Bagian 3

14.9K 1.1K 40
                                    


🍂🍂🍂

Hari baru telah dimulai.

Hari ini juga Biru off dari tugas negaranya, menjadi dokter bedah, karena memang jadwalnya setiap hari jum’at ia libur dan waktu libur hari ini ia gunakan dengan sebaik-baiknya, bukan untuk berleha-leha dirumah.

Selepas sholat subuh tadi, seperti biasa, wanita yang telah menjadi istri itu menggunakan waktunya untuk membereskan rumah walaupun tidak seberapa kotor, lalu menyiapkan sarapan untuk dirinya dan suami.

Ngomong-ngomong suami, dimana suami dinginnya itu?.
Jawabannya, laki-laki sibuk itu melanjutkan tidurnya kembali sebelum berangkat kekantor beberapa jam lagi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan semua tugas rumah telah bersih, tinggal menunggu pakaian kering didalam mesin pengering.

Sekarang, Biru sedang berada di dapur, seperti biasa menyiapkan sarapan dan menyiapkan sayur-mayur untuk makan siang dan malam. Kebiasaan Biru dari dulu. Wanita berhijab itu selalu menyiapkan sayur mayur walaupun di masaknya siang atau sore, yang penting sayur yang mau dimasak sudah dipetik atau dipotong dan ditaruh di lemari pendingin, jadi tinggal masak.

“Pagi..” suara berat mengejutkan Biru yang sedang memotong wortel.

Ehhh, pagi mas” balas Biru gugup sebab jarang sekali Al mengucapkan sapaan selamat pagi untuknya, mata hazelnya memperhatikan sang suami yang sudah duduk manis dimeja makan dekat dapur.

“Aku buat nasi goreng. Mas Al mau nasi goreng atau roti?.”

“Nasi goreng aja,” seperti biasa jawaban singkat sang suami.

Dengan gesit Biru menyiapkan sepiring nasi goreng yang telah dibuatnya.

“Ini mas, silahkan makan.”

Kembali ke dapur, Biru melanjutkan memotong sayuran yang tadi sempat berhenti.

“Kamu engga makan?.”

“Nanti aja mas, masih kenyang,” Alby hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Tidak ada niatan kembali bertanya atau sekedar basa-basi.

Suasana hening tercipta diruang makan itu,…

“Kamu hari ini engga kerja kan?.” tanya Alby lagi.

“Engga mas.”

“Tadi bunda telpon dan bilang hari minggu di rumah ada pengajian bulanan dan kita harus ke sana, jadi kita besok nginap di rumah bunda.”

“Iya mas.”

“Aku mau makan sop buntut, kamu bisa kan jam makan siang nanti antarkan sop buntut kekantor?"

Seketika mata Biru berbinar mendengar ucapan suaminya barusan. Sudah enam bulan berumah tangga, baru kali ini suaminya itu meminta sesuatu kepadanya.

“Iya mas, nanti aku buatkan dan anterin.”

“Kalau kamu mau kekantor nanti, sekalian bawa perlengkapan kita untuk menginap di rumah bunda, jadi sekalian kita pulang dari kantor ke rumah bunda, biar saya tidak bolak balik, kamu minta pak Amir untuk mengantarmu ke kantor.”

“Iya mas.”

“Saya pergi kalau begitu.”

Yuki yang mengerti bahwa suaminya ingin berangkat ke kantornya langsung menghampiri Alby dan mencium tangan sang suami, salah satu interaksi mereka sehari-hari. Dari awal menikah, Biru sebisa mungkin membiasakan mencium tangan suaminya sebagai tanda hormat.

“Hati-hati mas.”

Setelah melihat mobil hitam itu perlahan meninggalkan pekarangan rumahnya, wanita berhijab hitam itu kembali masuk kedalam rumah dan meneruskan kegiatannya.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang