Bagian 36

13.6K 926 26
                                    


🌺🌺🌺🌺🌺

Sudah terhitung sebulan, Al dan Biru telah kembali ke aktivitas mereka.

Sedangkan Al kembali tidak mengenal waktu ketika di kantor, untuk sekarang sudah tertolong berkat kehadiran Biru. Terkadang istrinya itu selalu ngomel bila Al melewatkan makan siangnya walaupun hanya lewat lima menit saja. Begitu juga dengan konsumsi vitamin yang sudah Biru berikan atas rekomendasi teman sesama dokternya.

Sedari tadi ponsel itu berdering dengan nyaringnya di ruang kerja yang sunyi.

Alby tidak sengaja meninggalkan ponselnya di ruangannya, sedangkan dirinya sibuk dengan meeting hampir tiga jam lamanya.

Alby memang suka seperti itu, kalau tidak sengaja atau memang karena disengaja, ponselnya ia tinggal.
Orang terdekatnya pun sudah tahu, bila sambungannya tidak di jawab oleh Al, pasti pria itu sedang meeting dan meninggalkan ponselnya.

“Pak, ibu bapak telfon ke handphone saya,” ucapan Miftha mengalihkan Alby dari layar depan yang menampilkan grafik yang sedang dipresentasikan.

“Pakai handphone kamu saja, handphone saya ketinggalan di ruangan.”

Miftha menyerahkan ponselnya, lalu mendial nomor telfon bundanya yang memang ada di daftar kontak sekretarisnya itu.

“Al kamu ini bunda telfon hampir seratus kali engga diangkat!” semprot bunda yang sudah tahu siapa yang menelponnya.

“Lagi meeting bun, ada apa?”

“Ada apa, ada apa, itu istri kamu pingsan di rumah sakit, kamu_”

“APA!”

Semua peserta meeting menengok sekilas kearah atasannya yang sedang menerima telfon.
Al yang menyadari dirinya menjadi pusat perhatian, langsung mengibas tangannya, menyuruh bawahannya untuk melanjutkan acara meeting.

Al bergegas pergi ke luar, melanjutkan telfonnya, meminta penjelasan lebih kepada bundanya.

“Tadi bunda bilang apa, bun?” ulang Al.

Bunda berdecak sebal melihat kelakuan anak sulungnya “Istri kamu pingsan, sekarang lagi dirawat. Kamu gimana sih, istri lagi engga sehat, bukannya dilarang kerja dulu,” kembali bunda melanjutkan omelannya.

“Ngobrolnya di rumah sakit aja bun, aku otw sekarang. Assalamualaikum,” Al langsung memutuskan sambungannya seketika. Dasar anak durhaka.

Alby kembali ke ruang meeting nya, memberikan pesan kepada sekretarisnya, tak lupa pula mengembalikan ponselnya, kini Al bergegas ke rumah sakit tempat dimana istrinya berada.

“Agak cepetan yaa mang?” suruh Al kepada supir pribadinya.

“Siap tuan.”

Tak butuh waktu lama, mobil hitam itu sampai di pekarangan rumah sakit.

Dengan cepat Al berjalan menuju ruangan yang sudah bundanya beritahu tadi.

Sapaan-sapaan dari dokter dan yang lainnya, Al hiraukan, sangking terburunya.

Al membuka pintu bercat putih itu dengan tergesa, menampilkan sosok sang istri yang terbaring di ranjang rumah sakit, dengan bunda dan ummi yang berada di atas sofa yang tidak jauh dari brangkar.

“Assalamualaikum,...” sindir bunda.

“Assalamualaikum bun, mi,..” Al mencium tangan dua wanita paruh baya itu.

“Katanya mas meeting,..” ucap Biru serak.

“Ada Miftha di sana. Kok bisa sampai sakit?” diciumnya kening itu dengan lembut.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang