Bagian 18

12.4K 911 39
                                    


🍁🍁🍁

Mata tajam itu terbuka dan tubuhnya terusik dari tidur malamnya. Diliriknya jam dinding yang berada di atas televisi LEDnya, pukul dua belas malam kurang sepuluh menit. Lalu, dilihatnya orang yang sedari tadi membuat tidurnya terusik, siapa lagi kalau bukan istrinya sendiri.

Dilihatnya wanita yang sudah melepas hijabnya itu. Tidur secara tidak nyaman, sesekali bibirnya mengeluarkan ringisan, bertanda sakit.
Dipegangnya secara perlahan kening Biru. Alby membulatkan matanya, merasakan suhu tubuh yang terasa panas menempel di punggung tangannya.

“Biru…” Alby mengguncang pelan tubuh istrinya.

“Hemmm…

“Bangun sebentar, minum obat penurun panasnya, ini sudah lebih dari tiga jam kan, jadi kamu bisa minum obatnya kembali,” suruh Alby masih dengan menggugah Biru secara perlahan.

Setelah matanya terbuka, Biru menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur sembari menunggu sang suami yang sedang menggambilkannya obat.

“Pelan-pelan minumnya,” Alby membantu istrinya meminum obatnya.

Biru masih menyandarkan tubuhnya, menunggu beberapa menit, menunggu obatnya mengalir secara sempurna kedalam tubuhnya, baru ia siap tidur kembali.

“Berbaringlah,..” Biru membaringkan tubuhnya, dibantu sang suami menarik selimut tebal berwarna hitam polos.

Alby belum berniat untuk melanjutkan tidurnya, malahan sekarang ia beralih menyalakan tv yang menempel di dinding kamarnya, menekan-nekan remote, mencari acara malam yang siapa tahu bisa ia tonton.

Anaconda: The Hunt of Blood Orchid. Film yang dirilis tahun 2004 silam, dan mengambil setting di Kalimantan Indonesia. Film Hollywod, yang terakhir kali ia tonton entah kapan, nyatanya sekarang sedang berlangsung film mengerikan itu.

Sembari menonton, sesekali Alby melirik sang istri yang masih sering terusik dalam tidurnya.

Pergerakan yang Biru lakukan, nyatanya membuat Alby tidak konsen dalam menonton. Di ceknya suhu tubuh sang istri yang sampai sekarang belum memunculkan tanda-tanda penurunan suhu tubuh, malah sekarang mungkin bisa dikategorikan bertambah, karena ada desiran menggigil yang keluar dari mulut Biru sembari mengeratkan selimutnya.

Al mematikan tvnya, membuka kaos hitam polosnya, yang menampilkan otot perut yang sangat-sangat sempurna dambaan setiap wanita tentunya, lalu membaringkan tubuhnya, membuka selimut yang membungkus istrinya, dan menarik Biru kedalam pelukannya, lalu menarik selimut hitam itu kembali, sehingga selimut itu membungkus sepasang suami istri muda itu. Secara refleks, Biru mengeratkan pelukannya, mencari kehangatan di tubuh sang suami, menenggelamkan wajah di dada bidang tidak berlapis kaus itu, lalu tangannya melingkar di pinggang sang suami guna mencari kehangatan yang diberikan tubuh polosnya. Alby tidak memikirkan kecanggungan atau kemarahan yang mungkin akan istrinya berikan ketika bangun nanti, toh kenyataannya mereka suami istri, jadi sah sah saja ia melakukannya.

Alby ikut mengeratkan pelukannya. Dielusnya punggung sang istri yang tertutup baju tidur bermotif beruang coklat, memberikan kenyamanan, dan berharap istrinya akan sehat ketika ia membuka matanya di pagi hari. Dengan perlahan mata tajam itu juga ikut terlelap, dan pada akhirnya sepasang suami istri itu menciptakan suasananya sendiri di malam hari yang sunyi.

…..

Suara lantunan ayat suci Al-Qur’an yang berasal dari spiker masjid telah terdengar, bertanda waktu subuh sudah tiba. Alby membuka matanya secara perlahan, rasanya baru sekejap ia tertidur pulas, tahu-tahunya sudah subuh saja.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang