bonus 5

5.2K 265 18
                                    

Keesokan harinya, Arya dengan di temani istri anak, juga sekertatisnya-Tino, menuju ke kediaman almarhum Ridwan dan juga istrinya.

Kini mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di pelataran sebuah rumah berlantai dua, yang terlihat besar namun masih terkesan sederhana. Rumah itu terlihat begitu sepi, mungkin penghuninya berada di dalam.

Arya turun dari mobilnya, dengan Vian yang berada di gendongannya. Di sampingnya ada sang istri, dan di belakangnya ada Tino.

Arya mendekati pintu utama rumah itu, lalu memencet bel yang ada di samping kanan pintu.

Tak lama setelah Arya memencet bel, pintu pun terbuka dan menampilkan seorang wanita yang di ketahui asisten rumah tangga rumah itu.

"Assalamualaikum bu, ibunya ada?"tanya Arya kepada wanita itu

"Oh, ada pak, di dalam. Mari silahkan masuk, biar saya panggilkan dulu ibunya!"ucap Wanita itu dengan gaya sopannya

Arya pun masuk, diikuti istri dan sekertarisnya. Lalu wanita tadi pergi, setelah mempersilahkan mereka duduk di sofa ruang tamu.

"Mi!"ucap Vian yang berada di pangkuan Arya, seraya menatap dan mengulurkan tangannya pada Haifa.

"Kenapa? Sini sama umi?"ucap Haifa seraya mengambil alih Vian ke atas pangkuannya.

"Vian, umurnya berapa bulan bu?"tanya Tino yang duduk di single sofa dekat Arya

"Udah empat belas bulan"jawab Haifa menatap Tino sekilas, sebelum ia kembali beralih pada anaknya

"Udah pinter banget ya? Lucu"ucap Tino tersenyum menatap anak atasannya

"Iya lah, siapa dulu bapaknya!"jawab Arya bangga

"Biasanya kalo anak cowok itu lebih mirip ibunya loh"ucap Tino membuat Arya menatap dirinya tak terima

"Maksud kamu, bukan dari saya gitu?"tanya Arya tajam

"Ya bukan gitu pak, kalo kata ornag tuh, biasanya anak cowok lebih mirip ibunya, dari pada ayahnya"jawab Tino lagi

"Berarti sama aja kamu bilang Vian gak mirip saya, iya kan?"ucap Arya tidak suka

"Ya gitu, kan Vian emang lebih mirip sama ibunya tau pak, liat tuh wajahnya, mirip banget. Bapak mah cuma kebagian rambutnya doang tuh, yang ke bule bulean."ucap Tino semakin berani, karena dia memang sudah biasa bercanda bersama atasannya itu.

"Iyain biar cepet!"jawab Arya memutar bola matanya malas, membuat Tino dan Haifa tertawa pelan

Tak lama setelah itu, datanglah wanita tadi bersama seorang wanita muda yang di perkirakan berusia 30 tahun, yang wajahnya terlihat sembab juga pucat, tubuhnya lemas, pandangannya kosong, perutnya terlihat membesar, apakah mungkin istri pak Ridwan itu tengah mengandung? Batin Arya, Haifa dan Tino bertanya tanya.

Arya, Haifa dan Tino sama sama berdiri untuk menyambut kedatangan sang tuan rumah. Wanita yang di ketahui istri almarhum Ridwan, menatap mereka bergantian, seraya menampilkan senyumnya, hanya senyum kecil yang terlihat sangat di paksakan, yang membuatnya terlihat begitu menyedihkan.

Arya, Haifa dan Tino pun membalas senyumnya seraya menangkupkan kedua tangan mereka di depan dada, yang di jawab dengan anggukan pelan oleh istri Ridwan.

Istri pak Ridwan pun duduk, dengan dipapah oleh pembantunya, diikuti Arya dan yang lainnya.

Pembantu tadi pamit ke belakang mengambilkan minum untuk para tamunya.

"Maaf, dengan istri....."ucap Arya yang di potong oleh istri Ridwan sendiri

"Iya, saya Mutiara, istri mas Ridwan"jawab perempuan itu dengan begitu lemah, seraya meneteskan air matanya, mungkin dia teringat kembali dengan suaminya

Kesempurnaan Cinta #4✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang