Bagian 6

12.6K 956 16
                                    


🍁🍁🍁

Waktu begitu cepat berlalu, sudah terhitung dua minggu setelah Biru berkumpul dengan keluarga besar suaminya dan kini ia telah kembali menjalankan aktifitasnya seperti biasa begitupun sang suami.

Sekarang, wanita yang sudah berstatus istri sah itu sedang menjalani tugasnya di dunia kesehatan. Yapp, siapa lagi kalau bukan istri sahnya tuan Alby, tepatnya Biru.

Walaupun malam telah datang, tidak melarutkan semangat Biru dalam menjalankan pekerjaannya. 

Hari ini memang jadwalnya sangat padat sekali, sudah dua operasi besar yang ia jalankan dan satu operasi kecil.

Berbicara tentang laki-laki yang berstatus suaminya itu, Biru sudah meminta izin kepadanya sejak kemarin dan tak lupa meninggalkan banyak makanan dirumahnya, agar suaminya itu tidak kelaparan jika malam tiba dan ia belum kembali pulang.

Tinggal satu operasi lagi Biru lakukan dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

Biru menghela nafasnya lelah sembari memijat pelipisnya pelan karena sedari tadi pusing menghampirinya.

Tok tok tok (suara pintu ruangannya diketuk dari luar).

“Dokter, ruangan operasi sudah siap.” wanita berpakaian suster menyembul dari balik pintu, tanpa berbicara lagi, Biru langsung bergegas untuk melakukan tugas terakhirnya sebelum ia pulang ke rumah.

Tiga jam kemudian,…

Biru dan tim operasi yang menemaninya keluar dari ruang mengerikan itu bertanda waktu sudah berakhir, dan dirinya siap-siap berkemas untuk pulang.

Setelah berpamitan dengan ketua operasi dan tim yang lainnya, wanita itu masih setia berada di kursi ruangannya sambil memegang kepalanya meringis kesakitan. Entah pusing ini tambah menjadi. Sepertinya menyetir sendiri untuk saat ini ia tidak sanggup, lalu ia pulang bagaimana?, menggunakan taxi?, apakah tengah malam begini taxi masih berkeliaran walaupun ia berada di Ibu Kota Jakarta?. Sepertinya jawabannya sudah pasti tidak ada. Lalu selanjutnya bagaimana nasibnya. Ingin menghubungi suaminya pun ia sangat sungkan, takut mengganggu sang suami yang mungkin sekarang sudah terlelap.

Sedang asik-asiknya meratapi nasib, Biru dikejutkan dengan suara yang bersumber dari benda canggihnya.

Tertera nama sang suami di layar ponselnya.

“Hallo, assalamualaikum mas.” jawab Biru pelan menahan ringisan-nya.

“Wa'alaikum salam, kamu Tidak pulang  malam ini?.”

“Aku pulang kok mas.”

“Oh yasudah.”

Dan sekarang mereka sama-sama diam, tidak ada yang mulai berbicara. Biru menggigit bibirnya bertanda ragu, ia sangat ingin meminta tolong kepada suaminya, tapi entah kenapa ia takut sekali.

“Mas,.” Akhirnya saura itu kembali muncul walaupun dalam nada ragu-ragu.

“Ada apa?” tanya Al, yang sepertinya memiliki feeling yang kuat.

“Mas Al bisa jemput aku engga, kepala aku pusing sekali, aku engga kuat kalau nyetir sendiri, takut terjadi sesuatu nantinya.”

“Kamu tunggu didepan ruang tunggu saja, biar saya jemput.” Inilah jawaban yang Biru tunggu-tunggu sedari tadi.

“Iya mas, nanti Biru tungguin di depan. Makasih ya mas,” leganya hati Biru.

Hemmm.. Saya tutup telponnya, assalamualaikum.”

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang