Bagian 26

12.1K 769 29
                                    


Semangat vote and commentnya yaa temen-temen,...
Aku itu suka banget bacain komen kalian, suka aja gitu kadang-kadang lagi engga ada kerjaan baca komen-komen kalian, bikin good mood gituh.
Komen banyak-banyak gengs, tapi jangan komen "next atau lanjut" juga.

🌼🌼🌼🌼🌼

Sudah dua hari Alby sampai di Jakarta.
Kesibukannya kali ini benar-benar menyita waktunya.
Dengan giat Al berkumpul bersama tim yang dibentuk Maxime, sahabatnya. Membersihkan rumput-rumput liar yang sudah mulai merambat di sekitarnya.

Kini Al sedang duduk di kursi kebesarannya. Bukan di kantor melainkan di ruang kerja yang ada di rumahnya.

Tok tok,.. ‘pintu diketuk dua kali, tak berselang lama, muncul wanita berhijab dengan membawa nampan di tangannya dengan susah payah.

“Tadi aku buat brownies kering,..” Biru meletakkan nampannya.
Sekilas Biru melirik kearah sang suami yang tidak mengeluarkan suaranya sama sekali.
Suara ringisan, dan pijatan kecil yang Al berikan dikeningnya, membuat Biru mengerutkan dahi.
“Mas Al kenapa?”

“Bisa ambilkan saya obat sakit kepala? Kepala saya sakit sekali.”

Tanpa menjawab lagi, Biru bergegas mengambil obat yang suaminya butuhkan, tak lupa pula minyak angin, Biru berniat memijat kepala suaminya itu, kalau laki-laki itu tidak menolaknya.

Biru kembali dengan obat dan nampan (lagi) kali ini berisi air putih dan buah pisang satu. Kebiasaan Alby yang tidak bisa menelan pil pahit, maka harus disertai buah atau sesuatu yang manis guna mencegah muntah dan berefek obat yang tidak masuk kedalam tenggorokannya. Sebenarnya brownies kering yang dibawanya tadi lumayan manis, bisalah menetralisir rasa pahit, tetapi sepertinya lebih baik suaminya itu mengunyah pisang yang rasanya benar-benar manis dan tentunya empuk.

“Mas Al minum dulu,” Biru menyerahkan pill yang sudah ia buka, ada pisang susu yang juga sudah ia keluarkan ia pisahkan dari kulit.
“Mau aku pijat kepalanya, mas?” tawar Biru takut-takut.

“Boleh,..”

Senyum mengembang di kedua sudut bibir Biru, mendengar satu kalimat yang keluar dari mulut suaminya.
Segera Biru melangkah kearah belakang kursi yang Alby duduki, lalu dengan perlahan memegang kepala suaminya.
“Maaf yaa mas, Biru pegang kepalanya.”

Hmmm,...” Alby sudah terpejam menikmati sensasi pijitan dari tangan mungil itu.

“Kalau ada badan yang sakit lagi, mendingan minta Mbok Ijah urut aja mas, besok.”

“Engga kok, cuma kepala doang.”

Suasana mulai hening,...
Alby masih terus memejamkan matanya, menikmati. Sedangkan Biru serius dengan kegiatannya, tak jarang tangannya berpindah ke pundak dan leher.

“Mas Al belakangan ini terlalu sibuk, sejak pulang dari Manado mas Al selalu pulang larut, terus vitaminnya juga engga diminum, mungkin ini efeknya.”

“Banyak yang harus saya kerjakan.”

Sesekali Alby mendesis merasakan kenikmatan dari pijitan sang istri.

“Istirahatlah,.. sudah malam ini,” Al menginterupsi agar pijatan itu dihentikan.

“Mas Al juga harus istirahat, besok lagi diterusin kerjaannya.

Hmmm,.. kamu duluan saja, nanti saya nyusul.”

Biru kembali berlalu, mengikuti perintah suaminya untuk segera beristirahat, meinggalkan Alby bersama pekerjaannya.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang