Bagian 5

13.7K 1K 26
                                    


🌾🌾🌾

Kini Biru, Alby, oma dan opa sudah berada di dalam mobil, hendak menuju kediaman keluarga besar Ghalil.

“Kalian gimana kabarnya?” tanya oma kepada cucu dan mantu cucunya itu.

“Alhamdulillah kita baik oma” Biru yang menjawab sedangkan Alby fokus terhadap kemudinya.

“Kapan kalian ngasih cicit buat oma dan opa?.”

Untuk jawaban yang seperti ini Biru hanya bisa diam membisu, entah ingin menjawab apa, iapun bingung.

“Doain aja oma,” dan kini Alby yang menjawab tanpa minat.

“Oma dan opa selalu mendoakan kalian, supaya hubungan kalian senantiasa dilindungi dan baik-baik saja,” balas oma penuh harapan.

……..

Sekarang di kediaman keluarga besar Ghalil telah ramai beberapa sanak saudara, tak lupa pula bunda dan ayah mengundang beberapa panti asuhan untuk datang dan berdoa bersama-sama.

Kini Biru sedang duduk meleseh di atas karpet berbulu bersama dengan adik-adik panti asuhan yang diundang oleh ayah dan bunda Alby. Wanita itu memperhatikan setiap gerak-gerik para anak-anak yang diistimewakan oleh Allah itu.
Ia sangat bersyukur sekali, sebab sampai detik ini Allah masih memberikannya kesempatan untuk bisa berkumpul dengan keluarganya, ummi, abi, suami, kedua mertua yang sangat menyayanginya tak lupa pula adik dan kakak, baik itu kandung maupun sepupu.

Berbicara tentang abi dan ummi, Biru jadi kangen dengan kedua orang tuanya, pasalnya sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya, malam inipun abi dan ummi-nya tidak bisa hadir dikediaman sang suami sebab abi dan ummi-nya sedang pergi keluar kota.

“Mikirin apa kak?” Azra datang dan duduk meleseh disebelahnya.

“Mikirin abi sama ummi, udah hampir sebulan kakak engga ketemu sama mereka.”

“Emang kak Biru sama kak Al engga main ke rumah ummi sama abi-nya kakak?.”

“Sebulanan ini kakak sibuk di rumah sakit, begitu juga kakakmu, kamu tahu sendiri kan dia super sibuk.”

“Video call kan bisa kak.” Azra berusaha memecahkan solusi dari kegalauan kakak iparnya.

“Setiap hari video call, tapi rasanya berbeda kalau bertemu secara langsung.”

“Ya udah, sekarang kan disini ada bunda, ayah, aku, kakak Al, dan semuanya, lagian bunda dan ayah kan juga sudah jadi orang tua kakak, jadi lumayan lah obat penghilang rindu terhadap abi dan ummi kakak,” hibur gadis berkerudung merah marun itu.

…….

Pengajian selesai pukul sembilan malam dan sekarang tinggal sisa keluarga besar Alby yang sedang bercanda gurau diruang keluarga.

Seketika Biru jadi mengingat kejadian malam kemarin tentang tante Indah.
Bicara tentang tante Indah, entah kenapa seharian ini tante Indah hanya bersikap biasa saja, lebih tepatnya bersikap dingin terhadapnya, entah apa salahnya.

Biru sekarang sudah ditempeli oleh keponakan tampannya, siapa lagi kalau bukan Abian atau kakak By atau Bian, bocah laki-laki itu sedang anteng tidur beralaskan pahanya sembari menonton tv, mengabaikan tatapan mengejek orang-orang disekitarnya.

“Biyan anteng banget kalau udah sama Biru,” ucap oma yang sedari tadi memperhatikan tingkah cicitnya dengan cucu mantu kesayangannya.

“iya tuh engga tau pakai pelet apa Biru sampek kakak By nempel terus sama aunti-nya, padahal kakak By termaksud orang yang susah di deketin loh, tapi semenjak ketemu auntynya udah nemplok aja bak cicak ketemu dinding,” ucap mamah Biyan panjang lebar. Sedangkan semua yang berada di sana hanya bisa tersenyum mendengar ucapan mamah dari bocah yang masih asik dengan dunianya itu.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang