Bagian 16

12.4K 886 33
                                    


🐞🐞🐞

Al melirik jam digital yang melingkar manis dipergelangan tangannya, lalu melanjutkan pekerjaannya kembali.

Tok tok tok (suara pintu ruang kerjanya diketuk).

"Pak, ada yang ingin bertemu selepas makan siang," sekretaris pria Alby memberitahu.

"Saya di kantor hanya batas makan siang, selepas itu saya akan ada janji dengan keluarga," jawab Al masih dengan mata yang terfokus ke berkasnya.

"Baik pak," Mifta undur diri, lalu kembali keruangan nya.

Alby masih terus fokus dengan pekerjaannya, lalu kali ini telphone yang terletak di meja kantor itu berbunyi, segera Alby menekan angka satu untuk menjawab.

"Ada apa?"

"Maaf mengganggu pak, ini orang yang ingin bertemu dengan pak Alby ingin berbicara," suara sekretaris yang beberapa menit yang lalu kembali ia dengar.

"Siapa dia?"

"Tuan Ciptta dari Ciptta Group."

Alby menghela nafasnya kasar, "sambungkan lah" suara keterpaksaan Al terdengar.

"Halo anak muda, kamu menolak pertemuan dengan saya?" terdengar suara laki-laki paruh baya.

"Jujur untuk nanti saya tidak bisa, saya ada pertemuan dengan keluarga saya," dengan tidak sopan nya Alby berucap menggunakan nada dinginnya.

"Keluarga yang mana? setahu saya semua keluarga-mu sedang tidak ada di Indonesia?" pertanyaan tidak penting itu muncul.

"Apakah saya harus memberitahu-mu keluarga siapa yang akan saya temui nanti?" sarkas Al berucap.

"Kerja sama kali ini akan menguntungkan untuk-mu dan perusahaan-mu," Alby menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya sembari memijat pelipisnya, entah kenapa tiba-tiba kepalanya terserang pusing mendengar ocehan pria tua itu.

"Menguntungkan untuk-mu atau keluarga-mu?" sindir Alby.

Terdengar suara tawa lebih tepatnya tawa terkekeh diseberang sana. "Yaa,.. anggaplah ini godaan dalam rumah tanggamu, saya ingin menguji seberapa kuat seorang Alby Ghalil bertahan dengan istri yang tidak dicintainya, dan memilih mengabaikan wanita yang dicintainya."

"Apakah ini rencana keluarga besar anda untuk mengusik rumah tangga orang, dari pada anda mengusiknya lebih baik anda carikan laki-laki untuk cucu-mu."

"Sombong sekali anda," nada kemarahan kali ini yang terdengar dari si penelpon.

Alby tersenyum miring membayangkan si-penelpon mengeluarkan ekspresi kemarahannya.

"Apakah anda tahu, rencana yang anda dan keluarga anda buat itu, membuat cucu anda terkesan tidak laku sehingga anda memohon kepada seorang laki-laki yang sudah beristri," sindiran menohok Alby berikan.

"Jangan berbicara seperti itu, pada kenyataannya anda masih menyimpan perasaan kepada wanita yang barusan anda anggap murahan."

Tambah pusing Alby dibuatnya. "Sudahlah tidak ada waktu saya berdebat tidak penting dengan anda, dengan secara hormat saya akan menutup panggilan ini, assalamualaikum Tuan Ciptta yang terhormat."

Klik...panggilan itu terputus lebih tepatnya diputus secara sepihak oleh Alby. Dengan segera Alby menghubungi sekretarisnya.

"Jika orang yang tadi ingin kembali berbicara dengan saya, jangan ladeni dia, saya sedang sibuk sekarang," Alby mematikan sambungannya tanpa perlu menunggu jawaban sekretarisnya.

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang