Bagian 19

12.4K 868 27
                                    

🌿🌿🌿

Dua piring nasi goreng seafood sudah tertata rapih di meja makan. Biru juga sudah cantik dengan gamis rumahan dan hijab instannya. Jam setengah enam tadi ia bangun dan bergegas membuat sarapan, lalu pergi membersihkan diri sembari menunggu sang suami yang masih betah di dalam ruang kerjanya.

“Mas Al jadi ke Surabaya hari ini?” mereka sudah duduk manis di kursi makannya masing-masing.

“Nanti sore, kamu mau ke rumah ummi, biar saya antar.”

“Tapi, apa engga kejauhan nanti, mas harus bolak balik dari rumah ummi ke kantor, kan jalannya engga searah.”

“Mudah masalah itu mah,” enteng Alby lalu menyantap sarapannya.

Tadi ia di telfon oleh sang ummi dan memintanya untuk ke rumah, ada sesuatu yang ingin dibicarakan, dan kelihatannya sangat serius, Biru jadi cemas sendiri. Sedangkan untuk sang suami, laki-laki itu akan pergi ke Surabaya, kebetulan proyeknya sudah beres dan membutuhkan pengecekan yang akan ia lakukan sendiri.

…..

Kini mereka sudah berada di perjalanan menuju rumah kedua orang tua dari Biru. Beberapa paper bag yang berisi oleh-oleh sudah bertengger manis di bagasi mobil. Mungkin waktu liburannya kali ini akan ia gunakan untuk berkunjung ke rumah kedua orangtuanya dan kedua mertuanya, untuk memberikan oleh-oleh yang ia beli waktu ia berada di Korea.

Perjalanan membutuhkan waktu lima puluh menit untuk sampai di rumah kedua orang tuanya. Kali ini mereka menggunakan jasa Mang Udin sebagai supir, meninggalkan Alby yang sibuk dengan tab yang ada di tangannya, dan Biru yang sedang celingak-celinguk, menikmati pemandangan yang disuguhi dari kaca luar mobil, walaupun pemandangan itu hanya ada hamparan gedung-gedung besar yang menjulang tinggi, tidak masalah lah, demi menghilangkan kejenuhannya.

“Assalamualaikum Ummi….”Biru menghambur ke pelukan ibu tercinta yang sudah hampir dua bulan lebih tidak ia temui.

“Wa'alaikum salam. Anak ummi….” Wanita yang akrab disapa ummi itu membalas pelukan anak bungsunya.

Biru dan Alby digiring menuju ruang keluarga, yang ternyata sudah banyak orang yang menunggu kehadirannya. Ada om dan tante, lebih tepatnya adik atau kakak dari ummi dan Abi yang kebetulan juga hadir, menambah kesan bingung yang Biru rasakan.

Pembicaraan Pun dimulai. Betapa terkejutnya Biru, mendengar kabar bahwa kakak pertamanya akan mempersunting anak orang untuk dijadikan istri, dan lebih kejamnya lagi, hanya dirinya yang baru tahu, dan ternyata perkumpulan keluarga kemarin ada sedikit pembahasan tentang rencana pertunangan dan pernikahan Abang Adrian.

Pertunangan rencana diadakan pada hari minggu, yang hanya berselang beberapa hari dari sekarang. Ternyata kakak pertamanya itu sudah mempersiapkan semuanya, dari mulai gedung, catering, undangan, benar-benar sangat mandiri sekali.

Sebenarnya kekecewaan hadir di diri Biru sekarang, pasalnya ia tidak bisa membantu apa-apa, melihat semuanya sudah delapan puluh tujuh persen jadi. Tetapi itu semua dibantah oleh kakak pertamanya itu, karena Bang Adrian ingin membuat pesta pernikahannya dibantu dengan ummi dan adik wanitanya. Jadi tadi bang Adrian sempat membuat hati Biru lega seketika, karena memberikan kesempatan kepada dirinya untuk membantu dan ikut repot dalam acara pernikahan nantinya.

Jarak pertunangan dengan hari pernikahan hanya berselang lima bulan saja, entah apa yang merasuki diri bang Adrian, laki-laki tampan itu seperti kebelet nikah, dengan semuanya serba kilat.

“Mas Al engga ke kantor?” Biru mendudukkan dirinya di kursi taman belakang, menghampiri sang suami yang sedang bersantai dengan kedua kakaknya.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang