Bagian 17

11.8K 868 21
                                    


🍃🍃🍃

Sudah lima hari Alby menduda ditinggal sang istri sementara, dari kabar yang ia dapatkan, bahwa istrinya itu akan kembali besok.

Sekarang Alby sedang menghabiskan makan malamnya bersama sahabat-sahabatnya, semenjak ditinggal istri, Alby lebih memilih untuk menghabiskan makan malamnya diluar bersama teman dan sahabat.

Alby sedang duduk berhadapan dengan Ali, sesekali rokok yang berada ditangan kanannya iya hisap.

“Gila, kayaknya temen lo yang satu ini lagi stres berat Li,” sindir Maxime yang melihat Alby merokok sambil melamun.

“Ditinggal bini jadi gini lah, karatan,” cuek Ali.

Alby hanya diam saja tidak ada niatan untuk membalas sindiran sahabatnya.

Kemarin gue ketemu Niken,” ucap Rizky yang sedari tadi hanya diam.

“Dimana?” penasaran Ali.

“Di café biasa, tapi cuma papasan doang, dia mau pulang dan gue baru datang.”

“Gila yaa, satu persatu tuh orang pada nongol semua, tinggal satu orang lagi nih, kapan nongolnya,” Maxime syok.

“Percaya engga, kita bisa kaya dulu lagi?” tanya Ali sembari menyeruput jus jeruk yang ia pesan.

“Setengah percaya setengah engga sih gue, cuma yang bikin keruh kan tuh si Tasya, kalo Niken mah biasa aja, lagian dia pergi juga untuk ngelupain perasaannya padahal dia sendiri engga tahu bahwa cowoknya juga pergi, aneh memang,” mata coklat Maxime menerawang, membayangkan kisah-kisa yang sudah terlewati beberapa tahun lalu.

“Kalo baliknya kaya awal-awal ketemu sih engga apa-apa, kita bisa bareng-bareng lagi, kan seru tuh, tapi kalo baliknya malah bikin ribut mendingan engga usah balik lagi,” seru Rizky.

“Yaelah Al diem diem bae lo, ada masalah apa bro,” Ali yang tidak tahan melihat reaksi biasa-biasa saja dari Al. “Masa lalu mah engga usah dipikirin bro, pikirin tuh masa sekarang, lo sekarang udah punya Biru, pikirin tanggung jawab dia,” sambung Ali, berceramah.

Al menghela nafasnya, keluarlah gumpalan asap rokok dari mulut dan hidungnya lalu menaruh puntung rokok yang tinggal sisa setengah itu kepinggiran piring kecil. “Pusing gue, ada-ada aja kelakuan keluarga Qirani,” curhat Alby.

“Maksudnya gimana?” Ali bingung.

“Yaaa, kali ini ada orang tuanya dan kakeknya yang ikut-ikutan,” jawaban dari Al membuat Ali manggut-manggut mengerti akan maksudnya.

“Yaa lagian lo mah awal ketemu malah ngasih jalan yaa tambah jadi tuh orang,” celoteh Maxime.

“Biasa lah, kalo masih sayang mah gitu” sangkal Ali yang dibalas kekehan oleh Maxime dan Rizky.

“Bacot lo ini Li, cari pacar sono, pusing gue liat lu jomblo mulu,” kata-kata pedas dari Alby sudah mulai keluar, Ali yang mendengarnya pun syok dibuatnya tapi tidak dengan Maxime dan Rizky yang sudah mengeluarkan tawa ejeknya.

“Sialan lo, Ali melempar kentang goreng kearah Al.”

…..

Kita berpindah kebelahan bumi yang berbeda.

Biru sedang menghabiskan waktu malamnya dengan berkeliling mencari oleh-oleh, pasalnya ia akan pulang besok pagi.

“Ini bagus untuk kamu,” suara pria mengalihkan Biru dari hanger-hanger yang bergantungan, Biru menoleh melihat pilihan Lucas, sebuah tunik berwarna peach, karena perasaan tidak enaknya setelah sedari tadi pilihan Lucas ia tolak kali ini Biru memutuskan untuk mengambil pilihan Lucas, lagian tidak buruk-buruk amat pilihannya.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang