Bagian 25

13K 864 46
                                    

Dear reader's,...

Pliss lah,..  Jangan komen "next thor, next kakak, lanjut kakak, dan semacamnya.

Jujur butuh berbulan-bulan memikirkan kelanjutan story ini.
Butuh banyak fokus dan feeling, biar story ini kena ke kalian.

Jadi setidaknya hargailah usaha penulis kali ini.

Mood gue suka terjun klo baca komentar "next atau lanjut" dari kalian.

Kasih pencerahan kek, kasih semangat kek, walaupun hanya basa basi busuk.

Harus puter otak biar story ini cepet update, karena gue yang nulis juga kagak enak sama kalian para reader's karena sudah digantungin lama.

Tapi sekalinya diusahain update, malah komentar kalian ngerusak mood dan engga ngenakin mata.

Oke,...
Saya harap kalian dapat memahaminya.

160++ vote
Bakal tak lanjut lagi.

🍃🍃🍃🍃🍃

Sudah sebulan setelah kecelakaan itu terjadi.
Alby benar-benar bertanggung jawab atas kecelakaan yang melibatkan dirinya beserta istri. Terbukti Al memberikan apartement sebagai tempat tinggal korbannya, dan memberikan fasilitas lainnya. Alby tidak mau jika wanita itu tinggal satu atap dengan dirinya dan juga sang istri.

Sedangkan Biru kembali menjalankan tugasnya seperti biasa, Cuma ditambah rasa perhatiannya kepada wanita yang selalu ia sapa Sinta itu. Terkadang Biru menjenguknya di unit apartementnya, sembari membawa makanan, walaupun bisa dikategorikan jarang juga, karena ia memiliki kesibukan yang tidak bisa ditinggal, terkadang ketika Biru mengunjungi Sinta, perempuan hamil itu selalu menghindarinya, entah mengurung diri di kamar sampai Biru benar-beran pergi dari apartement.. Entahlah Biru tidak tahu apa yang sebenarnya sedang direncanakan wanita hamil itu, Biru berusaha bersikap positive, biar tuhan yang membalas perbuatannya, maupun itu perbuatan baik atau buruk.

Disuatu ruangan, terdapat laki-laki berstatus suami itu sedang menatap apa yang sedang komputernya itu tampilkan. Sesekali tangan kanannya memijat pelan kening yang terasa pusing, sembari mulutnya mengeluaran desisan.
Dirasa ada yang perlu dibicarakan dengan bawahannya, Alby bergegas memencet telfon yang terletak dibagian kiri meja.

“Setengah jam lagi saya tunggu di ruang meeting,” tanpa menunggu jawaban, Alby langsung menutup panggilannya.

Cekleck... (pintu terbuka, dan muncullah laki-laki berhidung mancung, dengan mata bulat hitamnya).

“Gila sih Al... istirahat coy, jam berapa ini,” Ali berdecak melihat sikap workholic sahabatnya itu.

“Setengah jam lagi meeting gua.”

“Elo mau bunuh karyawan lo? Meeting di jam istirahat?”

“Urget ini, data keuangan jebol, data presentasi untuk pembangunan mall yang ada di Manado juga ada yang ngambil.”

“Gimana bisa? Tim IT lu kemane aje? Masa dua data besar bisa gampang banget diambil.”

Alby hanya menggedikkan bahunya, sembari menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang