Bagian 22

13.2K 903 39
                                    


🌼🌼🌼

Suasana ramai dan berisik tercipta di kediaman Andaka Reynard dan Ashadewi Berly, tepatnya kedua orang tua Biru.

Para wanita sedang sibuk mempercantik dirinya. Ruang keluarganya juga sudah berubah menjadi tempat salon dadakan, ada yang sedang ngeroll rambut, memasang bulu mata anti radiasinya, mengukur alis agar simetris, memilh warna lipstik yang akan digunakan, dan lain sebagainya. Sedangkan para laki-laki masih asik dengan obrolan paginya, ditemani secangkir kopi dan cemilannya.

“Kok belum dandan?” tanya kak Riska, ibu dari si kecil Alika.

“Nanti ahh kak, masih lama ini.”

“Yee, Kak Biru ini, masih lama apanya, ini tuh udah jam setengah delapan, kitakan pergi jam setengah sembilan,” Ria, keponakan gadisnya yang sedang sibuk dengan pensil alisnya ikutan menyambar.

“Jam setengah sepuluh kita berangkat dek,” kali ini yang menjawab si empunya acara, siapa lagi kalau bukan Abang Andrian.

“Tuh dengerin, jang setengah sepuluh, masih ada beberapa jam lagi untuk dandan, emang mau secetar apa sih?” cibir Biru berniat menjahili keponakannya.

“Dia kan mau cari perhatian nanti sama tamu laki-laki,” si abang ceriwisnya Kafin ikut meledek.

“Enak aja, abang Kafein ini,” balas Ria cuek.

“Kafin Ria, bukan Kafein….” gereget Kafin karena namanya suka dijadikan plesetan oleh sepupunya ini.

“Untung-untung masih aku panggil Kafein, daripada Kafan,” enteng Ria membalas yang mendapat pelototan dari si empunya nama, sedangkan para keluarga yang mendengar hanya bisa menggelengkan kepala, melihat mereka bak kucing dan tikus.

“Ria, engga boleh gitu…” sahut wanita paruh baya bernama Aisyah, ibu dari Ria.

“Sorry mom…” balas Ria sembari meminta maaf kepada si sepupu yang ia ledek tadi, dan masih terjadi perdebatan yang tidak jelas dari keduanya, walaupun sudah bermaafan.

“Ada ayah sama bunda di luar,” Alby berucap pas disamping telinga sang istri yang sedang berdiri menyender di ujung tangganya, yang sedang memperhatikan para wanita berdandan.
Biru mengangguk dan bergegas keluar diikuti Alby.

Dua mobil mewah masuk kepekarangan luas itu, pas sekali dengan sepasang suami istri yang juga baru tiba dari dalam, untuk menyambutnya.

“Bunda….” Sapa Biru ketika melihat mertuanya yang baru turun dari mobil.

“Hallo sayang, assalamualaikum..” cipika-cipiki ala perempuan sedang mereka lakukan.

“Waalaikum salam…” balas Biru, lalu beralih mencium tangan ayah mertuanya.

Mobil mewah satunya terbuka, dan menampilkan tiga adik kakak berbeda jenis. Biru tersenyum melihat adik iparnya yang sudah bergaya tampan dan cantik.

Selepas mengobrol sejenak, Biru dan Alby memilih bersiap-siap. Keluarga mertuanya sudah bergabung dengan yang lainnya dibawah, para wanita juga ada yang sudah siap dan ada yang baru dimulai, seperti dirinya salah satunya.

“Nih…” Biru menyerahkan sesuatu kearah sang suami yang sedang sibuk mengancingi kemejanya.

“Apaan?” heran Al.

“Pakai cream wajah aja, biar engga polos-polos amat,” ternyata Biru menyerahkan wadah berukuran bulat yang berisi cream wajah berwarna coklat kulit yang selalu ia pakai.

“Engga usah ahh…” tolak Alby.

“Pakai aja, engga apa-apa kok, engga bakal keliatan ini kalau kamu pakai cream pelembap wajah kan warnanya sama kaya warna kulit, dari pada aku suruh pakai lipstik sama maskara, mendingan pilih yang mana?” cerocos Biru.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang