Bagian 40

14.3K 832 38
                                    


🌺🌺🌺🌺🌺

Tak terasa persalinan tinggal menghitung harinya.
Kontraksi juga sering Biru rasakan sejak kehamilannya jalan delapan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakannya, tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek nyerinya pun semakin terasa.

Sedangkan calon bapak siaga bernama Alby itu sudah berjaga-jaga sejak kehamilan sang istri jalan delapan bulan.

Al memilih mengerjakan pekerjaan kotornya di rumah. Kalau meeting bisa diwakilkan, ia akan mengutus Miftha, sekretarisnya, juga ada Pak Akbar, sebagi tangan kanannya. Cuma yang sibuknya ekstra malahan sekretaris laki-lakinya. Yang mana laki-laki bernama Miftha itu harus bolak-balik dari kantor ke rumah, untuk menyerahkan dokumen yang harus Al tandatangani.
Tenang, Miftha mendapatkan kenaikan gaji lima persen dari gaji pokoknya, selama Alby memutuskan kerja di rumah.

Al benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani istri tercintanya yang sedang membawa kedua pangeran kecilnya kemana-mana untuk saat ini.

Yup, Pangeran.
Pasca mengetahui bahwa salah satu janin yang dikandung Biru berjenis kelamin laki-laki, seperti saran dokter juga, di bulan berikutnya mereka kembali USG, dan hasilnya bahwa satu malaikat kecilnya juga berjenis kelamin sama.

Kamar VVIP rumah sakit yang nanti Biru tempati sudah Al booking dari jauh-jauh hari.

Aktifitas Biru jadi terbatas semenjak hamil tua, ditambah omelan suami tampannya yang melarangnya tidak boleh ini, itu, membuat Biru suka memanyunkan bibirnya sebal.

Walaupun Al terkadang menghabiskan waktunya di ruang kerjanya, tetapi jangan salah, ada cctv yang selalu memonitor. Dari mulai wilayah kamar (tidak terhitung kamar mandi), dapur, ruang keluarga, dan ruang-ruang yang sering Biru kunjungi. Semuanya sudah terpasang cctv.
Alby takut istrinya itu kenapa-napa disaat ia masih berada di dalam ruang kerjanya. Makannya dengan adanya cctv, Alby bisa melihat semua gerak-gerik Biru di layar komputernya.

Seminggu yang lalu, dengan paniknya Al membawa istri tercintanya ke rumah sakit.
Biru mengeluh perutnya sakit dan kontraksi. Tetapi sesampainya di sana, mereka Cuma diberi tahu bahwa itu hanya kontraksi palsu. Kemungkinan hari kelahiran akan tiba antara seminggu atau dua minggu pasca kontraksi palsu itu.

Kini tinggal Biru yang bijak bila mendapatkan kontraksi. Jika kontraksi itu bisa ia tahan, ia akan tahan tanpa perlu panik.
Itu semua membuat Biru kagok, apa lagi ini pengalaman pertamanya.

Sejak perutnya semakin membesar dan pergerakannya terbatas. Biru sudah tidak bisa menikmati masa-masa tidur nyenyak, adanya sesak nafas yang selalu didapatinya, pengap, susah bergerak, dan hanya bisa tidur terlentang.

Al yang tidak tega melihat istrinya yang selalu tidak bisa tidur, memutuskan membeli sofa nyaman, dan itu benar-benar sangat menguntungkan untuk Biru, terkadang tidur siang pun ibu hamil itu memilih untuk tidur di sofanya, apa lagi ada efek pijatan di punggung yang di dapat dari sofa itu, membuat Biru nyaman.

Biru mengelus perutnya sembari menahan ringisan.
Al yang melihat itu menjadi tidak tega, ia pun ikut mengelus-elus perut buncit istrinya.

"Udah mau lahiran yaa, love?"

"Belum mas, kontraksinya masih jarang-jarang, jedanya lama juga. Aku males kalo di rumah sakit kelamaan."

"Hai baby twins? Jangan kuat-kuat sayang nendang-nya, mommy kesakitan sayang,.." Al menempelkan telinganya di perut besar itu.

"Iya daddy,.." suara Biru dibuat-buat layaknya anak kecil.
"Bunda, sama papah jadi nginep disini mas?'

"Jadi sayang, bunda mau temenin kamu, katanya biar ikutan jadi oma siaga juga. Terus itu El, dul, sama Azra juga ikutan mereka."

Mencintaimu [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang