna coklat itu segera melipat mukenahnya, lalu ia berbalik, ternyata sang suami sudah siap-siap dengan peralatan sholatnya, seperti biasa, bergantian menunaikan ibadahnya.

“Mas Al mau sholat?” Biru melepas mukenahnya.

“Hemmm…” dehem Al sebagai jawaban, lalu meninggalkan Biru, dan melaksanakan sholatnya. “Jangan siapkan sarapan, saya akan makan di kantor,” sambung Al sebelum benar-benar melaksanakan sholatnya.

“Iya.." suara Biru lirih.
Ia menghela nafasnya sembari melihat suaminya yang sedang khusyuk dalam melaksanakan sholatnya. Setelah itu, wanita berhijab bergegas keluar dari kamarnya dan memulai aktivitasnya sebagai seorang istri, dengan menyibukkan dirinya dengan peralatan-peralatan rumah.

Pergi menuju dapur walaupun sang suami tidak menyarankannya menyiapkan sarapan, tetapi Biru tetap menyiapkan bekal untuk sang suami.

Sandwich adalah menu simpel yang dibuat nya, entah nanti suaminya itu memakan bekal yang ia buat atau tidak, tetapi sebagai seorang istri yang kewajibannya adalah melayani suami, ia akan terus melayani sang suami walaupun sang suami tidak membutuhkannya.

Dua potong sandwich tuna sudah siap di piring, tinggal dimasukkan kedalam wadah tepak, terdapat satu mangkuk sereal coklat beserta susu putih untuk dirinya sendiri.

Makan pagi dalam suasana tenang dan sunyi sudah ia lakukan tiga bulan ini.

Yap, pernikahan berjalan lima bulan lebih. Pernikahan bukan dilandasi rasa cinta inilah yang yuki rasakan. Menikah tapi dirinya masih belum bisa merasakan tugas seorang istri sepenuhnya. Entahlah, sampai kapan pernikahan ini berlangsung. Wanita berhijab itu hanya bisa berdoa, memohon semuanya kepada sang khalik.

Mata hazel itu perlahan mengelilingi setiap sudut rumah besar yang sekarang menjadi tempat tinggalnya dan tempat tinggal sang suami juga tentunya. Rumah hasil kerja keras sang suami.
Birusengaja tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga, wanita itu berfikir, ia masih sanggup untuk merawat rumah ini sendiri, toh disini hanya dirinya dan sang suami. Alasan lain ia tidak mempekerjakan pembantu adalah, ia tidak ingin siapapun melihat kehidupan kesehariannya bersama sang suami, kehidupan rumah tangga yang bisa dibilang biasa saja.

~

Sehabis sarapan, Biru bergegas menaruh dua buah sandwich yang ia buat kedalam wadah. Lalu kaki itu pergi menuju taman rumahnya yang ia tanami bunga-bunga cantik, menghidupkan saluran air yang terhubung dengan selang panjang dan mulai menyiram semua tanaman yang ada di sana. Setelah selesai menyiram semua tanaman, beralih memegang sapu dan mulai menyapu ruang tamu sampai teras rumah. Ketika sedang asik menyapu teras Biru dikejutkan dengan kehadiran anak laki-laki yang masih berusia tiga tahun sedang berjalan-jalan dengan pengasuhnya.

“Assalamualaikum tante Biru,..” salam pengasuh wanita itu bermaksud mengajarkan bocah lucu yang ada di sebelahnya untuk selalu bersapa salam setiap bertemu dengan seseorang.

“Wa'alaikum salam," Biru membuka gerbang rumahnya. “Hallo, mau jalan-jalan ya?” sambung Biru sembari berjongkok menyamakan tingginya dengan anak laki-laki itu.

“Ia tante, jalan-jalan sambil mamam,” kembali pengasuh wanita itu yang menjawab.

“Hati-hati kalau begitu.”

“Ia tante, kalau begitu saya pamit mba Biru, assalamualaikum."

“Waalaikum salam, hati-hati ya, bye bye Zahran, hati-hati Resa,” Biru melambaikan tangannya kepada anak laki-laki yang bernama Zahran dan Zahran pun membalas lambaian tangannya.

Biru diam sambil memperhatikan bocah imut itu yang sedang berjalan dengan riangnya, ia membayangkan kelak bagaimana dirinya nanti menjadi seorang ibu. Lalu Biru menghela nafasnya dan kembali masuk kedalam rumah.

“Mas Al mau berangkat sekarang?” tanya Biru ketika melihat suaminya sudah rapih dengan stelan kantornya dan tak lupa tas yang selalu ia bawa.

“Iya.”

“Mas Al,” ucap Biru pelan, menghentikan langkah Alby menuju bagasi halaman rumahnya, tempat dimana mobilnya sudah siap bersama supir pribadinya.

Biruberjalan sembari membawa wadah makan yang sudah diisi dengan sandwich yang ia buat tadi. “Aku buat sandwich, mas Al makan ya, buat ganjal perut.”

Al menghela nafasnya, menatap Biru dingin. “Kan sudah saya bilang jangan buat sarapan apapun.”

Biru menundukkan wajahnya takut. “Mas Al bisa terima ini, kalau mas Al engga mau memakannya, mas Al bisa kasih ke office boy di kantor mas atau siapapun itu.”

Al menerima kotak itu dengan cepat, lalu bergegas pergi begitu saja.

Biru memandang kepergian suaminya dengan tatapan sedih.

Sampai kapan suaminya bersikap dingin kepadanya, apakah pernikahannya akan terus berjalan seperti ini?.






























!!!Typo berterbangan!!!

Update...
March.5,19.

Revisi.
Okt.05,20.
10.10.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang