Bagian 21

13.2K 924 36
                                    

❄❄❄


Hari sudah berganti dengan cepatnya. Tak terasa sudah hari sabtu saja, dan besok akan dilangsungkan acara pertunangan kakak pertama dari Biru.

Sudah empat hari Biru ditinggal sang suami, hari ini kegugupan bertambah jadi, melihat Alby yang belum menunjukkan keberadaannya di rumah besar itu. Memang, pria itu sudah berjanji akan menghadiri pesta pertunangan kakaknya, tetapi kenyataannya sudah hari sabut, pria itu belum pulang.

“Nty… endong…” si ceriwis Alika yang sudah mengulurkan kedua tangan mungilnya. Biru menyambutnya dengan senyum manis tak lupa pula menuruti permintaan Alika, si keponakan cantiknya.

“Mau kemana?”

“Jajan…” polos Alika menjawab dengan mata berbinarnya.

“Jajan apa?”

“Es clim..

“No..no.. Alika engga ingat, tadi mamah bilang apa?” Biru tertawa sekarang, melihat wajah nelangsa si kecil Alika.

“Tapi Alika ingin es clim…” pautan dibibirnya bertambah maju.

“Besok aja gimana?, di tempat uncle Adrian besok banyak es krim?” tawar Biru, sembari mengingat sang kakak sudah memesan es krim sebagai menu penutup di salah satu gerai ternama.

“Maca?” kali ini, mata bening itu berbinar mendengar ucapannya barusan.

“Iya dong, masa aunty bohong.”

Biru masih asik berbicara dengan keponakannya, sembari berjalan-jalan mengelilingi taman rumahnya. Si kecil Alika tidak ada teman rupanya. Para keponakan lainnya belum pada datang, sebagian ada yang masih sekolah, dan yang datang baru keponakan laki-lakinya, yang usianya terpaut lima tahun dengan Alika, jadi, si kecil itu tidak mau bermain bersama keponakan laki-lakinya, takut dinakalin dan di jahili, kalau kata Alika.

…..

Langit biru sudah merubah warnanya dengan warna hitam gelapnya, nemun, kegelapan itu bersinar karena ada bulan dan bintang yang membantu meneranginya.

Selepas sholat isya, keluarganya kembali berkumpul, di ruang keluarga. Malam ini ramai sekali yang menginap di kediamannya, menyiapkan semua keperluan untuk besok, apa lagi para ibu-ibu rempong, seperti tidak boleh ada satupun yang kurang, walaupun itu hanya sekedar bulu mata dan mascara, apa lagi alis yang meliuk-liuk bak ulat bulu.

Biru sedang ada di dalam kamarnya, memandangi stelan baju pria yang berwarna sama dengan gaunnya, yang akan dikenakan besok. “Besok, acara dimulai jam sepuluh pagi, tapi sudah jam segini, mas Al belum pulang juga….” Suara Biru pelan.

Tin…tin… ‘suara telakson mobil yang sepertinya baru tiba di pekarangannya’.

Biru berlari menuju balkon kamarnya dengan semangat, ia berharap suara mobil itu milik suaminya.

Tangan itu berpegangan dengan pagar balkon, pandangannya menatap kebawah, ke area pintu masuk. Mata hazel itu kembali sayu ketika tidak menemukan kehadiran mobil suaminya, melainkan itu mobil milik adik dari abinya.

Biru duduk lemas di teras balkonnya yang tidak beralas. Memandang langit malam yang sedang indah-indahnya, berharap rasa kecewa ini menguap, walaupun hanya sedikit.

Ceklek… ‘suara pintu kamarnya dibuka tanpa permisi’.

Biru menoleh dan melihat siapa yang membuka pintu kamarnya.

Matanya membulat seketika, melihat seorang pria dengan gaya cesualnya, masuk ke dalam kamar.

“Ngapain kamu duduk lesehan diluar?” suara seksi seoang pria yang sedari tadi ia tunggu kedatangannya, nayatanya sudah ada di hadapannya sekarang.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang