Bagian 20

14.1K 879 26
                                    

🌼🌼🌼

“Kok engga bangunin ummi kalau mau masak,” wanita cantik yang menjadi surganya itu masuk kedalam dapur dan menyerukan protesnya kepada anak perempuannya. Biru tersenyum menanggapi ucapannya.

“Rencananya cuma masak ayam lengkuas sama cah kangkung aja ummi, tau-taunya penerbangan Mas Al diundur jadi sehabis makan malam, jadilah nambah banyak menu, Biru taruh di wadah penghangat menu yang udah jadi, takut jadi dingin, nanti engga enak dimakannya. Oh ia ummi, tadi bunda telpon, katanya mau ke sini, dan makan malam bersama,” jabar Biru yang mendapat anggukan dari sang Ibu. Lalu Biru kembali melanjutkan kegiatannya, kali ini ditambah Ummi Nya.

“Gimana hubunganmu sekarang?”

“Alhamdulillah ummi, baik.”

“Suamimu baik kan Biru?”

Sekarang Biru tahu arah pembicaraan Ibu kandungnya itu. “Baik Ummi, Mas Al engga pernah kasar sama Biru, sejauh ini Mas Al bisa jadi suami yang baik. Biru cuma minta doanya dari Abi dan Ummi untuk rumah tangga Biru.”

“Iya sayang, kalau itu jangan di minta, ummi akan selalu mendoakan kalian,” senyum cantik ummi yang menular ke anak bungsunya, Biru.

…..

Biru masuk kedalam kamar dan tidak menemukan kehadiran sang suami di atas pembaringannya. Lalu kakinya melangkah, mengecek dan suara guyuran air shower membuat Biru mengangguk, dan berpikir bahwa sang suami sedang mandi.

Biru mengambil pakaian sang suami yang sudah ia siapkan beberapa jam yang lalu sebelum masak, dan meletakkannya di atas tempat tidur.

Ceklek “suara pintu kamar mandi terbuka’.

Perut kotak-kotak itu terpampang nyata, dengan handuk putih yang menutupi bagian bawah.

Al sibuk mengeringkan rambut hitamnya dengan handuk kecil berwarna putih juga, dan tidak mengetahui kehadiran sang istri yang sudah menatapnya pongah.

“Kamu disini?” kaget Alby.

Biru cengengesan memperhatikan deretan gigi putihnya, melihat ekspresi syok sang suami, yang seolah-olah menangkap basah maling di sore hari.

“Aku mau mandi mas,” jawab Biru cepat dan bergegas menuju kamar mandi, tak lupa pula kimono handuk yang sudah ada di tangannya dan juga stelan gamis beserta hijab yang akan ia gunakan.

"Kenapa harus laporan kalau mau mandi?" gumam Al, sembari menggosok-gosok rambut hitamnya.

…..

Makan malam kali ini terasa sangat ramai, dua keluarga berkumpul menjadi satu, di meja makan berukuran besar. Mungkin Biru akan meminta sang Abi untuk menukar meja makan itu menjadi ukuran yang lebih besar lagi, kalau di pikir-pikir, meja makan sebesar ini tak akan muat bila nanti ketambahan para oma dan opa yang sekarang tidak ikut, apa lagi malam ini masih ada tante dan omnya juga. Keluarga sang suami juga datang rombongan, dengan membawa ketiga adik Alby, yang menambahkan kesan ramai dan berisik.

“Rawon buatan kamu memang enak, Biru,” puji ayah mertuanya.

Biru tersenyum malu mendapat pujian, padahal ini bukan kali pertamanya. Mungkin kalau dari pujian bisa menyebabkan terbang melayang, bisa jadi sekarang atap rumahnya bakalan berlubang karena melayang dipuji ayah mertuanya.

Kali ini mereka sedang duduk santai, masih di ruang makan, sedang menikmati es buah buatan Biru di gelasnya masing-masing.

“Lain kali, kamu harus cobain Soto Betawi sama Coto Makassar nya Biru, yang rasanya engga kalah enak sama Rawon ini,” tambah sang Abi yang membuat Biru semakin melayang dibuatnya.

“Buka restoran aja sayang, masakan kamu enak-enak,” saran Bunda Sekar.

“Tidak akan mau, dari jaman SMA sudah saya tawari, Kar,” kali ini ummi yang menimpali.

“Kok gitu sih Ru?” heran Bunda.

Biru cengengesan menanggapi ucapan para ibu-ibu. “Engga ah bun, repot, engga sempat, engga berpengalaman juga.”

“Nanti kalau udah engga repot bilang sama bunda ya?”

“Untuk apa Bun?” bingung Biru.

“Yaa, biar bunda buatin restoran,” Biru membulatkan matanya lucu mendengar jawaban asal bunda mertuanya itu.

“Bunda ada-ada aja.”

“Iya kak, buat resto aja, sama aku, nanti aku bantuin,” kali ini adik iparnya yang bersuara.

“Halah, kamu mah kerjaannya makan, adanya belum buka, udah abis duluan makanannya di lahap sama kamu,” ledek Alby kepada adik terakhirnya, yang sudah memanyunkan bibirnya itu.

“Masak aja engga bisa, gimana mau bantu? Kamu itu harusnya belajar masak sama kakakmu ini, gimana nanti kalau udah bersuami tapi engga bisa masak, masa mau makan mie instan sama delivery order terus,” cerocos Ayah Adi yang membuat ruang makan menggema karena tawa mengejek wanita bernama pendek Azra itu.

“Ayah mahhh….” manja Azra yang mendapat ledekan.

…..

Koper sedang dimasukkan kedalam bagasi, dibantu Mang Udin. Miftah, laki-laki sekretaris itu juga sudah duduk di kursi depan samping kemudi, menemani mang Udin yang akan menyetir.

“Hati-hati mas, kalau sudah sampai kabari aku yaa,” Biru mencium tangan sang suami.

“Iya, kamu di sini sampai saya pulang, bantu ummi siapin pertunangan Bang Adrian.”

Diusapnya kepala yang tertutup hijab pashmina cream nya. “Obatnya jangan lupa diminum, vitaminnya juga,” kali ini senyum terbit di kedua sudut bibir Biru, mendengar perhatian dan tindakan yang baru di berikan suaminya.

“Iya mas.”

“Saya berangkat,” Alby masuk kedalam mobilnya.

Biru menunggu sampai mobil itu benar-benar menghilang dari pandangannya.

Mobil sudah meninggalkan pekarangan besar keluarga Reynard dan Biru kembali masuk kedalam.

Tidak ada ciuman di kening atau adegan-adegan romantis lainnya, seperti yang kalian harapkan. Biru sudah bersyukur bahwa belakangan ini sang suami lebih memperhatikannya. Kalau kata orang-orang, perlahan-lahan yang penting pasti, itulah yang Biru lakukan sekarang.

Dirinya yakin, rumah tangganya akan berjalan seperti rumah tangga abi dan ummi-nya atau ayah dan bunda mertuanya, tetapi itu semua membutuhkan proses bukan, dan di setiap cerita di dalam proses itu ada macamnya, rasa senang, sedih, bercampur jadi satu, dan Biru akan menjalani dengan semestinya. Seperti mengikuti arus air, tetapi terkadang arus air juga harus sedikit di lawan, agar kita tidak terjatuh kedalam alur air yang sewaktu-waktu akan melemparkan kita ke dalam tingginya air terjun yang curam dan deras.


























!!!Typo berterbangan!!!...

Update,..Dec.14,19.

Revisi.
Okt.14,20.
23.35.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang